11 : Akhirnya

12.5K 1.8K 64
                                    

Gue memaksa Cecep memberitahu siapa itu Mada untuk mencari tahu korelasi yang akan dia timbulkan di masa depan. Begini-begini, gue cukup peduli dengan si beruang madu kesayangan gue. Terjawab sudah kalau Mada adalah sang gebetan yang waktu itu pernah Cecep ceritakan sekilas. Dia juga adalah penyebab Cecep membawa gue ke gedung Fakultas Seni Rupa dan akhirnya bertemu Genta. 

Gue nggak tahu harus senang atau sedih.

Gue senang karena seenggaknya, Cecep masih normal dan bisa naksir cewek keren seperti Mada. Gue memang belum pernah ketemu langsung dengan Mada. Gue hanya mengasah ilmu stalking gue dan menemukan instagram serta akun media sosial Mada yang memiliki nama lengkap Tan Ramada. Teman-temannya memanggilnya Mada. Mada terlihat memiliki lingkup pergaulan yang luas karena selain aktif dengan dunia malam alias clubbing, Mada juga sering naik turun gunung dan juga hobi ngopi. Tipikal anak seni rupa, dia juga terlihat nyeni banget dengan rambut berwarna elektrik blue dan tubuh cokelat tinggi kurusnya namun anehnya, membuatnya terlihat menarik, hidup, dan liar. Jelas, Mada adalah sesuatu yang berkebalikan banget dengan gue.

Dan yang membuat gue sedih adalah, gue nggak yakin bahwa perasaan Cecep akan terbalas kepada Mada. Gue juga sedih karena sebab dialah gue sampai bersenggolan dengan takdir dan mempertemukan gue dengan Genta. Kalau perasaan Cecep mungkin akan di reject, perasaan gue jelas-jelas sama karena kehadiran Syakira Dewata.

Gue harus mengajak Cecep untuk melihat realita. Berhubungan dengan anak fakultas seni rupa ternyata nggak memberikan dampak baik.

"Kemarin gue ke ruangan dosen dan lihat si Princess Kayara lagi diomelin sama Pak Pri, dong!"

Gue terpaku mendengar suara dari bilik toilet. Niat untuk keluar dari dalam bilik sebab urusan gue dengan alam telah selesai, terpaksa tertunda.

"Iya. Gue juga lihat tuh! Pak Pri niat banget ngomelin dia! Kasian ya. Cantik-cantik bego gitu." Suara lain menyahut. Mereka lalu terkikik senang.

"Aslinya dia nggak cantik-cantik banget kok. Menang putih dan kaya aja, dia tuh."

"Iya. Dia kan cewek yang cantik karena ada duit. Nggak bisa diajak susah juga cewek begitu."

"Yah, cowok juga pasti mikir-mikir mau nembak dia. Makanya dia ke mana-mana sama Septian yang kelakuannya banyak minusnya daripada plusnya. Saking sombongnya, si Princess jadi nggak punya temen lain."

"Cewek cantik mah bebas." Mereka kembali terkikik dengan suara yang akhirnya perlahan menjauh bersamaan dengan suara pintu toilet yang akhirnya tertutup. "Kalau bikin ulah, modal air mata buaya juga pasti di maafin. Makanya tingkahnya belagu gitu."

Begitu banget tanggapan cewek lain ke gue. Mereka yang nggak tahu apa-apa bisa seenaknya men-judge gue. Bukan sekali ini gue dengar hal itu dari orang lain, dan gue juga cukup sering berada dalam situasi di mana gue terjebak di dalam bilik toilet dan mendengar hal nggak menyenangkan tentang gue. Memangnya salah gitu kalau gue terlahir putih dan kaya raya?

Gue menghela napas panjang. Memutuskan untuk keluar dari bilik dan ternyata dibarengi dengan pintu bilik sebelah yang terbuka. Gue menyipit karena melihat cewek berkulit putih dengan baju branded yang casual, tetapi rambut yang berantakan.

"Lo Yellow ya?" tanya gue basa-basi.

Si klenting kuning mengerjap. Terlihat salah tingkah dan mengangguk cepat-cepat. Gue lalu melihat penampilannya dari atas ke bawah sekali lagi. Menyadari merk sepatu yang dia gunakan, juga tas yang dia pakai. Jam tangan yang tersemat di lengannya pun harganya lumayan. Jelas dia anak orang kaya. Dia juga putih. Tetapi nggak secantik gue.

Tetapi dia punya pacar.

"Gimana caranya lo bisa pacaran sama Ken?"

Dia mengerjap sekali. Dua kali. Dan memiringkan kepala bingung.

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang