17 : Orang Ketiga

10.9K 1.6K 141
                                    

"Dek, kamu beneran suka sama pacar kamu itu?"

Gue menoleh dari menekuni gadget yang sedang di tangan. Menaikkan pandangan dan menemukan wajah Bang David yang serius menyupir Pajero. Oh iya! Gue lupa bilang, kalau mobil pinky kesayangan gue memang sudah sembuh setelah sekian lama. Tetapi ketika gue menceritakan insiden itu, Papi langsung memberikan Toyota Rush baru ke gue.

Berat sih berpisah dengan si pinky, tetapi kata Mami itu bahaya banget kalau mesinnya memang sudah bermasalah. Kalau misal mogok di tengah jalan tol, kecelakaan bisa saja menewaskan putri mereka yang paling cantik, yaitu gue.

Nggak apa-apa. Gue menerima perhatian orang tua gue dengan ikhlas kok. Mobil baru juga sudah terparkir di garasi mobil tadi pagi. Siap digunakan dengan bensin penuh.

Kembali lagi ke saat ini, Bang David tampak serius menatap jalanan di depannya. Hidung mancungnya dan pahatan wajahnya selalu bagus untuk diabadikan melalui kamera ponsel. Gue nggak tahu apa yang membayangi Bang David hari ini karena dia menawarkan diri untuk mengantar gue pergi-pergi seharian ini. Gue sih senang aja, lagian waktu berdua sama abang gue yang super sibuk nggak semudah ini didapatkan.

"Kenapa memangnya, Bang?"

Bang David mengendik sedikit. "Kalau dia ada sakitin kamu, kamu bisa ngomong ke abang."

Jelaskan kenapa gue nggak jatuh hati sama abang gue kalau begini ceritanya. Mata gue berkaca-kaca. Menatap takjub ke abang gue yang gantengnya ngalagin personel Exo.

"Kay sayang abang," ujar gue masih dengan tatapan takjub. Bang David menepuk kepala gue sembari tertawa ketika kami berhenti di lampu merah.

"Abang juga sayang adek abang paling cantik sejagad raya."

Gue tertawa senang.

"Yakin mau jadi model di agensinya Tante Pinkan, nih?" Bang David kembali meyakinkan.

Gue mengangguk ragu. Gue mau jadi model karena gue bosan dirumah. Nggak ada kegiatan selain kuliah. Tetapi Bang David mengatakan kalau dia bakalan lebih stay di Jakarta dan awal bulan depan, Mami dan Papi juga bakalan balik ke Indonesia. Dengan begitu, gue nggak akan kesepian lagi, kan?

"Ya udah kita coba aja dulu. Kalau memang terlalu berat, kamu mundur aja dan Bang David bakal dukung apapun keputusan kamu."

Gue menghela napas panjang. Menatap ke arah jalanan ibu kota yang selalu padat dan sesak.

"Abang parkir dulu, ketemu di kantor Tante Pinkan aja ya." Pesan Bang David. Gue mangangguk dan turun di lobby. Memang juara sih abang gue. Kalau aja kita nggak besodara, gue nggak akan menyerahkan Bang David ke siapa pun. Eh tapi, Bang David kan memang belum ada pacar sampai sekarang.

Gue masuk ke dalam gedung. Mengatakan tujuan gue dan menukarkan Id card dengan kartu akses yang akan membawa gue naik ke kantor Tante Pinkan. Gue selalu suka main ke sini meski gue nggak bisa sering-sering. Tante Pinkan punya mobilitas tinggi dan sulit sekali ditemui.

Gue bersenandung kecil ketika menunggu lift yang sedang turun. Gue sering berkhayal kalau bakalan ketemu dengan cowok ganteng di sini, atau CEO berjas mahal dan menciptakan momen cinta pada pandangan pertama. Itu memang konyol banget ddan hanya bakalan terjadi di cerita receh ataupun FTV siang bolong.

Nggak nyadar saja kalau setelah pintu lift terbuka, pemandangan Syakira yang sedang berpelukan dengan cowok yang mengaku pacar gue lah yang nampak.

Mata gue membulat sempurna. Bahkan gue rasa, bola mata gue mau melompat keluar.

"Kamu mau kan pulang ke rumah lagi?" Suara lembut Syakira terdengar begitu pelukan itu terlepas. Sepertinya mereka nggak sadar bahwa pintu lift terbuka dan membuat mereka beradegan mesra di depan gue.

"L-lo, satu rumah sama Syakira?" tanya gue masih bego dan berdarah-darah.

Magenta akhirnya menyadari adanya gue. Dia mendorong lembut Syakira dan menatap gue. "Lo kok ada di sini?"

Gue bungkam.

Nggak lama, Bang David lalu datang dan merangkul pundak gue.

"Lho Genta ada di sini-"

Ucapan Bang David berhenti ketika melihat rangkulan tangan Syakira di lengan Genta yang nggak ingin terlepas.

"Bang, Kay mau balik." Lirih gue yang langsung diamini oleh Bang David. Dia menarik tangan gue dan melindungi gue sementara Genta memanggil nama gue.

"Kay. Lo mau ke mana?"

Ya baliklah bego! Mana ada selingkuhan yang kuat ketemu langsung sama pacar beneran lo yang kebetulan adalah idola gue. Kalau dijadiin sinetron kok ya judulnya bakalan panjang, ya?

Bang David nggak berkata apa-apa. Dengan telaten menuntun gue dan membantu gue memakai seatbelt.

"Bang, jangan salahin Genta. Salah Kay yang jadi orang ketiga di sini," lirih gue sebelum gue merengek dan menangis seperti biasa. Jiwa cengeng gue kambuh lagi dengan cepat.

***

David Sadewa - Syakira Dewata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

David Sadewa - Syakira Dewata

Gue minta komen minimal jumlah 100 untuk update lagi bab selanjutnya.
Kalau enggak ya nggak usah di up.
Makasii.

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang