thirty three

1K 51 6
                                    

Aku berlari menuju ruang ICU yang sebelumnya diberitahu oleh Ahrin. Aku sampai di ruangan yang dimaksud oleh Ahrin.  Ruangan itu sudah penuh dengan wartawan yang ingin mengetahui keadaan Chanyeol. Aku terhenti di suatu tempat. Kulihat Ahrin baru keluar dari ruangan Chanyeol. Ahrin melihatku lalu menghampiriku.

"Kemarilah," Ahrin menggenggam tanganku. Lalu membawaku ke ruangannya.

Ahrin duduk di kursi kebesarannya, dan aku duduk di kursi yang berada di hadapannya.

"Bagaimana keadaannya?" tanyaku panik.

"Begini, Chanyeol kehilangan banyak darah."

"Ambil darahku, Ahrin."

Ahrin menggeleng, "darahmu tak cocok dengannya."

Aku mengernyitkan dahiku. Jika darahku tidak sama dengan kedua orang tuaku, mengapa darahku tidak sama juga Chanyeol yang notebanenya adalah kakakku?

"Tapi, aku adiknya, Rin."

"Hyuna, dengarkan aku dulu."

"Apa ada yang kalian sembunyikan dariku?"

"Hyuna..." lirih Ahrin.

"Katakan, Ahrin. Katakan sekarang juga. Apa aku bukan anak kandung dari keluarga Park?" tanyaku.

Ahrin menggenggam tanganku, "ini semua salahku. Kumohon jangan benci aku, Hyuna. Teruslah bersama Chanyeol. Kumohon,"

"Katakan, Ahrin!" aku meninggikan suaraku.

"Kau korban kecelakaan, setahun yang lalu. Kau pasienku. Namun aku tak menemukan keluargamu sama sekali selama kau dirawat, sedangkan kau harus membayar semua biaya rumah sakit," ucap Ahrin menjelaskan. "Kebetulan juga Chanyeol baru kehilangan orang tuanya. Dia merasa terpukul, untuk itu aku menyarankan dia untuk mengasuhmu. Dia setuju, karena kau kehilangan ingatanmu,"

Aku menutup mulutku, tak percaya dengan apa yang dikatakan Ahrin. "Jadi aku memang dipersiapkan untuk menjadi pemuas nafsunya?"

"Kau beruntung tidak dibuang setelahnya olehnya!" balas Ahrin tak mau kalah.

"Whoa, hebatnya kau berbicara seperti itu! Apa kau tahu sakitnya bercinta dengan Chanyeol saat pertama kali? Apa kau tahu rasanya direndam air dingin olehnya? Apa kau tahu sakitnya dicambuk sabuk kulitnya?" tanyaku.

"Aku tahu, Hyuna! Aku tahu rasanya. Aku mantan pemuas nafsunya!" Ahrin memejamkan matanya. "Aku menjadi dokter karena uang diberikan oleh Chanyeol. Ketika kontrak itu abis, aku berinisiatif agar Chanyeol selalu mendapat pemuasnya. Semua kulakukan agar Chanyeol tak kesepian."

Setetes air turun dari mataku mendengar penjelasan Ahrin, terus menerus hingga mengalir deras.

"Kontrakmu sudah habis sudah lama sekali. Namun Chanyeol tak membuangmu. Dia mempertahankanmu. Kupikir dia mencintaimu, Hyuna. Bantu dia untuk bisa lepas dari semuanya." Ahrin mencoba menggenggam tanganku, aku menepisnya kasar.

"Kau dan Chanyeol sama-sama menjijikan," ucapku, mengubah posisiku menjadi berdiri. "Terima kasih sudah menorehkan banyak luka atas kejujuran ini, Ahrin. Kupikir kau berbeda dengan Chanyeol. Ternyata kau sama saja."

"Maafkan aku, Hyuna."

Aku berjalan keluar dari ruangan Ahrin. Kulihat depan kamar Chanyeol sudah sepi. Aku segera berjalan ke kamar Chanyeol.

Sesampainya di dalam kamar Chanyeol, aku tak mendengar suara apapun selain suara detak jantung Chanyeol di layar monitor.

Aku menangis di hadapannya. Tuhan mengapa kenyataan ini malah menyakitiku? Selama ini hanya kebenaran yang ingin kutahu. Namun mengapa ketika kebenaran ini datang  aku malah membenci kebenaran yang kutahu?

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang