fourty

911 55 12
                                    

Chanyeol's

5 tahun sudah, sejak dia pergi meninggalkanku. Grup kami juga sudah tidak aktif sejak dua tahun yang lalu. Setelah semua selesai wamil, kami memilih hidup masing-masing.

Kyungsoo memilih membangun restoran di daerah Jeju. Suho memilih mengurus perusahaannya. Baekhyun, Xiumin, dan Chen memilih bernyanyi solo. Sehun dan Kai memilih karirnya sebagai model. Lay sendiri sibuk dengan urusannya di China. Sedangkan aku, tak jauh dari Suho. Memilih mengurus perusahaan ayah yang mulai mengalami penurunan.

4 tahun yang lalu, aku mencari wanita itu kemana-mana. Namun hasilnya nihil. Hyuna tak bisa kutemukan. Dia pergi bersama asistenku yang biasa mengurus keperluan wanitaku, Bibi Song. Kupikir Bibi Song mulai muak dengan sikapku yang semena-mena terhadap wanita.

Ahrin membantuku melacak keberadaan Hyuna. Namun semua usahaku tidak berhasil. Hyuna seperti hilang di telan bumi.

Aku hancur tanpa Hyuna. Aku sudah menghilangkan kebiasaan burukku yang haus akan pemuas nafsu. Namun Hyuna tak kunjung kembali.

Dua tahun setelah ditinggal Hyuna, mentalku terganggu. Aku terus bermimpi buruk. Ahrin mendapat tugas tambahan menyembuhkanku. Itu sebabnya, grup kami tak aktif lagi bahkan ketika anggota kami masih tersisa empat orang.

Dua bulan aku dirawat, akhirnya aku sembuh. Setelah itu aku memilih wamil, agar lebih cepat mencari Hyuna. Tetap saja, terhitung tiga tahun saat aku keluar dari wajib militerku, aku terus mencari keberadaan Hyuna. Sampai sekarang aku tak bisa menemukan dimana dia berada.

"Sajangnim, kau akan berangkat tiga jam lagi."

Menjadi CEO itu sangat membosankan. Apalagi tanpa Hyuna di sisiku. Jika waktu dapat diulang, aku memilih menarik kata-kataku saat menyuruhnya pergi. Aku ingin dia tetap di sisiku, apapun keadaannya.

***

"Hyuna!"

Tunggu, aku melihat Hyuna. Dia ada di pulau yang kudatangi saat ini. Mendengar namanya dipanggil Hyuna menoleh ke arahku. Wajahnya tersenyum bahagia. Lalu berlari ke arahku. Aku merenggangkan kedua tanganku bersiap memeluknya. Namun tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.

"Hyuna awas!"

Aku berteriak seraya berlari ke arahnya. Namun telat. Mobil menghantam tubuh Hyuna hingga terpental beberapa kilometer jauhnya.

Aku berlari ke arahnya, namun seseorang lebih dulu mengangkat kepalanya, mencoba memberhentikan darah yang keluar dari kepala Hyuna.

"Kyungsoo?"

"Chan... Chanyeol?"

"Kau, mengapa bisa di sini?"

"Tak penting mengapa aku bisa di sini. Cepat panggil ambulan!" bentak Kyungsoo. Dia terlihat begitu panik.

Seseorang memanggil ambulan. Tak lama ambulan datang, dan mengangkat tubuh Hyuna yang berlumuran darah.

Kyungsoo masuk ke dalam mobil ambulan bersama Hyuna.

"Soo, aku ikut..."

Kyungsoo mengangguk lalu membiarkan aku duduk di sebelahnya. Aku menatap Hyuna yang sudah dipasang masker oksigen untuk membantu pernafasannya.

"Kumohon jaga kesadaranmu, Hyuna. Kumohon!"

Aku melihat jelas Kyungsoo menangis. Ada apa ini? Mengapa Kyungsoo begitu dekat dengan Hyuna?

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung berlari mengikuti bangkar ranjang Hyuna bersama Kyungsoo menuju ICU. Sesampainya di depan pintu, seorang suster menahan kami untuk tidak ikut masuk ke sana.

"Kyungsoo, selama ini aku di sini bersama Hyuna?"

Kyungsoo menatapku lekat sebelum akhirnya dia memukul rahangku.

"Brengsek! Tak akan kubiarkan dia menemuimu lagi brengsek!"

Aku memegang pipiku yang terasa nyeri. Pukulan Kyungsoo cukup kencang, membuatku terjerembab jatuh ke kursi tunggu.

"Appa!!!"

Aku dan Kyungsoo menoleh ke belakang kami  Aku membulatkan mataku ketika melihat seorang lelaki berlari sembari menangis ke arah Kyungsoo.

"Bagaimana keadaan eomma, Appa?"

Tunggu? Eomma? Appa? Jadi Kyungsoo sudah menikah dengan Hyuna?

"Sajagnim, sajagnim!!" Sekretaris Seo membangunkanku. "Kita sudah sampai di Jeju,"

Jadi semuanya hanya mimpi? Syukurlah. Aku tak bisa membayangkan jika semuanya adalah kenyataan.

Tapi tunggu.

Sepertinya kejadian di mimpiku itu tidak asing. Beberapa adegan memang pernah kulihat. Tapi dimana, ya?

***

Aku mengendarai mobilku tak tentu arah. Aku hanya ingin menetralkan kepalaku. Aku muak dengan kehidupan ini. Ya, aku memang selalu muak dengan kehidupanku saat ini.

Mataku menatap jalanan yang mulai sepi karena musim salju akan datang. Kulihat anak kecil sedang menangis sendirian di taman. Ya Tuhan, siapa yang tega meninggalkan anak semanis ini?

Aku memarkirkan mobilku, berjalan ke arah anak kecil itu. Lalu menyapanya. Dia menatapku tapi langsung beringsut mundur.

"Hey, aku bukan orang jahat."

"Tapi kata Eomma, biasana olang tampan itu adalah olang jahat." jawabnya polos. Aku tertawa.

"Pasti ibumu sering menonton drama, ya?" tanyaku. Dia ikut tertawa.

"Ahjussi tahu?"

"Tentu aku tahu. Mengapa kau menangis?" tanyaku.

Gadis itu menatap ke bawah dengan tatapan sedih. "Aku sekolah di taman kanak-kanak. Tapi tak ada yang mau belteman denganku. Meleka bilang aku tak punya ayah. Padahal aku seling dijemput oleh ayahku."

"Jinja? Dimana rumahmu? Biar kuantar."

Gadis ini menggeleng, "rumahku sepi. Halmoni bekelja di toko, Eomma bekelja di restoran."

"Jadi mau kuantar?" tawarku.

"Tidak usah, nanti aku diculik..." jawabnya. Ya Tuhan, mengapa anak ini menggemaskan sekali.

Aku mencubit bibir gadis ini. Lalu mengusap rambut kecoklatannya. "Baiklah, aku akan menunggu sampai ayahmu menjemputmu."

Gadis itu mengangguk. Aku mengelus lagi rambut panjang miliknya. Entahlah, saat ini aku teringat lagi dengannya.  Wanita yang tak pernah kulupakan seumur hidupku. Bahkan ketika aku terlahir kembali, aku akan tetap mengingat wanita itu.

Park Hyuna.

"Oh iya siapa namamu?"

"Song Mirae,"

[...]

Hua aku ngetik ini sambil bilang amit2 exo gaakan bubar. dia akan selalu ada buat exol😭 mengingat kontrak yg hanya tinggal beberapa tahun.

siapa yg berharap cy bertemu hyuna?

siapa yg berharap cy bertemu hyuna?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang