Part 43.

274 12 0
                                    

"Vano, jelita, kalian disini." ucap arga

"Iya om."

"Sudah lama tidak bertemu dengan kalian."

"Hm pak? Bolehkah saya menemui ibu saya?" tanya jelita kepada pak polisi.

"Silahkan di ruangan sebelah."

"Terimakasih, gue kesana dulu ya." ujar jelita yang di anggukan vano.

"Bagaimana kabar kalian?"

"Baik." ucap amara.

"Maafkan papa, papa khilaf ma..."

"Sudahlah, sudah terjadi."

"Vando, vano maafkan papa nak. Entahlah kalian pasti tidak akan pernah memaafkan papa."

"Sudah ayo ma kita pulang, gak usah berlama-lama dengan orang penghianat seperti dia." ucap vando.

"Vando jaga bicaramu,"

"Tapi ma dia it..."

"Cukup! Mama tau papa salah. Tapi please sayang sebagai umat islam kita harus saling memaafkan bukan? Mama selalu ngajarin kamu untuk bersikap dewasa."

Vando hanya terdiam mengikuti permintaan mamanya.

"Sungguh amara, saya sangat menyesal atas perbuatan saya sendiri. Saya telah membuang berlian demi wanita seperti diana." terlihat wajah arga yang sangat merasa bersalah.

"Maafkan saya juga yang membuat anda bosan atas kehadiran saya, sehingga anda mencari yang lebih menarik dibandingkan saya." ucap amara dengan penuh makna.

Arga hanya membisu seribu kata atas sindiran yang diberi amara.

"Mama baik-baik saja?" tanya vano.

"Kamu gak usah cemas sayang."

"Saya tau jika semua ini tidak saya lakukan pasti keluarga kita akan tetap utuh."

"Penyesalan selalu ada di akhir arga,"

"Saya mau keluarga kita akan selalu menjadi milik saya, saya tidak akan menceraikanmu."

"ENAK SAJA ANDA BERBICARA! SAYA SUDAH TIDAK SUDIH MEMILIKI PAPA SEPERTI ANDA. LEBIH BAIK CERAIKAN MAMA SEKARANG!" tegas vano.

"Vando, maafkan papa. Papa gak bisa menceraikan mama mu, papa sudah berjanji tidak akan meninggalkan mama."

"CIHH! TIDAK AKAN TINGGALKAN MAMA? BAIKLAH, KALAU BEGITU BIARKAN MAMA YANG MENINGGALKAN ANDA!!!"

"Baiklah, papa serahkan kepada mama kamu vando. Papa akan nerima apa keputusan mama kamu,"

"Bilang ke vando ma, mama akan ninggalkan sih lelaki penghianat inikan?"

Disaat semua bertengkar, vano memilih untuk berdiam diri. Ia pasrahkan semua kepada allah swt.

Amara mendekat kepada vando dan vano. Ia menatap lekat kedua anaknya. Amara menyentuh tangan kedua anaknya dan berkata. "Kalian buah hati mama, apapun keputusan kalian mama akan menyetujuinya. Mama tidak ingin hati dari salah satu anak mama terluka sedikit pun." Lalu mereka memeluk satu sama lain, rasa sesak yang ada di benak amara ia pendam seketika demi kedua anaknya.

Arga merasa terluka, ia merasa pantas mendapatkan semua ini. Lalu arga mendekati Amara, dan menyentuh punggung amara.

"Amara..." panggilnya.

"Maafkan saya, saya..."

"Sudahlah, tak usah anda meneteskan air mata. Saya tau ini semua pantas saya dapat, tapi walau bagaimanapun saya akan tetap mencintai kamu amara." mereka menangis dan berpeluk, seiring seperti tidak akan berjumpa lagi.

"Maaf waktu sudah habis." ujar polisi.

Mereka melepaskan pelukan dan arga di bawa kembali ke ruangannya.

"Tante? Tante tidak kenapa-kenapa?" tanya jelita yang telah selesai berbicara kepada mamanya.

"Tidak apa sayang, tante hanya letih."

***

"Are you okay?"

Vano mengangguk.

"Hey, ayolah cerita ada apa sebenarnya." ujar jelita.

"Sebenernya jel, gue kepikiran mama dari tadi."

"Hm pasti semua itu karena mama gue kan. Gue juga tadi bicara ke mama, mama nyampekin kalo mama sangat merasa bersalah. Mama ingin bertemu dengan tante amara, tapi gue gak ngizinin."

"Kenapa?"

"Karena gue gak ingin ngeliat tante amara terus-terusan bersedih, gue ingin tante amara selalu tersenyum van."

"Mama sama papa gue cerai jel."

"What?? Sriously?"

Vano mengangguk.

"Semua ini karena mama gue pasti."

"Gak jel lo jangan merasa bersalah. Lo taukan mama gue? Mama kalau sedih pasti selalu berdiam diri, dia tidak akan ngasih tau isi hatinya."

"Mungkin saja mama lo gak rela kalau harus berpisah."

"Maksud lo?"

"Ahh payah, maksud gue mama lo masih mencintai papa lo."

"Lo yakin?"

Jelita mengangguk.

"Baiklah gue pulang, see you again."

_________________

flashback on jelita.

"Gimana kabar kamu sayang?" tanya diana. Wtf? Mamanya memanggilnya dengan sebutan sayang? Oh sungguh! Jelita sangat senang.

"Kenapa gak jawab pertanyaan mama."

"Kabar saya baik."

"Sayang maafkan mama, mama sangat menyesal." ucap diana yang sedang menangisi nasibnya.

"Mama akan mengalihkan semua harta mama ke kamu sayang, asalkan kamu mau memaafkan mama."

"Saya gak salah dengarkan? Anda menyebutnya dengan harta anda?"

"Maksud mama harta papa, tolong sayang maafkan mama."

"Baiklah..."

"Kamu tidak sedang bercanda kan?"

"Tidak."

Diana langsung memeluk tubuh jelita, kehangatan pelukan dari seorang ibu sangat berbeda dengan pelukan yang diberi vano kepadanya. Rasanya lebih merasakan hati yang sangat tenang, kebahagian berlipat ganda, dan juga dapat merubah mood buruk ke mood yang lebih baik. Ya Tuhan! Terimakasih telah membuat saya merasakan pelukan dari seorang ibu.

Setelah berpelukan jelita menyeka air matanya. Ia tak bisa menahan tangisannya.

"Hey apa ini? Kamu menangis? Sudahlah sayang mama akan selalu ada buat kamu. Mama janji gak akan pernah nyakiti tuan Putri mama. Percaya sama mama kan?" ujar diana yang di anggukan jelita.

"Tapi saat ini mama gak bisa ada untukmu, mama harus menerima hukuman dulu. Sampai jumpa lagi sayang hati-hati dirumah."

"Mama gak akan lama disini, jelita janji akan mengeluarkan mama dari sini." sifat jelita berubah drastis, tadinya ia tak sudih menemui mamanya, dan bersifat seakan-akan tidak ingin perduli lagi. Tapi setelah ia melihat mamanya memberi kasih sayang kepadanya ia langsung luluh. Seakan seperti terhipnotis.

______________

(NEXT...)

Tolong dong vote/koment! Author cape berimajinasi tapi tak di hargai hehe.

Anak DESA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang