fourteen

2.3K 69 12
                                    

Derit pintu terdengar nyaring di telingaku, seakan mengatakan inilah waktuku untuk merasakan nerakaku lagi. Kemudian terdengar lagi langkah kaki mendekatiku. Aku tahu itu Chanyeol. Aku memejamkan mataku, mencoba menghalau rasa takut.

Chanyeol menarik rambutku, membawaku ke suatu meja kecil. Meja ini hanya menampung dada sampai perutku, sehingga kakiku menjuntai ke bawah. Dia menyuruhku telungkup, dengan tangan diborgol di bawah. Begitu juga kakiku, dia memborgolnya erat.

Aku mencoba menggerakkan tanganku ketika Chanyeol berjalan menjauhiku. Suara gemircing besi menghiasi indera pendengaranku. Ini mustahil terlepas.

"Sudah siap?" tanya Chanyeol, aku terisak. Samar kudengar Chanyeol menyalakan pemantik api. Kemudian kurasakan badanku panas sekali.

"Ahhhh..." aku menarik tanganku, dan terdengar lagi suara gemircing besi. Aku tahu, Chanyeol menumpahkan lelehan lilin ke atas punggungku. "Panas,"

Chanyeol menulikan pendengarannya, tak peduli pada rintihanku yang memohon untuk berhenti menyiksaku. Sejak dulu, aku benci pada lilin. Jika Chanyeol menghukumku dengan lilin, aku hanya bisa pasrah seraya merasakan panas yang mendera tubuhku. Seakan-akan lilin ini membakarku perlahan.

"Sakit, kumohon berhenti, Oppa."

Aku menarik tanganku, namun mustahil borgolku terlepas. Aku menggenggam tanganku erat. Sakit sekali kurasa.

"Aku sering bertanya, apa hukuman yang kuberikan itu kurang atau bagaimana, Hyuna? Mengapa sangat sulit untuk mematuhinya?"

Aku menangis, bukan karena ucapan Chanyeol. Tapi karena suara yang kudengar. Iya, suara pecut kuda miliknya.

"Oppa, mian. Mian..."

"Aku sudah cukup sabar menghadapimu. Tapi tambah lama tingkahmu semakin memuakkan Hyuna,"

Plak.

Satu pecutan mendarat di bokongku keras. Aku memejamkan mataku, perih.

Plak.

Dua kalinya aku merasakan bokongku sebelah kanan yang dipecut.

"Apa kau lupa tak tahu jika Kyungsoo adalah seseorang yang sangat peka dengan keadaan sekitar? Jika dia sampai tahu kau adalah adikku, maka habislah kau, Hyuna. Aku benar-benar muak denganmu!"

Plak.

"Sakittt.."

"Aku harus bagaimana supaya kau mematuhi peraturanku, Hyuna?"

"Maaf, Oppa."

Plak.

Aku menjerit lagi. Sakit sekali rasanya.

"Kau hanya meminta maaf dan meminta maaf, tapi selalu kau ulangi. Apa kau sadar itu, Hyuna?"

"Maaf, Oppa."

Plak.

"JANGAN HANYA BISA MEMINTA MAAF? AKU INGIN KAU MERUBAH SIKAPMU HYUNA!!!"

Plak.

"Aku tak akan menemui teman-temanmu lagi, Oppa. Berhenti menyiksaku,"

Plak.

"Semudah itu?" tanya Chanyeol. "Kau pikir setelah kau mengucapkan itu aku berhenti menghukummu?" tanya Chanyeol.

Plak.

"Kau pikir aku akan percaya lagi padamu?"

Plak.

"Ampun, ampun, ampun..."

Aku menangis deras. Bokongku seperti mati rasa. Sakit sekali rasanya.

Kudengar Chanyeol membuang pecut kudanya ke lantai. Dia melepas borgol di kakiku. Tanpa aba-aba dia melesakkan miliknya ke dalam milikku. Sial, milikku masih kering.

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang