Gue berada dalam satu keadaan yang nggak Kayara banget saat ini. Duduk di kursi tengah sementara Syakira Dewata di samping Genta yang sedang menyetir mobil Ford di depan sana. Rahangnya masih tampak keras dan ada gurat-gurat otot di dahinya yang menunjukkan dia masih kesal.
Setelah dia memepergoki gue yang ketahuan mencuri dengar lagi, dia memperkenalkan dia dengan satu kalimat, "Dia Kayara, dan Syakira adalah ibu kandung gue."
Gue bahkan masih terdiam untuk mencerna apa yang terjadi ketika tahu-tahu gue menyadari sudah berada di dalam mobil yang akan membawa gue ke-
Gue mengernyit. "Kita mau ke mana?"
Sepertinya ada yang salah dengan cara kerja otak gue karena baru bersuara saat ini di situasi yang sangat tidak mengenakkan juga saat ini. Sebutan 'cengo' yang pernah Genta ucapkan kepada gue sepertinya benar. Atau gue yang memang sebodoh itu ya?
"Kita menuju rumah saya, Kay." Syakira yang menjawab. Tatapan lembut Syakira dan gue bertemu lewat spion mobil. Dia tersenyum lembut dan jika saja keadaanya normal, gue bakal melompat senang karena di notice idola gue yang ternyata adalah ibu kandung pacar gue.
Tetapi saat keadaan nggak normal seperti ini, gue malahan bingung harus bereaksi seperti apa. Kentara sekali bahwa hubungan mereka nggak baik-baik saja.
Genta mengarahkan mobil ke daerah Menteng, daerah yang nggak jauh dari rumah gue berada dan yang lebih mengejutkan, ternyata hanya berbeda lima blok dari kediaman gue.
Jadi selama ini gue bertetangga dengan Syakira Dewata?
Rumah milik Syakira sama besar dengan rumah gue. Memiliki halaman luas dan bisa gue lihat mobil mahal yang berderet. Gue duga ada kolam renang di belakang sana. Dengan kata lain, rumah dan mobil ini mungkin saja bisa Genta manfaatkan dengan baik dan seharusnya dia nggak perlu indekos.
"Yuk turun, Kay." Ajak Syakira masih lembut dan dengan senyum yang dipulas di bibirnya. Dia lalu menatap Genta yang masih membisu dan berada di dalam mobil.
Begitu gue turun, Genta memacu mobil untuk masuk ke garasi.
"Uhm... Tante. Saya... Uhm..." Gue berdiri dengan bingung. Nggak tahu bagaimana menempatkan diri saat ini.
"Nggak apa-apa Kay. Beri Magenta waktu sebentar. Dia nanti akan menyusul kita."
Syakira menggandeng gue sementara gue melirik ke mana mobil yang Genta kendarai berhenti. Belum ada tanda-tanda Genta turun dari mobil sampai gue masuk ke rumah. Gue kira dia akan menyambut gue di ruang tamu alih-alih kami masuk lebih dalam. Gue bisa melihat foto-fotonya yang menakjubkan menghiasi dinding rumah ini. Kami lalu masuk semakin dalam sampai gue menemukan sebuah pigura yang memperlihatkan foto Syakira sewaktu masih sangat belia dengan seorang bayi di pelukannya.
Syakira di potret itu terlihat sangat belia. Mungkin usianya masih belia dan kemungkinan besar, Genta lahir ketika Syakira bahkan belum berusia dua puluh tahun.
"Sudah berapa lama kamu pacaran sama Magenta?" ujar Syakira ketika otak gue masih bertanya-tanya mengapa Genta sangat lama menyusul kami. "Saya tahu kamu pasti bukan hanya sekedar teman Magenta kan? Dia sangat kesal tadi. Tetapi dia nggak melakukan apapun untuk menjauhkan saya ke kamu."
"Tante. Anu... Sebenarnya saya-"
"Kamu adik David Sadewa kan? Saya melihat kamu di pesta terakhir kali. Kamu duduk di meja bersama ayah dan ibu kamu. Sayang sekali kita nggak sempat berbicara."
Gue mengangguk.
"Saya hanya tidak mengira kalau Magenta pacaran sama kamu. Dia pasti marah ketika tahu bahwa saya jadi brand ambassador Batik Sadewa." Syakira menggulum senyum meminta maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMBLING
Chick-LitKayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...