01 : Princess

25.8K 2.1K 17
                                    

Hitungan ketiga. Satu... Dua... Tiga... Dan belum ada reaksi. Sial banget hari ini. Mobil gue mogok di tengah jalan dan bikin penampilan gue yang sudah aduhai jadi hancur sudah.

Orang dari bengkel pun nggak kunjung datang padahal sudah tiga puluh menit yang lalu gue hubungi. Macet katanya. Udah ngomel suruh cepet malah diomelin balik, "Kalau situ nggak sabar. Batalin aja udah!" Kan kampret banget.

Kalau nggak butuh-butuh banget, gue juga nggak bakal pake jasa bengkel kampret kayak gitu. Bikin makan hati iya. Lihat aja, gue bakal pindah ke tempat lain yang lebih bagus dan pelayananya oke. Meski nanti Bang David ngomel ngomel karena udah ke-enam kalinya pindah bengkel langganan, bodo amat ah. Princess gak bisa diginiin ya!

Gue nggak berhenti mengutuk di dalam hati. Gak bisa ikutan kuis satu kali masih aman. Dua kali udah masuk ke buku hitam di daftar paling bawah. Nah kalau tiga kali, bisa dijamin nggak lulus lah gue!

Salah Cecep karena udah ngajak gue bolos dua kali. Godaan ada bazar gede-gedean Channel dan Dior memang nggak bisa ditolak. Info begitu memang Cecep ahlinya. Giliran kuliah aja dia bakalan bungkam seribu bahasa. Nggak bisa berkutik kecuali ada keajaiban yang bikin otaknya Einsten di cangkok di kepala Cecep.

Kalau kali ketiga memang nggak sengaja bolos. Secara gue memang kena musibah. Padahal semalem juga masih baik pas dipinjem Cecep buat ajojeng. Eh tunggu...

Sial kancrut satu itu. Udah ditolongin malah mentung gue!

Merasa nggak mau gerah sendiri. Gue telpon aja si Cecep Marucep. Pemilik nama asli Septian yang gue panggil aja si Cecep. Masih sukur gak gue panggil Asep.

"Kenapa darl? Kok tumben lo belum nongol di sini. Jangan lupa ye bentar lagi Pak Pri masuk. Bisa digoreng lo nanti." Cecep cekikikan. Pria bongsor agak melambai yang doyan clubbing itu semakin buat gue gusar. Gayanya nggak bersalah dan suruh gue segera bergegas. Padahal dia pasti tahu keadaan gue saat ini yang terjebak di jalanan tanpa ada pangeran yang bisa gue mintain bantuan.

"Jemput gue buru! Mobil gue mogok di Setiabudi."

Gue dengar Cecep cekikikan. Tawa sumbangnya membuat telinga gue terganggu. "Ebujug. Tinggalin aja sih ah. Mending lo naik ojol ke sini daripada lo telat."

"Ya terus mobil gueee?" balas gue dengan teriakan nyaring. Seenak wedel banget emang kalo upil Kuda Nil ngomong.

"Ya pasrahin aja biar diderek. Ambil pake uang kan bisa. Keluarga lo kan uangnya nggak berseri!"

Kurang asem!

"Udah ya Sis! Gue tutup telpunnya. Ada cogan lewat depan gue. Bubaaaay."

"Ceceeeeeep!" Teriak gue percuma. Titisan kadal madagascar emang nggak bisa diharepin. Awas aja kalau dia lagi-lagi minta buat pinjem mobil gue lagi. Gak bakalan gue kasih.

Gue menghela napas panjang. Mengambil pita rambut dan mulai mengikat ekor kuda mirip Ariana Grande. Gue penggemar Ariana Super Grande. Wajah se-princess itu memang pantas untuk dikagumi. Beda tipislah sama penampilan gue.

Di depan sebelah kiri jalan ada orang jualan es kelapa muda. Dengan harapan bahwa kelapa yang dijual bakal muda sesuai namanya, gue melenggang santai ke sana. Sudah membayangkan betapa segarnya air kelapa dengan es batu yang super banyak dan gula jawa manis yang bikin lebih sempurna.

Gue mengambil kardigan putih. Nggak lucu kalau kulit sempurna gue terpapar polusi tanpa perlindungan maksimal. Meski Princess Belle terkenal eksotis karena kulitnya yang agak kecokelatan, tapi gue masih menyukai putih mulus bak porselen sebagai warna kulit gue. Biar nggak malu kalau semisal jodoh gue itu semacam Edward Cullen yang meskipun mayat hidup tetap aja Hot as Hell. Awww.

Ngomong-ngomong tentang jodoh, kapan ya Prince gue bakalan datang menghampiri dengan Mercedess hitamnya? Gue udah menjaga diri dan belum pernah pacaran meski ribuan pria datang silih berganti dan nembak gue jadi pacarnya. Ya kan, gue belum merasakan berdebar-debar sekencang kereta shinkansen dan berbunga-bunga layaknya festival hanami di Jepang. Gue merindukan moment itu datang ke hidup gue. Dan gue harap itu bakalan segera terjadi.

"Neng."

Gue mengibas tangan. Jangan ganggu waktu berkhayal gue bisa nggak sih. Lagian es kelapa gue belum habis juga.

"Neng, Neng!"

Bapak penjual kelapa muda kurang ajar. Masa tangan gue ditepuk tepuk.

"Bapak jangan pegang-pegang ya!"

Bapak itu tampak terkejut. Tapi dia segera geleng-geleng kepala heran.

"Itu mobil punya Neng bukan? Udah diderek sama orang katanya dari bengkel."

Huh?

Gue melarikan pandangan ke arah mobil pinky gue yang sudah seratus meter di depan. Si kernet yang duduk di samping supir dadah dadah kampret ke arah gue tanpa rasa bersalah.

"Bisa nggak sih gue ketemu orang yang nggak resek!" Teriak gue kesal.

Tangan gue segera memesan ojol yang akan mengantarkan gue ke kampus yang juga terasa nge-bete-in.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Halo hai.
Iya, gue update Rumbling. Wkwk.
Dia temennya Twirling by bebeklucu dan Rocking by JulieHasjiem.
Baca juga cerita dua lainnya.

Jangan lupa kasih vote komennya ya.
Muach 😘

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang