31 : Princess In The Trap

9.3K 1.4K 125
                                    

"Lo berani ya nantangin gue?!" Mada mendongak dengan wajah sengak. Dia kini nggak lagi duduk dan berdiri di depan gue dengan badan membungkuk mengintimidasi. Tatapannya tajam dan terlihat sangar.

Gue udah pernah bilang kan kalau Mada itu tipe cewek sangar yang bakalan bikin orang mengkerut kalau nggak kenal dia dengan baik? Kalau bukan karena ayang gue yang keberadaannya saat ini nggak diketahui di mana, gue juga nggak bakalan dekat-dekat dengan Mada. Jiwa princess gue enggan berdekatan dengan penyihir gelap yang memiliki perpaduan aura preman.

"Kok lo ngegas?" Cecep bersuara. Mewakili gue yang masih takjub melihat Mada yang marah di depan gue.

"Kenapa kalau gue ngegas? Salah, gitu?!" Mada masih terlihat songong bin tengil.

"Mau lo apa sih?!" Gue kini bersuara. Enggak mau kalah dengan Mada, gue juga berdiri di depan dia. Tindakan yang salah karena tinggi gue hanya sedagu dia. Gue harus mendongak yang kalau dilakukan terlalu lama akan membuat leher gue kram. Harusnya gue minta sama Tuhan biar kaki gue selevel sama egrang. Nggak perlu lagi untuk merasa terintimidasi karena perbedaan tinggi badan.

"Tinggalin Genta kalau lo masih menye-menye lemah kayak gini."

Rasanya pengen gue 'hih' si Mada ini.

"Bukan lo yang berhak memutuskan gue bakal meninggalkan Genta atau enggak! Lo juga nggak ada hak untuk suruh-suruh gue atau Genta. Lo cuma sebatas temen dia!"

Tatapan gue dan Mada beradu. Wajah gue terasa panas dan mungkin saja sudah semerah tomat akibat amarah yang menggelora.

"Lo tahu kan siapa orang tua Genta. Kalau baru segini lo udah obral air mata, gimana nanti kalau kabar itu tersebar? Lo mau bunuh diri?"

Gue tersentak. Memicing menatap Mada yang mukanya semakin sombong. Merasa terkejut karena Mada juga mengetahui kalau Genta adalah anak dari Syakira Dewata.

Tentu saja, Kay! Mereka kan best friend!

Tiba-tiba gue merasa ingin mewek lagi. Tetapi kalau gue begitu, itu akan membuat Mada semakin sombong dan menyebalkan.

"Nggak ada alasan bagi gue untuk bunuh diri selama Genta ada sisi gue!" Gue mendongak menatap Mada. "Lo ataupun siapa pun nggak bakalan bisa bikin gue mutusin Genta." Gue mantap berbicara.

"Kalau Tuhan bisa nggak, Kay?" Seolah nggak punya otak, Cecep bertanya seperti itu. Bikin gue jadi pengen 'hih' dia juga.

Gue mendelik kepada si badak bercula. Membuat dia meringis sembari mengacungkan jari tengah dan telunjuk lalu membuat tanda V.

Tatapan gue kembali ke arah Mada yang tampak aneh dengan menahan tawa dan membuat pipinya menggelembung lucu. Bisa bisanya di situasi begini dia termakan ucapan receh Cecep.

"Kecuali maut memisahkan gue dan Genta, gue nggak akan putusin Genta!" Gue berkata dengan yakin. Merasa malu satu detik kemudian karena sadar bahwa kadar kebucinan gue ke Genta sudah sangat tinggi. Awas aja kalau dia sudah muncul, gue bakal bikin dia membayar semua rasa malu ini!

Dan ternyata, nggak cuma gue yang mendadak kikuk dengan pernyataan gue. Mada dan Cecep juga jadi kikuk dan seperti bingung harus ngapain.

"Aaaagrrrrh. Gue nggak tahu lagi ah!" Tiba-tiba Mada berteriak sembari mengacak rambutnya. Dia lalu mengambil ponsel dari dalam kantong tasnya yang terlihat sedang dalam mode aktif telepon yang di speaker.

"Udah puas kan lo denger ucapan bucin pacar lo! Buru balik!"

"Eh?"

"Itu Genta?" Cecep bertanya berbarengan dengan gue yang bingung.

"Dari tadi lo speaker pembicaraan kita?" Cecep bertanya lagi dengan memicing curiga.

"Nggak tahu! Gue nggak tahu dan nggak mau tahu lagi ya urusan kalian!" Mada menjawab sewot. "Kalian bisa berhenti gangguin gue dengan nanya-nanya keberadaan Genta! Bye!" Mada lalu mengomel sembari pergi dengan kaki menghentak kesal.

Gue dan Cecep berpandangan bingung. Ada apa sih sebenernya?

"Beybi..." Suara Genta lalu terdengar di belakang gue.

Gue tersentak dan langsung berbalik.

"Sebaiknya lo kejar Mada, Sep." Saran Genta kepada Cecep yang membuat dia langsung menghilang dan membuat gue hanya tinggal berdua dengan Genta.

Gue melotot tajam ke arah dia yang sedang meringis. Kedua tangannya berada di saku jeans dengan tas carrier besar di belakangnya. Rupanya mirip orang yang baru berualang ke gunung atau hutan. Dia juga kelihatan kucel meski masih ganteng tiada duanya.

Dia mendekat alih alih gue melangkah menjauh.

"Beybi nggak kangen?"

Kangen kepala lo botak! Ini satu lagi orang yang ingin gue 'hih' karena muncul tanpa wajah bersalah sedikit pun.

Gue mengerjap sekali, dua kali. Mencubit pipi dan merasakan sakitnya. Tetapi lebih sakit hati gue yang ditinggal tanpa kabar selama tiga hari!

Keterlaluan emang.

"Maaf ya beybi..." Genta maju lagi selangkah. Kali ini gue nggak mundur dan membiarkan shrek gue mendekat.

Satu langkah sebelum dia sampai di tempat gue, indra penciuman gue menangkap sesuatu yang janggal. Gue berusaha berkonsentrasi. Memfokuskan hidung gue untuk lebih membaui aroma tidak sedap.

"Jauh-jauh! Lo bau asem Genta!!!" Dumel gue sembari beringsut menjauh dan melangkah mundur.

Genta terlihat takjub dengan omelan gue. Dia malah tertawa berderai dan berlari kecil ke arah gue.

"Beybi... Sini peluk akang dulu!"

"Nggaaaaaaaaak!" Gue berteriak sembari kabur.

"Katanya kangen?" Dia benar-benar nggak peka. Malah melempar tasnya ke tanah agar lebih leluasa mengejar gue. Yang ada, lima belas menit kemudian, kita malah beradegan kejar-kejaran mirip film bollywood.

Tapi bukan berarti ya, Genta nggak akan mendapatkan balasan setelah pergi semena-mena. Hukuman dia dari gue belum dimulai. Enak aja gue bisa langsung luluh gara-gara dia yang muncul di depan gue.

Dan ketika akhirnya gue berada di pelukan dia setelah adegan menye-menye itu. Gue menangis sesenggukan di pelukan dia yang bau asem.

"Lo jahat!"

"Iya. Aku jahat. Ayang kamu memang jahat. Maafin ayang ya..." Genta berujar sembari mengelus kepala gue sayang. Gue bisa merasakan dia yang mengecupi pucuk kepala gue. Dan kali ini, gue nggak peduli kalau make up gue rusak ataupun penampilan gue nggak oke.

"Gue nggak bakal maafin lo semudah itu, Bang!"

Genta terkekeh. Gue malah mendongak dan mendelik gahar.

"Iya beybi. Aku mau diapain aja sama beybi asal dimaafin kok."

Dia nggak bisa menarik ucapannya lagi, kan?

***

"Aku di sini, Beybi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku di sini, Beybi. Jangan nangis lagi ya."

-Magenta




Huweeeeeee
Ada yang kangen Bang Genta????

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang