dua puluh satu

142 6 0
                                    

Setelah melewati kemacetan yang sering terjadi di jakarta, butuh waktu hampir setengah jam untuk mereka berdua sampai di mall yang mereka tuju. Dan saat ini mobil irish sudah terparkir dengan sempurna, di parkiran mall. Mereka berdua pun segera memasuki mall, yang semakin padat karna hari mulai sore.

"Kemana dulu nih?" Tanya mei saat sudah memasuki lift.

"Anter gue beli sweater dulu ya." Pinta irish, yang langsung diangguki oleh mei. Mereka berdua pun segera menuju toko Zara yang menjual berbagai macam pakaian bermerek.

"Ini bagus ga sih mei?" Tanya irish meminta pendapat mei tentang sweater di tangannya, entah lah ini sudah keberapa kalinya ia bertanya. Tapi selalu berlasan entah ga cocok, terlalu cewe, ah ke cowoan dan sebagainya saat mei sudah bilang itu bagus.

"Irish Gabriella, gue pusing sama selera lo." Ketus mei yang jengah dengan irish, karma terlalu lama memilih sweaternya.

"Yauda deh, lo yang pilihin." Pasrah irish, saat melihat tampang mei yang menyeramkan. Mei yang disuruh memilihkan pun segera berjalan pada salah satu sweater, yang menarik perhatiannya sejak tadi. sweater simple yang mempunyai dua warna dan bisa di pakai terbalik, dan yang paling penting bewarna neon warna kesukaan mereka berdua.

"Nih." Ucap mei, sambil menyodorkan sweater yang ia pilih ke irish.

"Yaampun, dari tadi gue muter-muter ga liat nih sweater. Bagus banget anjrit, ayo ke kasir." Senang irish saat melihat sweater yang mei sodorkan. Mei yang melihat pilihannya di sukaipun langsung menghela nafas lega, dan segera mengikuti irish yang sudah lebih dulu berjalan ke kasir.

Setelah mengantar dan memilih sweater untuk irish, di toko Zara. Mereka menghabiskan waktu hampir satu jam, hanya untuk satu sweater. benar-benar minta dibejek si irish, pikir mei.

"Gue udah beli tiket." Celetuk irish tiba-tiba.

"Tiket apa?pesawat?" Tanya mei yang langsung dihadiahi toyoran di kepalanya.

"Bukan lah oneng, tiket bioskop." Decak irish.

"Bike Boyz." Lanjut irish cepat saat mei mencoba protes.

"Ah ayo, kalo filmnya itu." Ucap mei dengan semangat, karna ya diam-diam mei menyukai vespa. Sempat terpikirkan ingin memilikinya, tapi karna harga vespa matic yang fantastis mahal jadi ia urungkan.

Mereka berduapun segera munuju lantai paling atas, tempat bioskop berada. Saat sudah berada di bioskop mereka berdua langsung memasuki teather, karna tepat sekali film akan di mulai. Dua jam kurang sudah berlalu, film yang mereka tontonpun telah selesai. Bahkan sekarang langit sudah gelap, yang artinya sudah malam.

"Rish, tadi pas liat vespa di film gue ga laper tapi kok sek.." Ujar mei, belum menyelesaikan ucapannya langsung di sela oleh irish.

"Kita ke food court." Dengus irish yang dihadiahi senyum merekah serta mata berbinar dari mei.

Setelah pembicaraan singkat itu, merekapun segera menuju food court yang berada satu lantai di bawah bioskop. Setelah sampai di food court, mereka membagi tugas. Mei bertugas mencari meja, sedangkan irish yang memesan makanan. Meja di balkon luar mall yang langsung menghidangkan pemandangan langit malam, dan kemacetan ibu kota terlihat jelas dari atas sini menjadi pilihan mei.

"Loh itu bukannya juli, tapi kok sama cewe siapa ya cewenya." Gumam mei saat melihat juli dan seorang perempuan yang tidak mei ketahui, karna memunggunginya sedang duduk di meja yang tidak jauh dari tempatnya. Samar-samar mei dapat mendengar pembicaraan mereka, tapi tidak terlalu jelas karna ramainya pengunjung food court.

"Ayolah, apa lo beneran ga punya sedikitpun perasaan sama gue?" Tanya juli, pada perempuan didepannya. Mei sendiri masih penasaran, dengan lawan bicara juli.

"Jul...kemarin-kemarin gue memang gapunya perasaan apapun sama lu, bahkan setitikpun ga ada. gue malah, suka arsya." Jelas perempuan itu yang sangat aku kenali, astaga sangkin syoknya mei sampai menganga.

"Tapi setelah sebulan ini lo deketin gue dengan gencar, gue mulai luluh. Bahkan, sekarang sepertinya. perasaan gue ke lo mulai tumbuh, seiring berjalannya waktu." Lanjutnya, yang dihadiahi senyum cerah di wajah juli yang jarang sekali tersenyum, serta air mata yang mulai mengalir di kedua pipi mei dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.

"Kalo begitu, apa lo mau jadi pacar gue Jessica Carlony?" Pinta juli pada jesi, ya jesi sahabat mei.

'Ayolah mei senyum, seperti slogan lo. jika bahagia tertawalah, jika bersedih tersenyumlah.' Argumen mei dalam hati, seraya tersenyum tipis diiringi air mata yang terus mengalir di kedua pipinya.





Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang