tujuh belas

125 6 0
                                    

Suasana kantin pagi ini begitu ramai, mengingat semua kelas free karna guru sedang rapat.

"Gila, kantinnya penuh anjai."decak irish, saat melihat keadaan kantin yang begitu padat.

"Tuh, pojok kiri kosong." Tunjuk mei pada bangku kosong di pojok kantin.

"Gila lo, cowo semua itu."decak jesi.

"Primadona mah beda." Cibir mei dan irish bersamaan, seraya melangkahkan kaki menuju meja yang tadi mei tunjuk. Mau tidak mau, adel dan jesi pun mengikuti mei dan irish dibelakang.

"Pesen apa gurl, kali ini gue yang pesen yak." Tanya mei, seraya bangkit dari tempat duduknya.

"Cireng rujak yang pedes." Ucap irish dengan senyum merekah.

"No, masih pagi."sela mei dengan mata melototnya.

"Ah,ga asik kalo mei yang pesen."keluh irish.

"Oke nasi uduk dan teh anget."ucap mei yang langsung meninggalkan teman-temannya yang melongo, dan pergi menuju stand penjual nasi uduk.

"Temen lo tuh jes" Kata irish takjub dengan keajaiban kelakuan mei.

"Temen gue, temen lo juga kali rish."geram jesi.

"Ohiyaiya lupa" Ucapnya diiringi cengiran lebar.

Tidak beberapa lama kemudian, mei datang lagi membawa senampan penuh, yang terisi oleh empat nasi uduk serta teh anget yang di bawakan oleh seseorang di sebelah mei.

"Loh...lo kok bisa sama dia sih mei?" Tanya jesi, dengan wajah bingungnya.

"Tadi gue bawanya susah, terus dateng nih kutil ngebantuin."jelas mei dengan rinci, yang hanya dibalas anggukan oleh jesi.

"Makasih ya arsya, babu gue."lanjut mei setelah duduk kembali di bangkunya.

"Heh pendek, yang bener napah bilang makasihnya."kesal arsya.

"Tau ah, laper gue."ucap mei, seraya mengedikan bahu lalu segera menyantap nasi uduknya.

"Gue duduk boleh?"tanya arsya, saat semua sudah mulai menyantap makanannya masing-masing.

"Boleh." Jawab jesi karna yang lain lebih fokus pada nasinya, ketimbang cowo yang orang sebut cogan, alias cowo ganteng a.k.a arsya. Setelah mendapat persetujuan, arsya pun segera duduk di samping mei. Dan semua perlakuan arsya tidak luput dari pandangan jesi, termasuk arsya yang dengan terang-terangan menatap mei.

"Cantik." Gumam arsya tanpa sadar.

"Jesi kan primadona sya, masa lo gatau sih."cibir mei, yang tidak tau kalau sebenarnya pujian itu untuknya.

"Emang gue bilang cantik ke siapa?" Tanya arsya seraya menaikan sebelah alis tebalnya.

"Semua juga tau kali, yang paling cantik di sini siapa lagi kalau bukan jesi."sahut mei malas.

"Lo gasuka gue dibilang cantik?"sela jesi, dengan raut yang tak terbaca.

"Eh...ga gitu maksud gue kan emang lo yang paling cantik." Jawab mei dengan bingung.

"Udah...udah, semua cewe cantik."sela arsya menengahi perdebatan kecil itu, yang jika tidak di lerai maka akan semakin panas.

"Udah lah, gue ga nafsu jadinya. duluan ya rish, del, sya." Pamit jesi pada teman-temannya kecuali pada mei, dan segera pergi meninggalkan kantin.

"Jesi kenapa sih?" Tanya adel yang baru berani membuka suara.

"Tau...Pms kali"sahut mei sekenaknya seraya mengedikan bahu.

"Ah gue duluan ya, maaf ganggu pagi kalian."ucap arsya tiba-tiba dan segera pergi.

"Lo bego mei." Geram irish saat arsya sudah pergi.

"Lah kok gue sih rish?" Tanya mei bingung.

"Ya lo lah, udah tau jelas-jelas si arsya bilang cantik ke lo."ucap irish.

"Kok ke gue sih? ke jesi lah pasti irish ku sayang."jawab mei masih dengan pendiriannya.

"Lo tuh bener-bener polos, apa bego sih."kesal irish.

"GATAU AH PUSING GAUSA BAHAS ITU." Teriak mei seraya menggebrag meja, yang dihadiahi pelototan dari kedua temannya, serta tatapan bingung dari para penghuni kantin.

"Beneran bego ternyata." Cibir irish.

"Ih irish bikes." Cemberut mei.

"Udah-udah gausa tengkar." Lerai adel.

"Eh bocil." Panggil irish.

"Apa." Jawab mei dengan tampang judesnya.

"Tuh yayang bebep lo, ga lo samperin?" Tanya irish sambil mengarahkan dagunya ke depan, seperti sedang menunjuk sesuatu.

"Yayang bebep...yayang bebep, ga punya kaya begituan mei mah masi kecil." Jawab mei dengan malas.

"Lo udah ga suka sama yayang juli lo?" Sahut irish cepat.

"Serius?" Lanjutnya lagi tidak sabaran.

"Suka kok." Jawab mei dengan polos.

"Cinta?" Tanya adel menimbrung.

"Banget."jawab mei dengan senyum merekah.

"Dianya?"

"Ngga, bahkan mei di suruh move on." Sahut mei lemas dan tatapan terluka.

"Nah bagus tuh, move ya. gue juga ga setuju kalo lo sama si mulut cabe itu." Sahut irish cepat dengan senyum manisnya.

"Cinta itu gabisa dipaksakan mei, kalo kamu memang tidak bisa memilikinya, maka dalam sujudmu selalu doakan dia. itu baru yang namanya mencintai dengan tulus, walau tidak bisa memiliki."jelas adel dengan bijak.

"Adel teguh anjai."celetuk irish, sedangkan mei hanya tersenyum.

'Kalian yang terbaik, semoga tidak pernah mengecewakan mei suatu saat nanti.' Batin mei.






Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang