Kayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...
"Ayang ikutan aja. Ya ya ya ya ya?" Gue mengedip-ngedipkan mata manja kepada si sayang yang sedang berfokus pada laptop di depannya. Genta memakai kacamata anti radiasi yang bertengger di hidung seksinya.
Gue baru menerima berita dari Bang David kalau Baginda telah mengatur pertemuan lusa nanti di sebuah restoran yang berada di hotel bintang lima. Untuk sebuah perkenalan say hi, menurut gue itu kelewatan. Kenapa Baginda nggak mengatur pertemuan di kafe yang cozy dan membuat atmosfer tercerahkan dengan rasa nyaman jika tujuannya memang adalah pertautan dua keluarga?
Gue kembali mengerjapkan mata yang tahu nggak akan digubris oleh Genta. Dia menjadi pendiam setelah gue menceritakan bahwa Baginda merencanakan perjodohan buat gue. Sejak satu jam yang lalu, gue yang memberitahu adanya pertemuan itu juga membuat Genta semakin mengabaikan gue.
Kan jadi kesel kalau gini.
Apa gue perlu telanjang sambil stripis pakai pom-pom cheerleadeer biar perhatian dia kembali ke gue?
"Aww!" Gue mengaduh ketika Genta menyentil dahi gue. "Kan sakit."
"Makanya jangan mikir yang enggak-enggak." Genta berdecak. Dia lalu melepas kaca matanya dan membuat gue menghela napas menyesal. Tampang Genta tanpa kaca mata itu sudah tampan sekali. Ditambah kacamata baca, nyatanya menambah kadar ketampanannya menjadi seribu kali lipat dengan aura kedewasaan yang juga terlihat nyata.
"Jangan dilepas ih." Gue mengambil kaca matanya lagi. Memasangnya dan berdecak kagum. "Kalau lagi di luar, nggak boleh pakai kacamata ya. Nanti banyak yang naksir."
"Kamu bisa nggak jadi jelek biar nggak ada yang naksir juga?"
Gue merengut. "Nggak bisa. Nanti kamu malah berpaling. Kan aku yang rugi."
"Memangnya kalau aku jelek, kamu juga mau berpaling?" Genta menaikkan satu alisnya. Gue tahu dia bercanda, tetapi sebagai pacar yang sudah sejiwa dengan ayang beb, gue bisa melihat ada rasa takut di dalamnya.
"Enggaklah! Sekarang aja ayang udah jelek. Apa aku berpaling dari ayang?" Gue mengeluarkan senyum polos mempesona yang membuat Genta gemas. Alhasil, dengan jemarinya dia menggelitik perut gue sampai gue terpingkal dan kelelahan di atas tempat tidur Genta.
Gue menarik napas karena tertawa ternyata bisa sangat melelahkan. Kemudian baru menyadari posisi kami dengan gue yang ada di bawah dan Genta yang berada di atas dengan kedua tangan yang menopang tubuhnya, ada di sisi kanan dan kiri gue. Gue bisa melihat netra gelapnya yang menciptakan maha karya dengan alis tebalnya. Kaca matanya sudah terlepas karena sikap jahilnya berapa saat yang lalu.
Mata gue turun ke bibir genta yang terlihat merah muda secara alami. Berlama-lama melihat bibirnya dan naik lagi ke matanya. Gue menelan ludah susah payah. Mencoba menarik napas ketika wajah Genta semakin dekat, dan dekat, dan dekat.
"Ehem! Ati-ati anak orang bunting woy!" Teriakan si kampret Oca yang sedang menyeringai terlihat. Gue menghela napas kecewa ketika Genta menarik diri dan masuk ke kamar mandi.
"Rese amat sih lo." Gue bersedekap. Menatap kesal ke arah Oca yang malah usil membuka pintu kamar Genta semakin lebar. "Gue kan berniat baik. Gue nggak mau ya kalau nanti dapat laporan dari lo nangis-nangis gara-gara hamil." Dia tersenyum miris yang nggak gue tahu apa penyebabnya. Mungkin dia punya pengalaman serupa yang melibatkan derai air mata yang mengajak ingus dan para bala kurawa ikut menyerbu. Eww.
"Genta nggak akan melakukan hal yang akan menyakiti gue." Gue berkata yakin.
Oca melengos. Mengibaskan tangannya dan berkata hal yang memang menjadi fakta, "Dasar bucin."
Gue memeletkan lidah. Mengabaikannya yang terbahak dan pergi dari kamar Genta. Akhirnya pengganggu hilang juga.
Genta lalu keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sepertinya baru saja dibasuh. Semakin berkilau aja aura yang terpancar si sayang. Tetapi gue nggak bisa lengah. "Jadi gimana, Yang? Mau ya ya, ya ya ya ya ya?" Gue memeluk pinggangnya. Kembali mengerjapkan mata berulang kali. Berdoa semoga Genta mau ikut gue ke pertemuan dengan si Tarantula itu.
Genta mengulas senyum yang membuat gue hampir meleleh. Dia lalu menepuk kepala gue singkat dan kembali ke depan laptopnya.
"Ih ayang!" Bukan Kayara namanya kalau menyerah semudah itu. Gue duduk di samping Genta. Mengurung Genta dengan kedua tangan dan menggigit bahunya.
"Sakit Kay."
"Makanya, ikut ya nanti." Gue berkata lagi.
Genta kali ini menghela napas. "Aku nggak suka makanan Perancis."
"Tapi Ayang kan suka Lemon Tart." Gue membantah. Gue tahu menu Lyon yang memang menganut paham masakan Perancis. Tetapi kalau Ayang nggak suka, masih ada alternatif lainnya. Kalau nggak ada rotan, akar pun harus jadi.
"Aku nggak suka pakai pakaian formal."
"Aku juga nggak pakai gaun. Aku bakal nyamain baju casual ayang."
Genta tertegun untuk sejenak. "Kamu yakin nggak akan berpaling ke Tarachandra kalau ketemu dia? Dia lebih ganteng dari aku."
Ya ampun. Apa Ayang gue yang ganteng dan tampan ini insecure ke Tarantula itu? No way! Ayang gue lebih segala-galanya daripada Tarantula.
Gue menatap Genta dalam. Waktu pacaran gue dan Genta mungkin memang baru seumur jagung. Tetapi gue sedikit bisa memahami rasa insecure yang mungkin terpendam di dalam hatinya mengingat kisah masa kecilnya yang nggak menyenangkan.
Dan itu membuat hati gue berdenyut sakit.
Gue lalu merengkuh wajah Genta. Memastikan Genta menatap mata gue untuk melihat apa yang akan gue katakan ke dia. "Itnever gonna happen. Aku nggak akan bisa berpaling ke orang lain. Hati aku udah buat kamu, Genta."
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kata author : ada yg punya gambar kim woo bin berkaca mata lainnya enggak??? 😎