dua puluh delapan

135 6 0
                                    

Pagi ini mei berangkat sekolah sendiri, dengan menaiki angkutan umum. Alasan pada kedua orang tuanya dan bang juna adalah karna ada jadwal piket kelas jadi harus datang pagi, dan itu semua hanyalah alibi mei agar bisa menyendiri pagi ini.

Karna lamunannya pagi ini waktu sudah menunjukan pukul 6.40 wib, tapi mei masih berada di halte depan komplek rumahnya, seraya melamun padahal dari tadi sudah banyak angkutan umum yang lewat tapi tak ia hiraukan.

Hingga lamunannya buyar karna suara seseorang. "Woi ngelamun aja, kesurupan tau rasa lo."

Mei yang kagetpun langsung mendelik kesal pada orang itu, setelah mengetahui siapa orangnya. "Ini kayanya gua udah mau kesurupan deh sya, soalnya setannya udah ada di depan gua."

Arsya melotot saat mendengar ucapan mei. "Lo ngatain gua setan?"

Mei mengedikan bahu. "Gua ga  ngomong gitu tuh, lo sendiri yang ngerasa."

Dengan dongkol arsya menjitak jidat mei pelan. "Dasar bocil laknat."

Mata mei melotot saat dikatai arsya. "Setan jauh-jauh deh dari gua, nanti gua kesurupan."

Arsya mendelikan matanya. "Sialan lo, btw sekarang jam berapa mei?"

Dengan malas mei melihat jam tangannya. "Tujuh pas." Setelah mendengar jawaban mei, arsya hanya ber oh ria. Selang beberapa menit keduanya langsung berteriak heboh, saat sudah konek.

"ANJIR BISA TELAT INI." Teriak keduanya bersamaan.

"Lo gausa nyamain gua." Ketus mei.

"Lo yang nyamain gua." Kesal arsya, yang tidak di balas oleh mei yang malah melangkahkan kakinya ke ujung trotoar.

"Bareng sama gua aja cepet, bisa telat kalo lo nunggu angkot yang se abad." Ujar arsya yang sudah menaiki motornya, entah sejak kapan mei tidak menyadarinya.

"Gausa banyak mikir, kaya punya otak aja lo. Cepetan elah." Lanjut arsya, saat mei masih diam. Mau tak mau mei pun menaiki motor arsya, dari pada telat, pikirnya.

Setelah di rasa mei sudah naik dan duduk dengan benar arsya pun segera melajukan motornya meninggalkan halte dengan kecepatan tinggi menuju SMA Garuda. Mereka berdua pun sampai di parkiran sekolah, tepat dua menit sebelum gerbang di tutup.

Mei turun dari motor arsya. "Sya perasaan gua doang apa gimana kok kayanya orang-orang pada ngeliatin gua ya?"

Arsya menoyor jidat mei. "Geer banget lo bambank, mereka liatin gua yang cakepnya ngelewatin jefri nichole."

Dengan wajah polosnya mei geleng-geleng kepala. "Iya ngelewatin, lewat doang tapinya." dan segera pergi meninggalkan arsya yang melongo di parkiran menuju kelasnya.

"Sialan, emang si mei. Belum aja gue tabok tu bibirnya, pake bibir gue tapi, eh otak gue udah konslet nih kayaknya haha." Monolog arsya seraya pergi ke kelasnya dengan senyuman di wajah tampannya.







Jangan lupa vote and komen ya hargai author tq.

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang