enam belas

123 5 0
                                    

"Biar gue aja yang pegangin"ujar dua orang bersamaan. Semuanya pun langsung menoleh ke arah dua orang yang berbicara termasuk mei.

"Enak aja lo bedua mau modus."geram mei.

"Mana enak mei modusin lo, kaya triplek begitu." Cibir dino

"Heh dinosaurus jelek, musnah deh lo."sebal mei.

"Udah-udah cepetan mei naik, nanti keburu udahan upacaranya."Lerai dito.

"Mei gamau di pegangin sama bang iki atau arsya, gamau juga sama dito."rajuk mei.

"Terus lo mau sama siapa bocil?" Tanya bang iki.

"Sama kak juna lah." Tunjuk mei semangat pada seseorang yang baru datang.

"Gila, lo mau bagi-bagi rejeki sama temennya si juli mei?"tanya bang iki yang tidak di tanggapi oleh mei, dan mei segera memanggil kak juna yang tak lain adalah abangnya sendiri.

"Kak juna,kok ga upacara? sini bantuin mei." Panggil mei, seraya melambai-lambaikan tangannya.

"Tadi ban motor gue bocor, bantuin apaan dah, jangan aneh-aneh deh loh."desis juna menatap mei tajam.

"Bang juna, eh maksudnya kak juna, cukup diem di sini pegangin tangga udah deh beres."jelas mei dengan mata berbinar serta senyum manisnya menatap juna.

"Gue gak mau."tolak juna mentah-mentah.

"Bodo amat, mau megangin mau ngga gue naek."putus mei sambil menaiki tangga satu persatu. Melihat adiknya yang sudah menaiki tangga, mau tidak mau juna segera memegangi tangga, agar adiknya yang nakal itu tidak terjatuh.

"Ngadep belakang lo pada." Ucap juna tajam kepada empat orang yang memperhatikan mei naik.

"Yaelah lo aja kaga jun."Cibir dino.

"Kan gue mah beda."

"Sama aja lo cowo."Sela arsya yang di angguki dino.

"Bacot."geram juna.

"Woi ini gue udah sampe atas gimana lagi?"Tanya mei dari atas sedikit teriak.

"Bentar tunggu gue naek."Ucap arsya dan segera menaiki tangga menyusul mei yang sudah terlebih dulu sampai di tembok pembatas.

Saat arsya sudah sampai di atas ia pun berbicara pada mei. "Gue dulu yang lompat, nanti baru lo biar gue tangkep." Tanpa menunggu persetujuan mei arsya pun segera melompat.

"Mei cepet lompat, biar gue tangkep, lo gausa takut."ujar arsya dari bawah sana saat sudah berhasil mendarat dengan selamat.

Mei bukan lah gadis lemah, yang akan merengek minta tolong pada siapapun, untuk menurunkannya dari pembatas tembok yang tinggi ini. dia adalah gadis kuat, pemberani, dan penyuka tantangan. Jadi tanpa di suruh pun ia dengan senang hati melompati pembatas tembok yang tingginya sekisar dua meter itu.

'Gila adek gue jiwanya laki banget' decak juna dalam hati saat melihat adiknya tanpa ragu melompat terjun ke bawah.

"Gila mei, lo cewe apa bukan sih?"tanya arsya dengan wajah cengonya, saat melihat mei tadi melompat dan mendarat tepat di hadapan arsya tanpa jatuh sedikitpun.

"Yeu...lo kira gue lucinta luna kali ah cewe jadi-jadian."sinis mei seraya melangkah pergi menuju kelas yang dirasa aman karna ia yakini kalau upacara telah usai.

"Abang-abangkuh yang jauh di sana terhalang tembok, terimakasih ya sudah membantu dedek mei yang imut ini."teriak mei dengan nada menggelikan ditelinga siapapun yang mendengarnya.

Saat mei sudah hampir menghilang dibalik belokan, seseorang tersenyum seraya terus memperhatikan punggung mei dan bergumam.

"Gue rasa...gue bukan lagi penasaran dengan seorang meikayla, tapi sepertinya gue udah jatuh kedalam pesona seorang meikayla."Gumam arsya.ya, seseorang yang memperhatikan mei sejak mei melangkah pergi adalah arsya.

Koridor demi koridor mei lewati pagi ini, dengan senyuman yang tak hilang dari wajah imutnya. Pagi ini entah karna apa, sepertinya karna tadi ia melakukan sesuatu yang menantang jiwa adrenalinnya, setelah sekian lama ia hanya memikirkan juli dan juli hingga ia tidak menyadari kalo bahagia tidak hanya dari orang yang kita inginkan bahagia bisa diciptakan oleh diri kita sendiri.

"WOI BOCIL PAGI-PAGI MIKIRIN ADEGAN PLUS PLUS YE LO." Teriak irish di depan kelas diiringi kekehan.

"ENAK AJA LO NYEMOT GUE MASI SUCI GA KAYA OTAK LO NGERES."balas mei sambil berlari berusaha mengejar irish.

Bruuk..buk...

"Anjir sakit pantat gue."pekik mei, saat sudah terduduk di lantai. akibat bertabrakan, mengenaskan.

"Kasian deh lo bocil."Ledek irish seraya menjulurkan lidahnya.

"Awas aja lo irish gue cincang nanti." Geram mei sambil berusaha berdiri.

"Maaf" Ucap seseorang yang menabrak mei,saat mei melihat siapa orang yang menabraknya mei begitu terkejut karna seseorang itu mau meminta maaf biasanya juga memaki.

"Iya gapapa."Balas mei tanpa mau berkontak mata dengan juli. ya, orang yang menabrak mei adalah juli. si cowo dingin dengan mulut sepedas cabai, tapi kemana perginya mulut cabainya itu? tumben sekali ia meminta maaf, apalagi pada seorang meikayla.ah memusingkan jangan sampai hanya karna juli meminta maaf pertahanan mei untuk move on hancur, pikir mei.

"Wah kacau, si bocil ga marah. pantesan orang yang nabrak si es balok, modus ya lo."cibir irish yang entah kapan sudah berada di samping mei.

"Mana ada modus." Kata mei seraya menarik irish untuk pergi dengan tergesa-gesa.sedangkan juli hanya mengangkat bahunya acuh, tanpa mau repot-repot peduli.

Saat sudah sampai dikelas, keadaan kelas sangat ricuh karna tidak ada guru yang mengajar.mei dan irish pun memasuki kelas, dan menuju ke tempat duduknya yang berada di pojok kelas.

"Telat lo?" Tanya jesi saat mei sudah duduk di bangkunya.

"Yoi"

"Kok ga dihukum?"sela adel.

"Memacu adrenalin" Jawab mei santai.

"Gila lo, jangan bilang lo manjat tembok pembatas gerbang belakang?"Tanya irish yang ikut bergabung dengan obrolan.

"Seperti yang lo pikirkan irish sayang."Sahut mei dengan kerlingan matanya.

"Najis,punya temen gini amat gue."desis irish yang dibalas senyuman lebar mei dan gelengan kepala dari adel dan jesi.

"WOII HARI INI FREE GURU PADA RAPAT." Teriak Iwan si ketua kelas yang baru saja memasuki kelas.

"Kantin kui." Ajak mei setelah mendengar penuturan dari iwan.













Hai mochachi'luv🖤
Maaf kalo jarang updet
Maaf kalo gaje
Maff bgt wkwk

Jangan lupa vote and komen kritik serta fllw ya gais🖤

meiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang