dua puluh tiga

134 7 0
                                    

Pagi ini matahari seakan bersembunyi dibalik awan hitam, cuaca hari ini mendung. Seakan mengerti perasaan seorang gadis yang kini masih bergelung diatas kasur dengan selimut tebalnya.

Hingga teriakan menggelegar, diiringi gedoran pintu yang tak henti mengusik ketenangan gadis itu.

Tok...Tokk......Tokkkkk...

"MEI UDAH SIANG BANGUN KAMU MAU TELAT HAH?!!" Teriak seseorang paruh baya, di balik pintu yang masih tertutup.

"MEI GA SEKOLAH DULU YA BUN HARI INI AJA." Teriak mei tak kalah nyaring, dengan mata yang masih terpejam.

"BOLEH BOLEH" Setelah itu senyum mei mengembang dengan sempurna, tapi hanya sesaat. Karna ucapan sang bunda selanjutnya, mampu membuat ia segera berlari ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

"TAPI TEH KOTAK GAADA LIMA BULAN"

"FINE MEI MANDI"

Setelah selesai mandi dan memakai seragam lengkap, mei segera menuruni anak tangga menuju meja makan.

Dengan wajah lesu mei menyapa semua yang ada di meja makan. "Morning."

"Morning to princess" Jawab semuanya kompak.

"Komuk lo kusut banget, kaya yang belum di setrika ae." Celetuk bang juna yang di hadiahi pelototan oleh mei.

"Bacot pake pelangi biar indah." Ujar mei seraya memutar kedua bola matanya malas, dan duduk di samping bang juna.

"Mulutnya minta di hekter ya sayang?" Tanya bunda dengan nada yang menyeramkan.

"Aduh nda mei buru-buru bubay." Ucap mei dengan tergesa-gesa mengambil roti dan teh kotak, lalu segera menyalimi sang bunda dan ayahnya yang membaca koran. Dan  berlari ke garasi untuk mengeluarkan motor maticnya, dan segera mengendarai menuju sekolah.

Sedangkan sang bunda, ayah, dan beng juna hanya bisa menggelengkan kepala heran dengan tingkah ajaib mei.

Tidak butuh waktu lama, motor matic mei sudah terparkir di parkiran SMA Garuda. Sekolah masih tidak terlalu ramai, karna bel masuk masih 15 menit lagi. Kaki jenjang mei melewati koridor demi koridor tujuannya ke taman belakang yang sepertinya sepi.

Benar dugaanya, taman belakang sepi. Bahkan sangat sepi, entahlah sebagian murid lebih menyukai taman depan dekat aula dari pada taman ini, karna menurut mereka taman belakang seram, tapi menurut mei taman ini sangat sejuk dan tentram jauh dari keramaian.

Ia lebib baik menyendiri ditengah kesunyian dari pada harus menyendiri di tengah keramaian yang bisa membuatnya terlihat menyedihkan dan dikasihani begitu pikir mei.

Sambil duduk dan melamun tak lupa teh kotak yang menemaninya, tanpa sadar seseorang sudah duduk di sebelahnya.

"Pagi-pagi ngelamun kesambet tau rasa lo." Ujar seseorang disebelah mei.

"Ribet lo pergi sana hush hush sana." Usir mei seraya mengibas-ngibaskan tanganya.

"Yeu...orang mah mau di temenin cogan kaya gue lah lo, mata lo ga siwer kan mei?"

"Cogan... cogan, pala lu bocos. Eh denger ya kutil onta mana ada cogan ngaku dirinya cogan, satu lagi bukan mata gue yang siwer arsya, tapi mata mereka yang bilang lo cogan noh pada belekan." Ketus mei pada seseorang itu, yang ternyata arsya. Dan segera pergi menuju kelasnya, karna sebentar lagi bel.

Dengan senyum mei memasuki kelas dan menyapa siapapun yang ia kenal, begitulah mei pandai menyembunyikan luka dibalik senyum manisnya.

"Pagi irish sayang." Ucap mei saat melewati meja irish, yang di balas pelototan oleh irish. Sedangkan mei hanya cekikikan sendiri, seraya mendudukan diri di bangku belakang meja irish.

Tidak berselang lama mei duduk di tempatnya Jessica datang memasuki kelas, tapi tidak berjalan ke arah tempat duduk biasanya. Yaitu di sebelah mei, melainkan ke meja lain.
Sedangkan mei hanya terdiam kaku di tempat duduknya, ia bingung harus bersikap bagaimana pada jesi setelah kejadian kemarin. Mei tidak marah, hanya saja ia kecewa. Dan yang ia lakukan hanyalah diam, karna hatinya masih belum sanggup untuk mendengar semua yang mungkin saja kembali menggoreskan luka dihatinya lebih parah dari kemarin.



Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang