three

3.9K 82 0
                                    

Aku masih tengkurap. Posisiku begitu menyedihkan. Tengkurap dengan jalur-jalur bekas cambukan. Chanyeol baru saja menghukumku dengan sabuk kulitnya. Kulitku memar, hatiku sakit setiap diperlakukan seperti ini olehnya.

Chanyeol sudah pergi, menyisakan aku sendiri terisak menahan sakit. Chanyeol bilang dia akan tidur bersama Baekhyun, teman segrupnya. Aku tak peduli dia tidur dengan siapapun. Aku hanya ingin sendiri.

"Nona,"

Bibi Song membantuku bangun. Membersihkan setiap inchi tubuhku yang tak terbalut sehelai benangpun. Bagi Bibi Song, sudah biasa melihat aku menangis setelah bercinta dengan Chanyeol. Dengan sabar, Bibi Song membersihkanku dari sperma Chanyeol dan mengobati lukaku.

Luka jalur seperti ini sudah biasa Bibi Song lihat. Jangankan bekas cambukan, bekas goresan cutter pernah Bibi Song lihat di tubuhku. Bibi Song selalu mengobatiku, dengan bantuan obat mujarab milik Dokter Jung, dokter keluargaku. Tidak, lebih tepatnya dokterku. Karena hanya aku yang sering mendapat luka.

Dokter Jung adalah sepupu jauh Chanyeol. Mereka tidak mirip, hanya saja mempunyai lesung pipi yang sama. Dokter Jung, atau biasa dipanggil Ahrin itu memiliki sikap yang sangat baik. Berbeda dengan Chanyeol. Dia pernah menyuruhku kabur dari kehidupan Chanyeol. Sialnya, aku tak pernah berhasil.

Ahrin tahu kebejatan Chanyeol. Namun dia tak bisa berbuat banyak. Jika bukan karena keluarga Chanyeol, dia tak bisa menjadi dokter, itu katanya. Makanya Ahrin hanya memberiku saran bagaimana aku harus menghadapi Chanyeol. Apalagi setelah melihat lukaku yang bertambah setiap harinya, dia menyuruhku berhenti kabur.

Sembari menunggu Bibi Song yang membuat makanan untukku, aku menghubungi Ahrin. Aku berharap Ahrin belum tidur.

Kalian pasti berpikir bagaimana aku bisa menghubungi Ahrin. Chanyeol selalu memeriksa ponselku, entah itu panggilan, pesan, atau sosial mediaku. Namun dia tak pernah mempermasalahkan Ahrin. Chanyeol berpikir, aku berkonsultasi seperti biasa tentang lukaku, karena dia yang menyuruhku melakukannya. Tanpa dia ketahui, aku menceritakan semuanya.

"Halo, Hyuna."

"Ahrin, hiks..." aku menangis.

"Mengapa menangis? Chanyeol oppa menyiksamu lagi?"

"Iya,"

"Ya Tuhan, aku bingung dengannya Hyuna. Aku sudah sering memperingatinya, namun dia hanya menatapku dengan tatapan membunuhnya. Aku jadi takut,"

Aku tertawa mendengarnya. Ahrin memang takut dengan Chanyeol. Tentu saja karena Ahrin itu adalah wanita. Mengingat itu membuatku tertawa jika Chanyeol menatap Ahrin dengan tatapan seramnya.

"Memangnya kenapa Chanyeol oppa menghukummu lagi? Kau kabur?"

"Aniya, masalahnya sepele. Aku keluar duluan sebelum dia."

Kudengar Ahrin tertawa. Aku mengerucutkan bibirku kesal. Mengapa Ahrin tertawa?

"Maaf maaf, aku kelepasan. Aneh sekali memang sepupuku yang satu ini."

"Yak, kau tak tahu rasanya dicambuk dengan sabuk kulit."

"Aku tahu, Hyuna. Aku tau sakitnya,"

"Jinja? Kau pernah merasakannya?"

"Ah, aku ada tugas malam. Kau istirahatlah. Jangan sampai berat badanmu turun lagi. Aku tutup, ya?"

"Baiklah, sampai esok."

"Dah,"

Ahrin menutup panggilan kami. Aku mendengus kasar. Mataku menatap jendela besar, dengan tirai yang dibuka oleh Bibi Song sebelum dia keluar menyiapkan makanan.

Aku memakai kemejaku, juga celana pendekku. Aku berjalan ke balkon kamarku, menikmati kota Paris yang masih lumayan ramai bahkan saat tengah malam. Aku mengambil kanvasku, tak lupa kuas dan cat warna. Aku menyusun semua alat melukisku, lalu menarik kursi yang memang ada di balkon kamarku. Aku menggulung lengan kemejaku hingga batas siku, lalu bersiap melukis.

Ah, warna biru tua untuk langit yang gelap. Aku mulai menuangkan cat warnaku di palet kayu pemberian Chanyeol minggu lalu. Chanyeol memang rutin membelikanku alat melukis.

Aku memejamkan mataku sebelah, mengukur hotel yang berada di seberang kamarku. Aku mencuci kuasku, lalu menggantinya dengan warna yang telah kusiapkan.

Aku tersenyum bahagia. Melukis memang membuat moodku kembali. Aku mulai menggambar Menara Eiffel dengan hotel di sebelahnya.

Bibi Song menghampiriku dengan kentang krispi kesukaanku, juga coffee latte. Aku tersenyum pada Bibi Song. Bibi Song menarik kursi satunya, menaruhnya di sebelahku. Dia memperhatikan jari-jariku yang setia menggambar di kanvas. Itu adalah kebiasaannya.

"Bi, apa waktu kecil aku sering melukis?" tanyaku. Tatapanku tetap pada lukisanku.

"Tentu saja, Nona. Bahkan dulu kau sering dimarahi Nyonya karena melukis di dinding."

"Benarkah?" aku tertawa. Bibi song mengganggukkan kepalanya, lalu tertawa lagi. Jarinya telaten menyuapiku seiris demi seiris kentang krispi buatannya.

"Ini apa, Non?" tanya Bibi Song.

"Ini aku, dengan priaku nanti." aku terkekeh. "Bercanda, ini orang yang di sana." aku menunjuk menggunakan kuasku ke arah wanita dan pria yang sedang mengadakan kencan romantis.

"Bi, kalau suatu saat aku memiliki kekasih, apa Bibi akan mendukungku?"

Bibi Song terdiam.

"Aku tahu, Bibi juga takkan mendukungku."

"Nona,"

"Jika sudah waktunya, aku akan menceritakan segalanya pada kekasihku. Lalu aku akan pergi jauh dari Korea bersama kekasihku, dan hidup bahagia."

"Nona, kumohon bukan waktunya untuk membicarakanmu. Lihat pria itu," Bibi Song terlihat sangat panik.

Aku mengernyitkan dahiku, "pria mana?" tanyaku. Banyak sekali pria di bawah.

"Kamar sebelah, lihat ke arah jarum jam angka tiga."

Aku menoleh ke sebelah kananku, ada pria sedang duduk menatapku. Tunggu, sepertinya aku kenal dengan pria itu. Siapa, ya, namanya?

Aku memandanginya lagi. Ah aku ingat. Aku mendapatkan namanya. Dia adalah salah satu teman grup Chanyeol.

Oh Sehun.

Sial, sudah berapa detik aku melihatnya?

Ponsel Bibi Song berdering. Bibi Song membulatkan matanya ketika melihat layar ponselnya. Dengan cepat, Bibi Song mengusap layar ponselnya.

Kulihat Bibi Song tergesa-gesa ke arahku bersama Taeyong.

"Ada apa?"

"Tuan menuju ke sini, Nona. Masuklah ke dalam. Biar Bibi dan Taeyong yang membereskannya."

Aku yang mendengarnya perkataan Bibi Song segera bangkit dari kursiku. Aku masuk ke dalam kamar, dan tidur di atas ranjang. Sedangkan Bibi Song dan Taeyong membereskan alat lukisku.

[...]

24 menit menuju kyungsoo day😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24 menit menuju kyungsoo day😭

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang