22 : Serius Diet

12.6K 1.9K 312
                                        

"Hari ini kamu langsung balik ya! Inget jangan pergi main dulu! Kamu harus ikut Mami ke peluncuran series Batik Sadewa untuk season Autumn!"

"Iya Mam." Gue menjawab sedikit ogah-ogahan. Pesta dengan Mami artinya keribetan tiada batas. Gue harus menerima dress code yang Mami siapkan dan duduk diam untuk siap didandani selama dua atau tiga jam. Belum lagi kalau harus spa atau melakukan perawatan lainnya, bisa empat sampai lima jam mendekam di dalam salon.

Gue cukup menyukai waktu nyalon bersama Mami. Karena berkat itulah gue mendapat kulit sehat dan kencang serta bening yang bisa membuat nyamuk terpeleset kalau mampir. Tetapi kali ini, gue sedang nggak ingin, karena tahu bahwa Mami sangat penasaran dengan pacar gue.

Meh. Gue merasa ngilu menyebut Genta sebagai pacar. Gue nggak mau mengakuinya meski seisi dunia membenarkannya. Gue ngga mau jadi pacar kedua dia setelah Syakira.

"Undangan buat pacar kamu, udah kamu bawa kan? Inget ya, kamu harus pastikan dia datang ke pesta!"

"Mam, ngapain ngundang dia sih?"

"Kamu nggak mau ngenalin dia sama Mami? Padahal Mami udah seminggu loh di rumah. Abang kamu aja udah pernah ketemu, masa Mami belum? Lagian, Mami mau lihat sendiri apa dia bener seperti apa yang abang kamu bilang."

"Memangnya Bang David bilang gimana?"

Mami terdiam. Sampai gue mengira kalau sambungan telepon terputus. "Ya gitu deh. Pokoknya kalau pacar kamu nggak datang, Mami bakal ajak Papi kamu honeymoon ke Belanda dan nggak pulang-pulang. Inget ya!"

"Nggak ada yang istimewa dari Genta kok, Mam." Entah mengapa gue terdengar lelah. "Dia kan cuma cowok yang casingnya aja bagus tapi kelakuannya nggak ada bagus-bagusnya."

"Terus kenapa kamu nembak dia duluan?"

"Siapa yang bilang ke Mami?"

Mami nggak menjawab dan hanya tertawa. Beliau malah menutup telepon sembari kembali berpesan untuk nggak telat pulang.

Lagian ya, gue mau main ke mana lagi setelah kuliah? Sebagai mahasiswa penganut paham kupu-kupu, tempat jajahan gue sangat terbatas. Kalau Cecep nggak menyeret gue ke tempat yang aneh-aneh, kehidupan sosial gue pasti bakal mengerikan.

"Kay!" Nah, orang yang baru saja gue pikirkan langsung terlihat di depan gue. Cecep mengubah caranya berjalan sehingga beberapa orang khususnya perempuan, melihatnya dengan cara berbeda.

"Bisa nggak sih kalau nggak teriak? Gue nggak bolot sampai harus teriak pakai pelantang!"

Cecep tertawa. "Kebiasaan. Susah ilangnya!" Dia masih tersenyum lebar. "Bagian gue mana?" tanyanya dengan tangan menodong. 

"Lo yakin mau ikutan? Gue nggak bisa nemenin lo karena ini kan acara keluarga gue. Gue nggak tanggung jawab kalau lo jadi bahan ledekan temen-temennya Bang David."

Cecep mengibaskan tangannya. "Lo nggak lihat kalau sekarang gue sudah lebih baik?"

"Tapi di mata mereka lo tetep terlihat salah. Mereka kan nggak punya otak rasional."

Jawab gue berapi-api. Bang David memang tipikal kakak ganteng menarik pintar dan kaya. Tetapi itu nggak menjamin teman-temannya begitu. Malah yang gue lihat, nggak ada teman Bang David yang layak bergaul sama dia.

Cecep terkekeh. "Gue sudah menunggu satu season sampai bisa ketemu lagi sama mereka. Ya kali bakal gue sia-siain. Untuk lo yang katanya nggak bisa mendampingi gue, please deh kay. Gue bukan bocah yang butuh perlindungan lo."

Gue menghela napas. Mengambil undangan di dalam tas dan menyerahkannya untuk Cecep. Pesta yang akan dibuat keluarga gue malam nanti memang pesta rutin yang diselenggarakan empat kali dalam satu tahun. Karena nggak cuma pesta, Batik Sadewa akan memamerkan koleksi musiman yang berganti dan karena itulah banyak tamu penting yang datang.

Pada season sebelumnya, Cecep mendapat masalah dari salah satu teman Bang David yang akhirnya membuatnya bertekad diet. Gue memang sering menghina Cecep dengan panggilan aneh. Cecep pun merasa nggak masalah kalau gue yang berkelakar, tetapi ketika orang lain menghina dengan niat yang merendahkannya yang mana membuat gue marah. Gue nggak menyangka kalau Cecep bakal melakukan hal ekstrem seperti diet ketat.

"Gue kira dulu lo nggak serius."

Cecep nggak menanggapi. Dia membuka undangannya dan membacanya cepat. 

"Temen abang lo juga datang, kan?"

Gue mengendikkan bahu. "Mau semenyebalkan atau sebrengsek apapun dia, tetep aja sih dia masih relasi kerjanya Bang David. Gue nggak bisa protes kalau dia rajin datang tiap season."

"Bagus. Karena nggak ada yang boleh menghina Princess gue. Iya kan?"

Gue menyengir lebar. "Bisa aja beruang kesayangan gue."

Cecep tertawa. Lengannya merangkul gue dengan akrab. "Ngomong-ngomong, gue ajak Mada jadi partner gue. Nggak masalah kan?"

Gue mengangguk. "Terserah lo. Yang penting jangan bikin anak orang babak belur aja."

"Gue bisa menahan diri sih. Tetapi gue nggak jamin Mada bisa begitu."

"Ya lo yang harus kendaliin cewek lo, lah!"

"Mami lo suruh Genta dateng kan?" Pertanyaan Cecep menyadarkan gue. "Mami lo juga telepon gue untuk memastikan kalau lo beneran ngasih undangan itu ke pacar kesayangan lo itu."

Gue merengut. "Lo yang cerita ke Mami kan kalau gue duluan nembak Genta?"

"Gue cuma jawab pertanyaan Mami kesayangan lo doang."

"Lo saksinya ya kalau gue udah ngasih undangan. Persoalan dia mau datang atau enggak, gue nggak menjamin."

Cecep mengangguk. Menarik gue menaiki honda Vario yang membawa kami ke kampus Genta.

***

Vote belum goal tapi gue udah update toh komentarnya udah goal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote belum goal tapi gue udah update toh komentarnya udah goal.
Makasii tim spam 😘.


Oke, next chapter 300 komentar.
Votenya bebas aja.
Bubaay~

💋💋💋

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang