tiga puluh lima

76 5 0
                                    

Setelah pembicaraan singkat yang lumayan menguras pikiran di taman belakang tadi, mei segera menuju kamarnya untuk beristirahat.

Badannya lelah, pikirannya kacau, dan hatinya bergemuruh. Mereka butuh di istirahat barang sebentar.

Tokk...tokk...tok...

Gedoran dari seseorang di balik pintu, berhasil mengusik mimpi indah gadis mungil yang masih berbaring di atas ranjangnya.

Tak lama gadis itupun terbangun dari posisi terlentangnya. "Iya sebentar." Ucap gadis itu sedikit berteriak pada seseorang di balik pintu.

"Lo tidur apa belajar mati?" Tanya orang itu saat pintu sudah terbuka lebar.

"Ya tidur lah, kalo gua mati udah ada di pemakaman." Ucap lawan bicaranya ketus.

"Mamah tunggu bawah." Ucapnya.

"Hah?" Lawan bicaranya mengernyit.

"Lo ngomong apaan si Juli, yang jelas dong. Jangan pake bahasa oray." Lanjutnya kesal.

"Ckckck mamah nungguin lo di bawah." Ujar orang itu yang ternyata juli, seraya berlalu dari hadapan mei.

Dengan kesal dan kaki yang di hentakan mei berjalan di belakang juli.

Sesampainya mereka di meja makan sudah terlihat Kaira, mamah juli. yang sedang menata makanan, di atas meja.

"Mei kamu tadi kayaknya kecapean banget, jadi tante ga tega bangunin kamunya pas makan siang." Jelas kaira dengan perasaan bersalah.

Mei menggeleng seraya tertawa. "Bukan salah tante kok gapapa emang akunya aja kebo."

"Kebo badak." Desis juli di sebelahnya.

Mei melotot "Enak aja."

Kaira hanya menggelengkan kepala. "Udah ah kalian ini berantem mulu nanti jodoh loh."

"Amit-amit" Ucap mei dan juli bersamaan

'Aamin bingit yaallah.' Lanjut mei dalam hati.

"So amit-amit lo taunya mau banget kan." Talak juli.

"Sotoy kaya dukun."

"Emang bener secara kan lo cinta mati banget sama gua."

"Kok lo jadi banyak bacot gini si ga kaya biasanya." Kesal mei.

"Yeu bodoamat, mulut juga punya gua bukan punya lo."

Kaira yang sedari tadi menonton perdebatan merekapun segera angkat suara. "Sudah-sudah kalian ini mau makan atau mau ribut, kalo mau ribut sana di ring tinju."

Setelah kaira membuka suara semuapun terdiam tentram, menikmati makan malam dengan hening.

"Tante biar mei aja yang cuci piringnya ya." Ujar mei saat selesai makan.

"No..gausah sayang kamu kan tamu,  masa tamu cuci piring." Kaira menggeleng kuat.

"Gapapa kok tante lagian kan mei juga yang mau." Ucap mei seraya tersenyum.

"Kaya yang bisa aja." Cibir juli yang sedari tadi hanya menyimak.

Mei memutar ke dua bola matanya malas. "Ya bisa lah."

Belum sempat juli membalas ucapan mei, kaira lebih dulu menyela. "Ya sudah kalo itu mau kamu sayang."

"Makasi tante, yaudah mei ke belakang dulu ya tan." Pamit mei seraya membawa piring bekas mereka makan, untuk di cuci.

Tanpa mei sadari dari tadi gerakannya tak luput dari mata tajam milik seseorang.

🐳🐳🐳

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang