thirty nine

926 53 45
                                    

Aku membersihkan meja dari kotoran. Membereskan kursi hingga rapi. Mengelap dan mengusir semua kotoran di meja. Setelah selesai, aku menyapu lantai. Tak lupa mengepelnya. Aku memastikan semuanya bersih dan rapi.

"Ah sudah selesai," aku tersenyum ketika kulihat semuanya rapi dan bersih. Tapi kemudian aku memegang kepalaku yang kembali berdenyut nyeri.

"Hyuna, kau tak apa?" tanya Kyungsoo khawatir. Dia memegang pundakku, menahanku agar tak jatuh.

Aku mengangguk, "aku tak apa, Oppa. Hanya pusing sedikit. Kupikir aku sulit tidur beberapa hari ini. Itu semua karena mimpi..."

"Mimpi?"

"Mimpi aneh, Oppa. Aku selalu menemukan air mataku ketika bangun tetapi tak bisa mengingat ada apa di mimpiku sehingga aku menangis,"

"Apa perlu kita ke rumah sakit?" tanya Kyungsoo. Aku menggeleng cepat.

"Tak perlu, Oppa."

"Baiklah aku antar kau pulang. Biar Sunny yang membereskan sisanya." ucap Kyungsoo dan aku mengangguk.

Aku menaiki mobil Kyungsoo dan duduk di samping Kyungsoo. Mobil menuju ke arah rumahku. Setelah sampai, aku dan Kyungsoo turun dari mobil. Kami langsung di sambut oleh Mirae dan Ibuku.

"Ahjumma," Kyungsoo membungkuk hormat pada Ibu.

"Kyungsoo, masuklah. Ibu akan buatkan susu hangat." Ibu mengajak masuk Kyungsoo.

"Maaf, Ahjumma. Mungkin lain waktu," Kyungsoo tersenyum. Kupikir Kyungsoo adalah pria paling sopan seKorea Selatan. Haha, berpikir apa aku ini.

"Kyungsoo Oppa belum menutup restorannya, Bu." kataku.

"Jinja? Mengapa malah mengantar anak badung ini?" tanya Ibu.

Kyungsoo tertawa mendengarnya.

"Appa!!"

"Mirae-ya..." Kyungsoo menggendong Mira.

Aku mendengus kesal. Pasalnya Mirae lebih akrab dengan Kyungsoo dibanding denganku.

"Mirae, sini." pintaku. Mirae menggeleng cepat. Dia malah mengalungkan tangannya ke leher Kyungsoo.

"Appa harus menutup restoran Appa. Lain kali Appa akan main ke rumah," kata Kyungsoo.

Mirae mengangguk lalu turun dari gendongan Kyungsoo. Dasar centil, pikirku. Mirae hanya menuruti perintah Kyungsoo. Dia tak pernah mendengarku.

"Terima kasih sudah mengantar Hyuna..." ucap Ibu tersenyum pada Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk lalu masuk ke dalam mobilnya. Dia melambaikan tangannya dan meninggalkan area rumah kami. Aku masuk bersama Ibu dan Mirae.

"Kau sakit, Hyuna?" tanya Ibu.

Aku mengangguk, "akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh. Aku tak tahu mimpi apa, tapi aku selalu menangis ketika bangun. Anehnya, aku tak bisa mengingat apapun setelah bangun."

"Ibu pikir, kau kelelahan bekerja. Ibu akan buatkan teh hangat."

Aku mengangguk lalu duduk di meja makan, sedangkan Mirae memilih menonton acara televisi.

"Ibu, beberapa hari yang lalu Kyungsoo oppa menceritakan kisah cintanya yang tragis."

"Benarkah?" tanya Ibu Song.

Aku mengangguk mantap. Lalu menceritakannya pada Ibu. Aku menceritakannya secara detail, tanpa dikurangi atau ditambahi. Termasuk saat Kyungsoo mengucapkan bahwa aku adalah gadis itu.

"Bu, bagaimana jika benar aku adalah Jihye yang diceritakan oleh Kyungsoo?" tanyaku.

"Pikirkan tentang Mirae yang membutuhkan kasih sayang seorang ayah, Hyuna." ujar Ibu Song. "Besok kita ke makam. Ibu pikir kau merindukan Mira."

Benar. Mirae butuh kasih sayang seorang ayah. Aku tersenyum. Namun sedetik kemudian kurasakan kepalaku sakit sekali. Aku mencoba berdiri, namun pandanganku buram.

"Ibu, tolong..." aku mencoba mencari pegangan. Samar kulihat Ibu datang menghampiriku tergesa-gesa. Sebelum akhirnya gelap melanda.

Aku terbangun. Yang pertama kulihat adalah langit ruangan berwarna putih. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku.

"Hyuna, kau sudah bangun?" tanya orang di sampingku. Itu adalah Kyungsoo.

Aku menatap lelaki di sebelahku. Tunggu, ini bukan kamarku. Tanganku ada selang infus. Itu artinya aku sedang di rumah sakit?

Aku memegang kepalaku yang berdenyut hebat. Sakit sekali. Rasanya aku ingin membenturkan saja kepalaku ke dinding.

"Sakit, Oppa..." aku memejamkan mataku. Mencoba menetralkan rasa sakit di kepalaku. Namun beberapa bayangan hadir di kepalaku.

"Jihye..."

"Aku yang terjatuh, mengapa kau yang menangis, Oppa?"

"Jihye, jadilah kekasihku..."

"Aku menyayangimu, Oppa."

"Jihye... Jihye..."

Aku membuka mataku. Kulihat dokter sedang memeriksaku. Dengan Kyungsoo yang terlihat begitu mengkhawatirkanku.

"Oppa," gumamku pelan. Mulut dan hidungku sudah tertutup masker oksigen. Aku mencoba mengatur nafasku.

Kyungsoo memegang tanganku. Setetes bulir air mata jatuh di pipinya. Hal terakhir yang kulihat saat aku mengalami kecelakaan.

Seketika bayangan itu kembali hadir.

"Ingatanku kembali,"

Benar. Aku mengingat semuanya. Mengingat semua hal yang kami lakukan saat kami masih remaja. Aku juga ingat saat kami masih menjalin kasih, sebelum kecelakaan itu merebut semua kebahagiaan kami.

[...]

pendek bgt ya part ini wkwk. aku bakalan double up tapi kemungkinan tengah malem nanti hehe.

oiya mau nanya. kalian tuh sebenernya tim mana nih?

Hyuna Kyungsoo?

Hyuna Chanyeol?

beberapa part lg mau ending soalnya:(

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang