02 : Prince Charming

20.4K 2K 44
                                    

"Gue salah jurusan deh." Gue menggumam kesal sembari menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Sengaja menatap ke ukiran langit-langit membosankan agar air mata tidak kunjung jatuh dan terurai. Bibir gue yang dipolesi lipstik Chanel nomor 817 alias Rouge Splendide manyun manja untuk nggak mewek keras-keras.

Gue berhasil nggak telat sampai kelas dan ikut kuis hari ini. Memaksa driver ojol untuk tancap gas meski bayarannya, penampilan gue tambah acak-acakan terkena terpaan angin bercampur polusi ibukota. Ketika napas yang ngos-ngosan belum kembali normal, Pak Pri datang dan mulai membagikan soal hitung-hitungan yang dari dulu menjadi kelemahan gue nomor satu. Ada limabelas soal dan gue sama sekali blank menghadapi mereka. Mending gue adu gulat sama Cecep daripada adu otak di kelas Akuntansi dasar. Seenggaknya, gue ada kemungkinan menang melawan Cecep meski badannya bongsor dan dua kali lipat dari ukuran badan gue yang langsing tinggi dan menawan ini.

"Sepanjang tiga semester kenal lo, gue udah denger lebih dari seratus kali ye lo ngomong begitu. Sana pindah jurusan lo!" Cecep menoyor kepala gue. Dan itu nggak main-main karena kepala berharga gue sampai terayun ke belakang. Cowok jadi-jadian pemakan bangkai emang ya nggak punya hati.

Nggak mau kalah, gue cubit aja lemak perut Cecep yang sama sekali nggak menggemaskan itu. Si empunya menjerit melengking untuk satu detik. Karena di detik selanjutnya dia malah menjerit, coret, mengeluarkan suara seperti desahan yang bikin gue malu karena kenal gajah jadi-jadian ini.

"Sinting lo," umpat gue kesal. Iya. Cewek seprincess gue nggak boleh ngomong kasar banget di depan umum. Kalau-kalau ada yang lihat dan berita tidak menyenangkan terumbar mengenai sifat tercela gue, bisa-bisa pamor gue bisa turun kasta.

Cecep tertawa keras. Berkebalikan dengan gue yang merana dalam hati, Cecep kelihatan adem ayem meski gue tahu kapasitas otak dia juga nggak seberapa. Ngerjain satu soal dengan benar saja sudah sebuah keajaiban buat dia. 

Gue memicingkan mata curiga, "Lo kenapa kelihatan happy banget begitu? Abis dapet arisan ya lo?"

Cecep mengibaskan tangannya. Dia mengambil tote bag bergambar bibir berwarna merah merekah dan berukuran sangat besar dan menentengnya nggak tahu malu. "Lo mau ke mana?"

"Udah nggak usah banyak tanya. Kalau yey mau tahu, ikutin aja gue!" Cecep terkikik. Lengan kekarnya yang penuh akan lemak menarik gue dengan tenaga samsonnya. Yang namanya cowok meskipun melambai dan setengah matang, tetap saja sih dia memang kodratnya seorang laki-laki. Dan fisik seorang laki-laki memang lebih kuat daripada gue yang cewek tulen ini. Enggak, gue nggak menentang emansipasi perempuan. Tapi dari segi fisik gue mengakui kalau wanita memang kalah kuat. 

Cecep menarik gue ke parkiran motor. Mengambil motor vario besar yang sepertinya memang diperuntukkan untuk size tubuh yang berlebih. Gue nggak bisa bayangin Cecep naik motor beat mini. Bisa hancur sudah dan luluh lantak motor tidak berdosa akibat beratnya dosa yang Cecep tanggung.

"Naik lo." Perintah Cecep yang ajaibnya gue turutin. Meskipun dalam hati maupun secara lisan gue hobi hina Cecep marucep ini, nggak bisa disangkal dia satu-satunya temen yang gue punya di kampus ini. Ini juga sebab kenapa gue susah nolak kalau dia pinjem barang-barang gue yang branded only. Temen-temen cewek terlalu insecure dekat dengan gue. Merasa nggak percaya diri karena kalah shinning simmering splendid dibandingkan dengan gue. Itu kata Cecep. Sementara temen cowok yang lain menatap gue mirip serigala kelaparan yang bikin gue illfeel.

Gue duduk miring di belakang Cecep. Kaki jenjang gue bertumpu dengan cantik sementara tas ransel gue, gue pangku sekaligus untuk beban tambahan agar rok baby yellow gue nggak berkibar ke mana-mana dan memamerkan celana dalam gue yang of course berwarna baby yellow juga. Jangan tanya apa warna kutang gue karena jawabannya adalah sama, baby yellow juga beibih.

Sepeda motor Cecep berbelok ke gedung fakultas sebelah. Fakultas Seni Rupa lebih tepatnya. Seumur-umur gue kuliah di Universitas Satria, baru sekali ini gue mampir ke sini. Gedung Fakultas Seni Rupa agak aneh dan nyentrik. Sekilas memang nggak banyak perbedaan dengan struktur dan warna cat. Tapi dibeberapa titik ada saja patung berbentuk abstrak atau lukisan nggak jelas yang bertebaran. Bahkan kabarnya, saat malam menjelang beberapa titik di bagian kampus ini sering dijumpai makhluk astral berbentuk Mbak Kunti atau Mas Gende. Aih, jiwa pricessku merinding takut.

"Lo ngapain ke sini sih?" bisik gue sembari mengeratkan cengkraman di kaos Cecep.

"Mau ketemu gebetan gue." Cecep terkikik senang. Sementara gue spechless di tempat. Gue sangsi kalau gebetan Cecep adalah wanita tulen pada umumnya. Atau jangan-jangan gebetan yang dia maksud adalah pria urakan penghuni fakultas seni atau bahkan pria bertato dan bertindik yang ada di sini. Kemungkinan lainnya, bisa jadi kalau gebetan yang Cecep maksudkan adalah makhluk astral penghuni kampus ini. Oh. My. God.

Gue merapal doa dalam hati. Berharap sahabat gue nggak terlalu menikung tajam dari kodratnya. Dia masih punya testis untuk menghasilkan sperma yang bisa menjadi zigot dan kemudian lahir sebagai bayi bayi yang lucu nan menggemaskan. Tuhan bakal marah kalau dia nggak memanfaatkannya benar-benar.

Motor Cecep lalu terparkir nggak lama kemudian. Rupanya dia sudah hapal betul letak tempat parkir di sini yang menguatkan dugaan gue kalau dia sudah lumayan lama bolak balik ke sini.

Cecep lalu mengedarkan pandangan ke studio besar tempat beberapa mahasiswa dan mahasiswi sedang berkreasi. "Lo tunggu sini dulu ya. Jangan ke mana-mana," katanya cepat sebelum gue bahkan menjawab. 

Yha terus buat apa lo ngajakin gue ke sini kalau ujung-ujungnya gue ditinggalin! Resek banget emang ih!

Menolak mati gaya. Gue meneliti keadaan sekitar. Cukup menyukai karena di wilayah kampus ini lumayan banyak pohon rindang dengan bunga-bunga kecil berwarna pink mirip bunga sakura. Eh, beneran bunga sakura asli ya?

Gue meniti langkah ke arah pohon pink itu. Takjub karena Sakura bisa tumbuh di sini. Baru beberapa langkah gue berjalan, suara benda terjatuh, erangan tertahan, dan kucing yang mengeong marah terdengar. Gue terdiam di tempat. Karena benda terjatuh itu berbentuk seorang cowok ganteng mirip Prince Charming dalam imaji gue. Dan, oh Lord, dia tersenyum geli ke arah kucing di dekapannya yang sepertinya marah dan ingin lepas. Meleleh hati gue Bang.

Oh my my my my, pengen banget gue jadi kucing dalam dekapannya itu. Bisa nggak sih kita tukar posisi aja?

***

Universitas Satria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Universitas Satria












Penampakan dari Prince Charming pernah loh mampir di Rocking karya JulieHasjiem. Yuk ditebak ditebak.
Jangan lupa mampir juga ke Twirling karya nyonyah bebeklucu ya...

Kasih vote commentnya puhleeeees.
😒😒
😏

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang