tiga puluh tiga

80 4 1
                                    

Pagi hari di weekend minggu ini mei terbangun lebih cepat, biasanya ia akan rebahan sepanjang hari, bahkan melewatkan mandi paginya. Ia hanya akan mandi sore, jorok sekali memang.

"Sudah siap semuanya bang?" Tanya kanaya, sang bunda.

"Udah bun." Jawab juna seraya menggeret kopernya yang berisikan keperluan untuk di bawa ke Jogja.

"Cuekin aja terus cuekin aku rapopo." Celetuk mei yang tengah duduk di sofa seraya bersedekap dada.

"Eh sayangnya bunda kok cemberut terus, ga baik loh sayang." Kekeh kanaya seraya menghampiri anak bungsunya yang sedang merajuk.

"Nda...mei ikut aja deh sama bunda." Rengek mei sambil memeluk erat sang bunda.

"Bunda juga maunya begitu, tapi maaf sayang ga bisa. Ini abang mu ikut aja sebenarnya bunda keberatan, takut mengganggu sekolah." Jelas kanaya panjang kali lebar.

"Gausah cemeberut gitu, nanti abang beliin oleh-oleh." Sela juna seraya mengelus surai rambut mei.

"Yaudah deh, ayo mei anter kalian." Ucap mei saraya berdiri.

"Kita yang anter lo ke rumah tante kaira dulu." Jawab juna malas.

"Ish mei nanti aja lah kesananya."

"Gabisa gitu lah."

"Abang berisik kaya ikan."

"Sisik kali ah." Ralat juna.

"Pokonya abang bicik mei ga like.".

" Udah..udah... Mei ayo bunda dan abang antar ke rumah tante kaira." Lerai kanaya.

Belum sempat mei menjawab, sang bunda sudah kembali berbicara. "Gaada penolakan sayang." Di hadiahi dengusan kesal dari mei, serta senyum penuh kemenangan dari juna.

🐳🐳🐳

Hanya butuh waktu 7 menit untuk sampai di depan rumah minimalis, yang hanya berjarak satu blok dari rumahnya. Kini mei, juna, dan sang bunda sudah duduk manis di ruang tamu, bersama dengan dua orang yang sudah sangat mei kenal.

"Maaf kai aku jadi merepotkan kamu dan keluargamu." Ucap kanaya memulai obrolan pada seorang wanita paruh baya yang duduk di hadapannya.

"Gapapa kok ana, aku ga keberatan. malah aku seneng, aku jadi ada yang nemenin." Jawab kaira diiringi senyum manis.

Yaps...sekarang mereka sudah berada di dalam ruang keluarga tante kaira, ibunda juli. Sedaritadi mei hanya menunduk memainkan kuku tangannya, berusaha menghilang kan gugup.

"Aku cuman seminggu kok di sana kai." Jelas kanaya.

"Sebulan juga aku ga keberatan kok ana." Canda kaira.

"Apalagi mei pasti seneng dong." Lanjut kaira seraya tersenyum penuh arti pada mei yang sedari tadi menunduk dan bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Ah iya apa tante?" Tanya mei yang tersadar dari lamunanya.

"Gugup banget kayanya mei." Kaira terkekeh menggelengkan kepalanya.

"Eh engga gitu kok tan." Sangkal mei padahal ia terlihat sekali sedang gugup, apalagi sedari tadi mata elang nan tajam milik seseorang selalu menatap ke arahnya.

Mei sadar akan juli yang menatapnya, tapi ia mencoba untuk tidak peduli. yang nyatanya tidak berhasil karna sedari tadi jantungnya berdisko ria.

"Kayanya aku dan juna harus berangkat sekarang deh." Ucap kanaya tiba-tiba seraya melirik arloji di tangan kirinya.

"Kok cepet banget nda." Protes mei.

"Ini sudah siang sayang." Ucap kanaya.

"Yaudah hayu bun." Juna berdiri seraya menyalimi punggung tangan kaira, mamah juli.

"Tan...aku pamit titip adik nakal aku ya." Ucap juna seraya terkekeh yang di angguki oleh kaira.

"Enak aja aku ga nakal ya bang." Mei membrengut.

Kanaya memeluk kaira erat. "Kai aku titip anak bungsuku."

"Aku pasti jaga mei." Ucap kaira pasti.

"Bunda ga mau peluk mei?" Tanya mei.

Kanaya memeluk anak bungsunya erat. "Kamu baik-baik di sini sama tante kaira, jangan merepotkan. Jangan sedih, bunda pasti kangen kamu."

"Bunda sama abang hati-hati, jaga kesehatan. Cepet pulang kesayangan mei." Ujar mei yang sudah berkaca-kaca.

"Selama gua gaada lo bae-bae jangan bar-bar, jul titip ade gue yang nakal ini ya." Ucap juna.

"Gua yakin lo pasti bingung, dan di kepala lo pasti banyak pertanyaan. lo bisa tanyakan sama mei nanti." Lanjutnya.

"Iya." Jawab juli singkat, padat, dan jelas.

"Kita berangkat ya, assalamu'alaikum." Ucap kanaya seraya memasuki mobil dan perlahan mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah juli.

'Belum sehari aja udah mendebarkan yaallah kuatkan hambamu ini.' batin mei.

Kaira merangkul mei. "Ayo sayang kita masuk, jangan sungkan."









Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang