"Ayo tante tunjukin kamar kamu, selama kamu menginap di sini." Ujar kaira merangkul mei.
"Iya tante." Ucap mei tersenyum.
"Di lantai dua gapapa kan sayang?" Tanya tante kaira.
"Iya gapapa kok tante." Jawab mei tersenyum.
Mereka berdua pun menaiki anak tangga satu persatu menuju lantai dua. Ya...hanya berdua, karna juli entah kemana menghilang tiba-tiba saat kanaya dan juna pergi tadi.
Mei jadi berfikir apa juli Jailangkung ya? ah tapi tidak mungkin ada-ada saja memang otaknya ini.
"Nah ini dia kamar kamu, yang pintunya ber cat putih. Di sebelah kamar kamu ada kamarnya juli, pintunya yang berwarna hitam." Terang kaira saat sudah berada di depan kamar yang akan mei tempati.
"Eh..hmmm... Iya tante terimakasih maaf merepotkan." Jawab mei gugup.
'Kenapa juga harus sebelahan gini anjir bisa-bisa gua sakit jantung.' batin mei menggerutu.
"Kamu istirahat dulu aja sebentar, nanti kalo sudah jam makan siang tante bangunkan." Ucap kaira tersenyum seraya pergi menuju lantai bawah, setelah melihat mei menganggukkan kepalanya tanda menyetujui.
Baru saja mei hendak memasuki kamar barunya untuk sementara waktu itu, tiba-tiba saja sebuah tangan kekar mencekal bahunya. Membuat ia hampir berteriak kencang sangkin kagetnya, kalau saja mulutnya tidak di bekap.
"Jangan teriak." Desis orang itu.
"Kalo teriak ga akan gua lepas bekapannya." Lanjutnya yang hanya di balas anggukan kepala oleh mei.
"Huhhh..." Mei menghembuskan nafas lega setelah tangan kekar itu lepas dari mulut dan hidungnya.
"Gila lo." Maki mei pada orang itu.
"Gila gila gini tapi lo suka kan?" Gombalnya tapi jangan lupakan dengan wajah datar bin dinginnya. Tebak siapakah dia? Yaps siapa lagi kalau bukan juli.
"Apaan si lo jayus." Ketus mei memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Gua mau tanya yang tadi juna bilang." Ujarnya.
"Gua mau istirahat." Jawab mei cepat.
"Ga akan lama."
"1 jam." Ujar juli.
"Gila." Maki mei.
"30 menit."
"Ogah."
"25 menit atau 1 jam."
"Okey 25 menit."
"Ayo ikut gua bocil."
"Sialan lo kulkas."
🐳🐳🐳
Disinilah sekarang mereka berdua, duduk di belakang halaman rumah juli di dekat kolam ikan, di temani keheningan.
"Sisa 20 menit." Ujar mei memecahkan kebisuan diantara mereka berdua.
"Gabisa gitu dong gua belum nanya." Protes juli matanya menyorot mata mei tajam.
Mei mengedikan bahunya acuh."Suruh siapa lo bisu dari tadi."
"Sialan." Maki juli.
"To the point gua cape." Mei sedang malas berdebat dan yang pasti ingin segera pergi menjauh dari orang di sebelahnya, yang menyebabkan jantungnya berdisko.
"Lo beneran adiknya juna?" Tanya juli serius.
"Menurut lo? Yakali adik palsu gabut amat gua." Jawab mei sewot.
"Kenapa ga bilang dari awal?"
Mei balas menatap tatapan juli yang tajam bak elang. "Menurut lo dengan gue bilang bakal ngerubah semuanya?"
"Tap..." Juli protes.
Mei memalingkan wajahnya ke samping. "Udah lah ga usah di bahas."
Juli menghela nafas."Maaf" Ucapnya singkat.
"Maaf untuk apa?" Tanya mei heran.
"Sebanyak itu kah kesalahan gua?" Bukannya menjawab juli malah kembali bertanya.
"Kalo lo punya otak dan hati, gua yakin lo tau jawabannya." Ujar mei lalu segera beranjak dari tempat duduknya, hendak menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
"Sebagai permintaan maaf, gua akan buat lo bahagia selama di sini." Kata juli sebelum punggung mei menghilang di balik tembok pembatas.
Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

KAMU SEDANG MEMBACA
mei
Teen Fictionini cerita tentang seorang meikayla.gadis ceria berbadan mungil yang mempunyai mimpi bisa menaklukan seseorang berhati dingin. who?julian. ya julian saputra, atau yang kerap di sapa juli. apakah kalian percaya jika mei bisa menaklukan juli si cowo b...