"Nih makanan lo." Ucap irish, seraya menaruh pesanan mereka berdua di meja. Dan masih belum menyadari raut wajah, serta air mata mei.
"WTF ME.." Pekik irish saat melihat dua sejoli yang sedang duduk berdua, di meja yang tak jauh dari tempat mereka. Tapi sebelum irish menyelesaikan pembicaraannya, mei sudah lebih dulu membekap mulutnya.
"Jangan teriak anjir" Desis mei.
"Ahskiianbsnmaknxbznak" Ucap irish tidak jelas, karna masih dibekap oleh tangan mei. Mei yang menyadari itu pun segera melepaskan tangannya dari mulut irish.
"Anjir mau bunuh gue apa lo bocil" Gerutu irish, dengan nafas tersenggal-senggal.
"Jangan teriak, atau gue kasih tau juna." Ancam mei, yang langsung diangguki dengan cepat oleh irish.
"Good kakak ipar." Lanjut mei dengam senyum manisnya.
"Are you okay?" Tanya irish sambil sesekali melirik ke arah meja dua sejoli, yang entah sudah officialan atau belum itu.
"I'm okay, no problem mau mereka kawin pun peduli setan." Jawab mei acuh tak acuh.
"Mei..lo muna banget tau ga sih?" Tanya irish kesal, karna sikap mei yang lain di mulut lain di hati.
"Munafik maksud lo?" Tanya mei balik, dengan raut bingung.
"Iya, lo itu munafik. Lain di mulut lain di hati, mulut lo bilang ga peduli tapi hati lo sakit kan?" Kata irish.
"Berusaha tegar itu ga masalah mei, tapi sok tegar itu yang jadi masalah. sok tegar itu jatohnya munafik mei." Lanjutnya
"Iya, gue akui itu. Gue emang munafik banget ya rish? Salah apa kalo misalnya gue gamau terlihat menyedihkan? Gue gamau rish dikasihani, lo benar bahkan sangat benar gue terlalu munafik jadi manusia. Gue pengen marah rish, maki-maki mereka berdua. Bahkan jesi, tapi gue bisa apa mereka saling mencintai. Sedangkan gue, cuman gue rish yang cinta." Jelas mei panjang lebar, dengan bercucuran air mata. Dan segera pergi meninggalkan irish, ia butuh waktu untuk menyendiri. Menenangkan pikirannya yang kacau, serta menata kembali hati yang sudah rusak.
"Maaf mei, bukan maksud gue untuk memaki lo. Gue cuman mau lo menyuarakan isi hati lo, tanpa berusaha sok tegar di depan gue." Lirih irish, saat mei sudah berlari pergi meninggalkannya entah kemana. Irishpun segera pergi pulang tanpa mau mencari mei, karna yang irish tau mei butuh waktu untuk sendiri.
Sepeninggalannya dari mall mei tidak langsung pulang, tapi ia pergi ke taman kota yang lumayan sepi karna sudah malam.
Duduk di bangku panjang seorang diri di tengah keramaian kota, itulah yang sedang mei lakukan sekarang. Menyendiri, berusaha menata hati yang sudah hancur agar terlihat biasa saja esok dan seterusnya.
Dadanya sesak, mei ingin teriak sekencang-kencangnya, ingin meraung-raung, dan ingin menangis sepuasnya. Tapi ia tidak bisa, hatinya begitu hancur. Ia kecewa pada kenyataan yang menamparnya dengan keras, sosok yang menjadi penyemangatnya setiap hari telah direnggut oleh sahabatnya sendiri. Dan kenyataan itulah yang lebih menyakitkan, saat sosok sahabat yang kamu jaga mati-matian malah menusuk mati kamu.
Pelahan wajah mei mengadah melihat langit yang hanya diisi oleh bulan, tidak ada bintang seperti malam-malam yang lalu. Semesta dan langit seakan berkonspirasi menegaskan mei, bahwa julinya sudah tak ada lagi dihidupnya dengan tak adanya bintang yang sering mei pandang dan anggap sebagai juli.
"Dan hari ini, pada detik ini, aku mengaku kalah pada semesta. Bahwa hati juli, tidak akan pernah aku menangkan." Lirih mei dengan senyum tipis.
Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.
KAMU SEDANG MEMBACA
mei
Fiksi Remajaini cerita tentang seorang meikayla.gadis ceria berbadan mungil yang mempunyai mimpi bisa menaklukan seseorang berhati dingin. who?julian. ya julian saputra, atau yang kerap di sapa juli. apakah kalian percaya jika mei bisa menaklukan juli si cowo b...