tiga puluh dua

151 6 0
                                    

"Huftt cape banget si." Gumam mei saat sudah berbaring di tempat tidurnya yang empuk.

"Jesi aneh banget sih" Gumamnya lagi saat membayangkan kejadian beberapa hari belakangan ini, seraya menatap atap kamarnya.

"Ah au ah gelap." Pusingnya dan segera memejamkan mata memasuki alam mimpinya.

🐳🐳🐳

Tok...tok..tok...

"Mei bunda udah masak cepetan ke bawah makan malem." Ujar seseorang itu dari sebrang pintu yang tertutup.

"Kalo ga bangun juga dalam 5 menit, teh kotak di kulkas abang minum semua sampe abis." Ancem orang itu yang ternyata adalah juna, abangnya tercinta.

Setelah mendengar ancaman keramat itu pun, mei segera membuka matanya lalu meloncat dari atas tempat tidur, dan sesegera mungkin keluar dari kamarnya.

"Berani minum teh kotak, mei sembelih." Ucap mei saat sudah berdiri tepat di hadapan juna, dengan wajah bantalnya, khas orang baru bangun tidur.

"Giliran teh kotak aja, langsung cepet." Ejek juna.

"Emang teh kotak doang sama juli yang bisa naklukin lu." Lanjutnya.

"Apaan si gajelas, ga denger pokonya." Kesal mei.

"Dih sok pura-pura, muna lu."

"Muna apaan dah bangjun rese kalo jomblo."

"Lah ngalihin pembicaraan si oneng, padahal gue ada info penting ni buat lu. Yauda lah, kalo kaga mau tau mah."

"Info apaan emang?"

"Gajadi lah dah males gua."

"Bangjun rese banget, suka bikin mei penasaran ish."

"Tadi ngatain gua kaga jelas, sok muna lo."

"Tau ah resek."

"Tadi juli line gua, nanyain lo."

"Dih lawak lo bang, haha lucu banget."

"Serius anjir, lo pelet ya dia."

"Gila lo bang, lo kira gua se gawaras itu."

"Kali aja gitu, widih yang udah di notice sama doi bau-bau nya otw ni."

"Apaan si bang, mei baper ni ah bangjun mah." Rajuk mei saat juna terus meledeknya.

"Udah baper terbang ke langit ke 7, eh di jatohin ke dasar tanah lumpur mampus lo."

"Abang lucnut emang, udah buat gue berharap. Eh...endingnya malah menghancurkan bikin nyesek tai." Kesal mei seraya mencubit pinggang juna.

🐳🐳🐳

Setelah perdebatan singkat di depan pintu kamar mei, mereka pun turun ke bawah untuk makan malam dengan tentram.

Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring, semuanya diam dan senyam sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Juna yang sibuk menikmati masakan bundanya tersayang.

Sang bunda yang memikirkan suatu hal untuk di bicarakan.

Serta mei yang memikirkan perkataan juna tadi, tentang kelangkaan seorang juli yang bertanya tentangnya terlebih dahulu. Mungkin akan mei catat di kalender tanggal dan hari bersejarah ini, untuk mei kenang.

"Ekhmmm..." Deheman dari sang bunda membuyarkan lamunan mereka berdua, juna dan mei.

"Kenapa bun, ada yang sakit?" Tanya mei khawatir.

"Apa nya yang sakit bun?" Sahut juna nyambung.

"Bunda gapapa kok sayang, cuman ada yang mau bunda bicarakan ke kalian."

"Apa bun." Sahut juna dan mei bersamaan.

"Kompak banget ya anak-anak bunda." Bunda geleng-geleng kepala sambil terkekeh.

"Bunda harus ke Jogja." Lanjutnya serius.

"Ngapain bun?" Heran mei.

"Kapan?" Juna ikut bertanya.

"Besok sayang." Jawab sang bunda penuh rasa bersalah.

"Mei ikut." Sahut mei cepat.

"No no no gabisa sayang kamu harus sekolah."

"Bunda sama siapa kesananya?"  Tanya juna.

"Sama abang, abang harus ikut gapapa kan?" Jawab sang bunda.

"Loh nanti mei di rumah sama siapa nda?" Sela mei.

"Siapa bilang kamu bakal tinggal di rumah selama bunda pergi?" Heran kanaya, sang bunda.

"Loh terus dimana nda?"

"Di rumah tante kaira lah, bunda sudah titipkan kamu sama beliau." Ujar kanaya.

"Baik-baik ya kamu, selama tinggal di rumah tante kaira." Lanjutnya lagi.

"Bunda serius?" Tanya mei masih tidak percaya.

"Iya dong."

"Tante kaira yang di komplek sebelah itu nda?" Tanya juna yang dari tadi menyimak.

"Iya mamahnya temen abang, juli." Jawab kanaya.

Tepat setalah jawaban dari sang bunda terlontar, otak mei berpikir keras. Hati nya berdebar memikirkan ia dan seseorang 'itu', seseorang yang belakangan ini ia hindari. 

Ia mati-matian berusaha untuk melupakannya, tapi malah akan tinggal se atap selama satu minggu.

'Cobaan apalagi ini ya allah, selamat datang hari-hari mendebarkan.' batin mei.








Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang