dua puluh empat

136 5 0
                                    

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, hingga jam istirahat pun telah tiba. Mei masih berada di dalam kelas membereskan beberapa buku yang masih berserakan di mejanya, sebelum pergi ke kantin.

"Bocil kantin ga?" Tanya irish yang kini sudah berdiri di samping meja mei.

"Iya mau bentar nanggung."

"Nanti lagi aja mei." Sela adel.

"Eh, kok jesi udah duluan keluar?" Lanjutnya lagi.

"Tau deh, mau apel sama hasil rebutan kali." Ucap irish seraya mengdikan bahu acuh tak acuh.

"Rish.." Tegur mei agar tidak berbicara sembarangan.

"Mei jadi orang jangan terlalu polos dan baik, jatohnya muna. Mau aja di bego-begoin." Ujar irish sambil menepuk bahu mei pelan, dan segera melangkahkan kaki ke kantin.

"Irish bener mei, walaupun gue baru temenan sama lo tapi gue rasa lo terlalu baik ngadepin orang yang jahat sama lo, terutama temen lo. Jangan jadiin pertemanan sebagai tameng, kalo lo mau marah gue rasa berhak. Untuk apa mempertahankan teman yang nusuk lo mati-matian?" Ucap adel bijak.

"Baik boleh, bego jangan. Jangan di diemin nanti ngelunjak." Lanjutnya dan segera pergi menyusul irish.

Sedangkan mei hanya termenung, sibuk mencerna semua perkataan kedua sahabatnya. Dilain sisi ia sayang jesi sahabatnya sejak lama, tapi di sisi lain pula ia kecewa pada jesi. Karna sahabat yang mati-matian ia buat agar tidak kecewa, malah sekarang mati-matian membuatnya kecewa. Kepalanya pusing memikirkan betapa rumit masalahnya, dan mei memutuskan untuk segera ke kantin menyusul kedua sahabatnya yang lebih dulu ke kantin serta melupakan sejenak masalahnya.

Seperti biasa pada saat jam istirahat, kantin menjadi lautan manusia kelaparan. Dan salah satunya mei pun termasuk, karna saat ini mei sudah duduk manis di temani batagor serta es teh manis yang sudah lebih dulu di pesankan oleh irish. Irish the best!

Mei memberhentikan suapan batagor kedalam mulutnya, saat pertanyaan dari adel terlontar. "Ga ngasih bekel mei?"

Bukannya mei yang menjawab, justru irish yang langsung menyela dengan ketus. "Ngapain pake segala ngasih bekel dikira si bocil emaknya dia apa?!"

"Tapikan rish bias..."

"Udah-udah ngapain berantem sih kaya anak gede aja." Lerai mei.

"Gue emang udah gede mei." Ketus mereka berdua bersamaan, dan kemudian langsung saling pandang dengan tatapan nyalangnya.

"Eh, kutil badak ngapain lo ngikutin gue fans ya lo sama gue yang cantik jelita aduhai badhai ini?!" Pede irish seraya mengibaskan rambut panjangnya yang indah.

"Hei anoa, mimpi aja sana kalo gue ngefans sama lo. Denger ya irishku sayang, lo sama kucing gue di rumah aja masih cantikan kucing gue!!" Ujar adel sambil memutar bola matanya malas.

"Sialan nyet, lo kira gue sama kucing sama apa."

"Beda lah, jelas beda. Kucing gue itu cantik imut-imut, lah lo amit-amit jabang bagong."

"Bibir lo minta gue hekter anju."

"Bibir lo noh minta gue sulam biar tambah jebleh."

Di tengah perdebatan sengit itu mei yang tak tahan pun langsung menyela. "Berisik anjrit, lama-lama mulut lo berdua nih yang gue jait."

"DIA DULUAN." Ucap keduanya lagi bersamaan dengan saling tunjuk-menunjuk.

"Lo"

"Jelas lo"

"Ya, lo lah bambank"

"Lo setan."

"JANGAN BACOT LAGI ATAU BENERAN GUE JAIT TUH BIBIR." Teriak mei yang langsung membuat mereka kicep terdiam, bahkan seisi kantin langsung melihat ke meja yang mei tempati, sedangkan mei hanya acuh dan cuek pada tatapan para penghuni kantin.

Mei berdiri "balik ke kelas kuy, gue udah beres makanya."

Irish dan adel terdiam, tidak menjawab perkataan mei.

"Woi mendadak budek bukan lo pada?!" Kesal mei yang masih tak di respon oleh kedua temannya.

"Kan tadi di suruh diem, kalo ga diem mulut kita bakal di jait gimana sih?" Tanya irish dengan wajah sok polos.

Mei yang mendengar itu pun melongo, serta jengkel mendengar penuturan temannya itu.

"IYA BETUL SEKALIAN AJA GAUSA NGOMONG SETERUSNYA SAMPE OLAP." Kesal mei dan langsung pergi meninggalkan kedua temannya, yang mampu membuat ia esmosi alias emosi stadium akhir.

"Gue salah ngomong del?" Tanya irish bingung.

"Ngga deh perasaan, emang bener si mei ngomong gitu." Jawab adel polos.

"Terus ngapa tuh anak darting."

"Tau deh, kita beli obat aja yu rish pulang sekolah di apotik."

"Obat apaan del?"

"Obat pil PA rish kata tetangga gue."

"Apaan pil PA?"

"PIL PENENANG ANJING."

"Emangnya si mei anjing apa"

"Tapi kan kata tetangga gue setiap yang minum itu selalu diem tenang, nah biar si mei ga emosi jadi kasih aja itu." Jelas irish.

"Wah boljug tuh, kuy lah nanti kita beli."

"Kuy kuy kuy" Balas adel semangat. Tadi saja mereka berdua seperti Tom and Jerry, dan lihat sekarang sudah seperti twins. Tidak ingatkah mereka, bahwa yang membuat mei emosi adalah mereka berdua. Dasar.





Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang