sebelas

185 18 0
                                    

"Suka pengen nabok maksudnya"lanjut mei dengan menampar pelan pipi arsya berserta diiringi kekehan khasnya.

Raut wajah arsya yang semula berseri-seri tampak bahagia sekali mendengar perkataan mei, seketika berubah menjadi datar. Bagaimana tidak? Ia sudah mengira jika sekarang mei sudah mulai menyukainya, dan jatuh pada pesona seorang arsya arega.tapi nyatanya, ekspetasi tidak sesuai dengan realita.

"Boleh,tapi"ucap arsya menggantung kalimatmya.

"Tapi apa?"

"Taboknya pake cinta ya"ujar arsya seraya menaik turunkan alisnya.

"Nih,cinta"ucap mei tajam, sambil menunjukan kepalan tangannya di depan wajah arsya.

"Gajadi makasi"ujar arsya dengan Senyum tipisnya.

"Lagi ada masalah?"Tanya arsya lagi. Mei hanya diam, tidak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh arsya.

"Anggap aja gue sahabat baru lu, kalo ada masalah jangan dipendem nanti badan lu tambah kurus. terus tambah tepos"ucap arsya lagi, diiringi dengan candaan recehnya.

"Lu ngatain gue tepos?"tanya mei dengan mata yang sedikit memicing ke arah arsya.

"Iya"jawab arsya dengan polosnya.

"Jahat"

"Ya mangkanya cerita ke gue"

"Apa untungnya gue cerita ke lu?"

"Mengurangi beban"jawab arsya santai.

"Terkadang orang-orang hanya ingin mengetahui, bukan peduli. So buat apa gue cerita ke lu kalo lu cuma hanya ingin mengetahui bukan peduli."jelas mei.

"tapi sayang gue bukan orang yang hanya ingin mengetahui,tapi gue peduli"ujar arsya yang membuat mei bungkam.

"Kan bukannya gue udah bilang, mulai hari ini kita sahabatan."lanjutnya lagi.

"Lu terlalu gampang ngomong kaya gitu, apa lu bisa menjadi sahabat yang selalu ada setiap gue membutuhkan lu?"

"Gue gak janji, tapi gue akan berusaha sebisa gue."

"Gue takut kalo gue udah mulai terbuka sama lu, tapi lu malah ninggalin gue sya."

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan mei,entah itu gue ataupun lu yang pergi."

"Gue suka sama dia sya,udah setaun belakangan ini gue berjuang Buat luluhin hatinya"jelas mei dengan kepala yang ditundukan.

"Tapi sayang perjuangan gue gak pernah dihargain sedikit pun sama dia."lanjut mei.

"Cewe secantik lu gak pantes berjuang, pantesnya diperjuangin"ucap arsya menatap dalam mei. perlahan mei mendongkak menatap wajah tampan arsya disampingnya.

"Gombal mode on"

"Gue serius"

"Hmm"

"Serius gombalin lu hahah"

"Ih arsya nyebelin"

"Jangan ngambek dong"

"Bodo"

"Ah mei gak asik baperan kaya anak perawan"

"Gue emang anak perawan bego,lu kira gue janda apa"ketus mei seraya mendelik ke arah arsya.

"Oh kirain gue nenek-nenek"jawab arsya santai.

"Sahabat laknat"

"Cie udah ngakuin kalo gue sahabat lu"goda arsya.

"Tau ah"ketus mei.

"Jangan judes-jedes,nanti cantiknya ilang.Senyum dong kaya gini nih" ujar arsya seraya memperaktekan senyum pepsodentnya pada mei,yang alhasil membuat mei tidak bisa menahan tawanya karna melihat muka konyol arsya. Arsya yang melihat mei tertawa pun merasa bahagia, entahlah arsya merasa hari ini perasaannya campur aduk. mulai dari kesal,sakit hati,dan bahagia dalam waktu bersamaan.hanya mei lah yang bisa membuat arsya karuan,apakah mungkin arsya sudah jatuh kedalam pesona seorang meikayla? Gadis mungil yang baru ia kenal. arsya pun tidak mengerti, yang jelas ia bahagia bila berada di dekat mei.

"Heh kecebong,malah ngelamun."ucap mei membuyarkan lamunan arsya.

"Eh engga kok, balik yu mei udah sore biar gue anter."ujar arsya.

"Eh gak usah sya, ngerepotin. lagian juga rumah gue deket dari sini"jelas mei.

"Oke lu mau, karna gue gak nerima penolakan."Putus arsya sambil berjalan menuju motornya yang terparkir dekat trotoar serta tangannya menarik tangan mei,sedangkan mei hanya mendengus dengan sikap arsya yang bersikap seenaknya sendiri.

Motorpun melaju dengan kecepatan sedang, menuju rumah mei yang jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk sampai ke rumah mei, apalagi dengan kendaraan roda dua yang bisa terbilang sangat cepat.
Motor besar milik arsya pun sudah berhenti dipekarangan rumah minimalis mei.

"Betah amat neng dibonceng abang"goda arsya.

"Bacot mulu deh lu sya kaya anak perawan"

"Abang mah bujangan neng bukan perawan."

"Serah lu nyuk"

"Nyuk?"Tanya arsya dengan wajah bingung.

"Kunyuk"ujar mei dengan tawa yang pecah.

"Nyebelin untung sayang"gumam arsya pelan, bahkan nyaris tak terdengar.

"Hah?ngomong apa lu?yang bener dah"

"Kaga ngomong apa-apa, udah ah gue balik dulu.lu masuk sana"

"Gue yang punya rumah lu yang ngusir yhaa"

"Gue yang ngusir lu yang ribet yhaa"

"Bomat, gue masuk aja lah. pusing gue ngomong sama lu mah, gaada beres-beresnya."

"Gih masuk, jangan mewek dikamar ya pendek" ledek arsya, dan segera melajukan motornya kencang meninggalkan pekarangan rumah mei. Sebelum mei mengamuk, karna mendengar ucapannya.

"Sialan lu sya,titi dija"teriak mei. Sedetik kemudian ia tersenyum tulus, setidaknya kehadiran arsya membuat mei melupakan masalahnya walaupun hanya sejenak.

Seseorang dibalik jendela sedari tadi sedang memperhatikan mereka pun tersenyum, mereka berdua tidak ada yang menyadari kalau juna abangnya mei itu sedari tadi mengintip mereka secara diam-diam.

'Makasih sya,lu udah buat princes nya gue kembali tersenyum tulus.'batin juna.






Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang