Kayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...
"Lo kudu tunda liburan lo, sampai status kehidupan perkuliahan lo di ambang batas aman!" Cecep mulai beragumen dengan dagu terangkat. Kedua tangannya bersidekap dan dia mulai menggunakan kacamata berbingai kotak dengan ketebalan lumayan meski dia sama sekali nggak menderita miopi ataupun hipermetropi. Dia hanya senang dianggap pintar maupun berpenampilan pintar. Untuk nilai, meh~ dia sama saja seperti gue. Di ambang batas hidup dan mati.
Gue mengaduk jus strawberry di atas meja. Menopang dagu dan membiarkan Cecep memberikan kuliah mengenai beberapa mata kuliah dan tambahan tugas yang menanti di minggu-minggu ini.
"Ya salam, gimana cara gue nyelesein tiga paper dan harus selesai lusa!"
Ya mulai dikerjain lah! Pikir gue kesal.
Cecep tidak ubahnya seperti tong kosong nyaring bunyinya. Terkadang, kalau dia mulai banyak membual seperti ini membuatku menyesal karena hanya memiliki satu teman sepanjang tiga semester berjalan di Kampus Satria. Gue yang cantik bawaan dari orok harusnya lebih menggunakan pesona gue. Seenggaknya, gue bisa menjerat kakak tingkat yang bisa membantu gue dalam mendongkrak nilai perkuliahan gue. Ken, contohnya.
Nahasnya, Ken sudah dipasangkan dengan Kara yang kadar kesempurnaanya sebelas dua belas dengan gue. Dan yang lebih nahas lagi, mereka dikabarkan putus karena adanya orang ketiga. Gue nggak habis pikir se-jelita apakah orang ketiga yang mereka sebut bernama si Yellow Yellow itu. Kalau demi dia, Ken sampai memutuskan Kara, pasti dia cantiknya melebihi tujuh bidadari di cerita Seven Wonders.
"Serius deh! Lo masih bisa kelihatan santai padahal lo juga harus ngerjain paper yang bahkan lebih banyak dari gue!" Cecep mulai lagi. Dia menjauhkan gelas jus gue yang masih setengah. Menenggak habis dan membuat gue melengos kesal.
Tugas paper yang Cecep sebutkan sudah gue antisipasi karena gue yakin, nilai gue nggak akan bisa menembus batas minimal untuk lulus. Karena itu gue sudah menyiapkan dan mengerjakannya selama beberapa malam berturut-turut. Gue tinggal menyelesaikan satu paper yang mana bisa gue kerjakan nanti malam. Tapi Cecep nggak perlu tahu hal itu.
Gue bersyukur karena bukan menjadi manusia penyukai hiburan malam macam Cecep. Dengan keadaan rumah yang sepi karena orang tua dan abang satu-satunya bekerja di kota dan negara lain, membuat gue memilih untuk berkutat dengan hal berguna lainnya. Tapi hal itu nggak menjadikan gue lantas rajin belajar dan mengubah gue menjadi super pandai. Nggak. Karena selain mengerjakan tugas open book, hobi gue menonton film (disney terutama) dan membaca novel-novel harlequin yang menggunung di dalam kamar. Gue paling lemah di hitungan, namun karena Bang David mendaftarkan gue di jurusan ini, gue nggak bisa berkutik. Sabda Bang David sebagai anak sulung dan dan penerus klan selalu dianggap pilihan paling baik. Jadi gue mengiyakan saja sambil menunggu kedua orang tua gue sadar bahwa anaknya nggak akan bisa cocok di jurusan ini.
"Ya udah ayok!"
"Ke mana?"
"Ke perpustakaan lah! Lo harus mulai mengerjakan tugas kalau nggak mau besok nangis darah karena belum kelar. Gue nggak mau ngasih lo duit buat bayar joki!"
Cecep menjerit. "Yey tega banget! Nggak bisa banget bantu temen yang kesulitan!"
Gue memutar bola mata malas. Kesulitan yang dia sebabkan karena ulahnya sendiri. Masa iya gue yang harus bantu selesaikan.
"Gue lihat paper lo ya?"
"Ogah! Lagian gue juga nggak bawa dan laptop gue, gue tinggal di rumah!"
Cecep mencebikkan mulut. DIa tetap tidak bergeming meski gue sudah berniat baik mengajaknya ke perpustakaan. Suka-suka dia ajalah! Gue sedang tidak mood untuk menghadapi sikap perajuknya saat ini. Perasaan gue masih nggak nyaman karena satu pria yang syukurnya, belum dibahas oleh-
"Bo, lo belum cerita kan gimana kemarin bisa sama Genta anak fakultas sebelah."
Tuh kan.
Tangan gemulai Cecep memberi kode memesan sepiring siomay, satu gelas es kelapa muda, dan satu piring gado-gado. Dia juga memesan jus strawberry untuk gue. Etikanya masih bagus karena dia menggantikan jus gue yang dia serobot sebelumnya.
"Gue nggak sengaja mergok-"
"Itu yang namanya Yellow!" Sahut Cecep yang sepertinya lebih tertarik dengan Yellow si orang ketika dalam hubungan Ken Kara daripada cerita gue dan Genta.
"Gilaaaaaaa! Dia bahkan nggak ada seper-seratusnya daripada Kara!" Cecep memicingkan mata. Nggak berhenti memberikan atensinya kepada gadis yang dia maksudkan sebagai Yellow.
Gue pun ikut memicingkan mata. Meneliti penampilannya dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
"Lo yakin nggak salah orang?" Gue sangsi. Penampilan gadis itu nggak banget kalau dibandingkan dengan Kara. Bajunya sangat-sangat cupu. Kemeja kebesaran dan jeans. Wajahnya bahkan berminyak dengan rambut acak-acakan. Dia pasti hanya menggunakan bedak pantat bayi dan lip gloss yang digunakan anak SD karena bibirnya begitu kering. Atau, dia bahkan sama sekali nggak pakai apapun di bibirnya.
Di depan Yellow, dua gadis lain terlihat dan lebih mendominasi. Gue yakin, dengan adanya perbedaan yang begitu besar selalu membuat Yellow orang yang nggak dianggap. Penampilan mereka terlihat lebih manusiawi dan trendi daripada Yellow. Meski masih terlihat baget kalau mereka baru semester satu. Gaya anak SMA mereka masih melekat dan belum sepenuhnya menghilang. Meski gue rasa, gaya seperti itu yang membuat para kakak tingkat menjadi serigala pemburu untuk para dedek gemesh yang masih polos.
"Seribu persen yakin! Gue sudah mengonfirmasi dari sumber terpecaya!" Ujar Cecep. "Kalau bisa, yey harus berguru atau tanya deske gimana caranya bisa jadiin Ken sebagai pacarnya."
"Nggak ada hubungannya sama gue!"
Cecep tertawa terbahak. "Gue sebenarnya heran kenapa lo masih jomlo sampe sekarang. Padahal gue rasa lo nggak jelek-jelek banget! Kalau gitu kan, berarti ada yang salah sama lo!"
Gue mendelik. "Karena nggak ada yang sesuai dengan selera gue, lah!"
"Lo masih berharap bakalan ada Prince Charming yang bakalan dateng dan ngasih lo sepatu kaca?" Cecep mencibir. "Darl, lo harus sadar kalau lo hidup bukan di dunia disney yang semuanya bakal happily ever after! Be mature!"
Perhatian gue teralihkan karena pesanan Cecep mulai berdatangan. Dia lalu menyodorkan jus gue dan menikmati makanannya. Seenggaknya, Yellow itu punya dua teman baik di sisinya dan lebih beruntung dari gue yang hanya punya satu beruang madu di sisi gue.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sarange ❤️❤️❤️! Kasih komentar yang banyak Cyiiin. - Beruang Madu
Jangan lupa mampir juga ke sodaranya Rumbling yak! Rocking & Twirling JulieHasjiem & bebeklucu