fourty four

880 66 49
                                    

"Sehun bilang, kau hamil. Lalu dimana anak kita?"

Aku menghentikan kunyahanku ketika mendengar pertanyaannya.

"Jika kau tak mau bercerita, tak apa. Tak usah bercerita."

"Aku akan menceritakannya. Kau ayahnya, kau berhak tahu." aku menghembuskan nafasku sebelum aku bercerita. "Sebelum aku pergi, aku sakit. Mual, perutku melilit. Ibu Song memberikanku tespack dan hasilnya positif. Aku hamil."

"Ibu Song?"

"Bibi Song. Dia tinggal bersamaku sekarang." ujarku. "Setelah beberapa bulan pindah ke Jeju, perutku semakin membesar. Namun aku  jarang mendapatkan respon dari anakku. Aku memeriksanya, dan benar detak jantungnya lemah. Aku tak boleh kelelahan kata dokter. Jadi aku hanya berkeliling sendiri menikmati indahnya pulau ini. Saat usia kandunganku enam bulan, aku bertemu Mira. Gadis dua puluh tahun yang hendak bunuh diri karena hamil di luar nikah."

Aku menatap langit-langit restoran. Hampir saja aku menumpahkan air mataku.

"Aku menolongnya. Kami bersahabat. Usia kandungan kami terpaut dua bulan. Aku begitu menyayangi Mira. Namun kondisi Mira semakin melemah. Saat usia kandunganku delapan bulan, aku menerima telepon di ponsel Ibu. Kupikir itu Sehun atau Kyungsoo yang menghubungiku"

"Kemana ponselmu?"

"Dijual Mira. Karena mendengar tentang kencanmu, aku hampir gila. Aku hampir membunuh kandunganku yang memang lemah. Jadi Ibu menyarankan agar aku tak memegang ponsel." ujarku.

"Lalu apa yang terjadi?"

"Kau yang menelponku, bukan?" tanyaku, Chanyeol mengangguk. "Aku takut. Aku takut sekali kau akan menyakiti bayiku jika kau kembali. Aku sangat takut hingga aku terjatuh tersandung meja. Setelah itu aku tak mengingat apa-apa.

Saat aku terbangun, kulihat Ibu Song berbicara serius dengan dokter di depan kamar inapku. Sedangkan Mira berada di sampingku dengan wajah pucatnya. Aku melihat perut Mira yang membesar. Lalu aku mengelus perutku. Aku terkejut, perutku rata. Aku menangis meraung-raung. Mira berusaha menenangkanku. Namun aku kalut. Aku berniat menhabiskan hidupku. Aku hendak loncat dari balkon rumah sakit. Namun Kyungsoo menolongku. Dia menyadarkanku sebelum akhirnya dokter menyuntikkan obat penenang."

Bulir air mata mulai membasahi pipiku. Aku sedih mengingat semuanya lagi.

"Jika aku tak menghubungimu malam itu, aku tak akan seperti ini bukan?"

Aku menggeleng, "sudah waktunya jagoanku pergi. Setelah Mira melahirkan, dia membagi anaknya untukku. Dia menyuruhku mengurus anaknya karena kondisinya begitu lemah. Aku juga yang menyusui anaknya. Beberapa bulan kemudian, Mira meninggal. Sebelum meninggal, dia menceritakan ayah dari anaknya. Dia juga memberiku foto ayah Mirae. Foto lelaki yang memperkosanya dan pergi begitu saja."

"Jadi makam yang kau datangi itu..."

"Makam ibu kandung Mirae. Setelah itu aku begitu menyayangi Mirae seperti anakku sendiri."

"Ya Tuhan, Hyuna. Maafkan aku. Kau menanggung semuanya sendirian."

Aku terkekeh, "itu sudah lewat. Kita sama-sama merasa sakit saat terpisah. Namun kita saling menyakiti saat bersama. Maafkan aku juga, Oppa. Sudah pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasanmu."

"Semua sudah selesai bagiku. Aku lega bisa melihatmu lagi."

"Bertahun-tahun aku mencoba membencimu, namun aku tak bisa. Sayangku mengalahkan semuanya."

Chanyeol tersenyum sendu mendengar ucapanku yang terakhir. Sejujurnya, aku masih mencintainya. Namun untuk apa kita bersama jika kita hanya saling menyakiti?

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang