Gue menunggu Genta selesai mandi sembari memainkan game di ponsel. Memainkan puzzle block yang semakin lama membuat gue menguap karena bosan. Gue lalu berbaring di tempat tidur Genta. Masih bisa mendengar suara dengungan nyanyian nggak jelas Ayang yang sedang membasuh tubuhnya. Gue menyuruh dia untuk keramas dan kalau perlu luluran agar segera kedekilan khakiki yang menempel di kulitnya sebab terpapar debu dan tanah hutan ikut luruh bersama air yang mengalir.
Ayang Beb gue sebenarnya ganteng banget. Tetapi dia memang suka seenaknya dan jarang merawat diri. Kayaknya dia juga mandi kalau gue mampir ke tempat dia atau kalau dia mau ke kampus. Kalau nggak begitu, mana mau dia mandi.
Gue menghela napas. Membaui tempat tidur Genta yang beroma seperti dia alias, asyem. Gue berdecak. Membuka lemari dan menemukan sprei baru yang terlipat rapi dan bau parfum laundry. Sebagai pacar yang baik, gue mengganti semuanya. Berusaha merapikan tempat tidur serapi yang bisa Kayara lakukan. Ya secara, sebelumnya gue memang nggak pernah mengganti sprei sendiri. Bibik rumah tangga di rumah sudah melakukan tugas ini dan saat ini adalah kali pertamanya.
Mami, Kay berasa jadi ibu rumah tangga yang baik! Pipi gue terasa panas. Gue berbalik ke arah cermin dan melihat muka gue yang berubah memerah. Ya ampun, bahagia banget terbayang gambaran masa depan dengan ayang beb.
Gue bersenandung lirih tanpa gue sadari. Kembali berbaring di atas tempat tidur dan menemukan aroma sabun dan pelembut kain yang membuat gue nyaman. Nggak lama, ponsel Genta berdering dan sebagai pacar, gue nggak ragu untuk mengangkat panggilannya.
Hanya nomor dan nggak ada nama siapa pemanggilnya. Gue mengernyit sebentar sebelum menjawab. "Halo?"
Gue belum mendengar jawaban dari seberang sana selama beberapa detik. Gue kira itu hanya telepon asing sebelum suara yang akrab terdengar. "Kayara?"
"Ya?" Jawab gue ragu. Memastikan lagi bahwa itu suara Tante Syakira alias Mother In Law soon to be. "Tan-te?"
"Iya Kay. Ini tante. Kamu sudah bertemu Genta?"
Gue gelagapan. "Oh iya. Ini Kayara memang lagi bareng sama Genta." Gue mengecilkan suara, Melirik ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup dan menandakan Genta masih di dalam sana. Suara shower juga masih terdengar sayup-sayup. Gue nggak menyangka Genta bisa betah di dalam sana. Dua puluh menit berlalu dan dia masih di sana.
Gue mendengar helaan napas di sana. "Tante pakai nomor asisten Tante. Biasanya Genta nggak mau angkat telepon dari nomor Tante, tapi itu sudah cukup untuk Tante memastikan kalau dia baik-baik saja. Belakangan nomornya nggak bisa dihubungi, jadi..."
Tante Syakira menjeda ucapannya. Mungkin dia mulai berpikir yang macam-macam kalau saja anaknya mengalami peristiwa yang nggak menyenangkan.
"Genta baik-baik aja Tante. Kayara ada di sini dan akan selalu di sisi Genta. Tante bisa percaya sama Kay." Gue berkata yakin. Telinga gue lalu mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka dan gue buru-buru menjelaskannya cepat agar tante Syakira menutup teleponnya.
"Siapa yang telepon?"
"Oh. Salah sambung katanya. Nggak ada namanya di kontak lo."
Genta mengernyit. Melempar handuk yang dia gunakan untuk mengeringkan rambut ke dalam keranjang kotor. Bibirnya menipis nggak suka.
Apa gue salah menjawab? Tetapi kan gue nggak bisa mengaku kalau Tante Syakira yang barusan menelpon. Bisa pecah perang dunia ketiga setelah Genta balik dari pertapaan.
"Kamu."
"Apanya?"
Genta semakin mendekat. Dia merengkuh pinggang gue sehingga jarak gue dan dia sangaaaaat dekat. Jantung gue berdebar nggak karuan. Aduh Mami, anak perawan Mami bisa pingsan kalau begini.
"Jangan pakai lo gue lagi. Aku nggak suka." Genta membisikan itu di telinga gue. Yang mana membuat darah perawan gue semakin pontang panting. "Paham kan?" Katanya lagi ketika gue mengangguk patuh.
"I-iya." Gue menjawab gelagapan. Bau sabun dan shampo yang menguar dari Genta memanjakan indra penciuman gue. Gue kira hari ini, Kayara akan memasuki dunia kehidupan percintaan orang dewasa sampai akhirnya Genta mundur. Mengulas senyum miring dan mengacak rambut kepala gue.
"Aku laper, mau pesen makanan atau pergi ke luar aja?"
"Ke luar!" Gue menjawab cepat. Segera berbalik dan mengambil peralatan tempur sebelum Genta menyadari isi kepala gue yang iya-iya.
Sesampainya di luar, gue berpapasan dengan tetangga kamar Genta yang bernama Oca-Oca itu. Dia bersiul dengan tatapan mata meledek.
"Cie... Yang baru turun dari bertapa. Makin lengket aja sama pacar."
"Diem lo." Genta menyalak dengan mata melotot. Oca tertawa geli sampai terpingkal sementara muka gue semakin memerah. Sebaliknya, ekspresi wajah Genta berubah lembut ketika tangannya menggandeng gue dan keluar kos-kosan dengan suara tawa Oca sebagai backsound.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMBLING
ChickLitKayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...