seventeen

1.9K 69 4
                                    

Aku terbangun ketika Bibi Song membangunkanku. Dia membawakan bubur untukku. Aku melihat jam dinding, sudah pukul sebelas siang. Oh, lama sekali aku tertidur.

Aku bangkit dari tidurku, mengubah posisiku menjadi duduk dengan bersandar pada kepala ranjang. Bibi Song memeriksa dahiku, lalu menempelkan termometer di dahiku. Warna lampunya masih berwarna merah.

"Makan dulu, Nona." Bibi Song menyuapiku.

"Chanyeol kemana, Bi?" tanyaku.

"Tuan pergi pagi-pagi. Katanya mau ke tempat latihannya sebentar." jawab Bibi Song.

Aku menelan pelan-pelan bubur hangat tersebut. Perutku menghangat. Ya Tuhan kepalaku berdenyut hebat.

"Nona masih pusing, ya?" tanya Bibi Song. Aku mengangguk lemah.

"Aku seperti tak punya tenaga, Bi." balasku.

"Setelah makan, istirahatlah. Jangan melukis ataupun bermain ponsel. Nanti kita ke rumah sakit,"

Aku mengangguk lalu menghabiskan buburku. Tak lama Chanyeol pulang, dengan dokter Ahrin di belakangnya.

"Ahrin!!!"

"Hyuna," Ahrin berlari ke arahku, lalu kami berpelukan sejenak. Sudah berapa lama kami tak bertemu, eoh.

"Kenapa kau sakit lagi, huh?" Ahrin memeriksa dahiku. "Chan, sudah sering kuberitahu jangan mandikan Hyuna saat malam. Itu membuatnya demam,"

"Aku lupa, Rin. Lagi pula aku memandikannya dengan air hangat,"

"Tetap saja. Jangan pernah memandikannya malam hari. Dan satu lagi, biarkanlah Hyuna keluar sejenak, menghirup udara segar." tambah Ahrin. Aku dan Ahrin saling berpandangan lalu kami mengulas senyum.

"Kau bersekutu dengannya?"

"Yak, aku serius! Bisa jadi Hyuna sakit karena kurang menghirup udara segar. Aku tahu kau di Paris hanya duduk di kamar bukan?" tanya Ahrin.

Aku menggeleng, "aku pergi sekali membeli makanan."

Ctak.

Ahrin menyentil dahi Chanyeol. Chanyeol yang terkejut memasang wajah marahnya.

"Aku tak ingin Hyuna mati karena bosan. Kau awas saja menyetubuhinya saat dia demam! Aku pamit. Akan kuresepkan obat untuknya. Ingat pesanku, Chan!"

"Ne ne, cepatlah pulang. Kau menjengkelkan,"

"Hyuna, katakan jika kau tak menyukainya. Katakan jika kau merasa sakit. Katakan jika kau merasa tak senang. Jangan hanya diam kemudian kau merasakan efeknya. Okay?" aku mengangguk. "Kau juga, Chan. Awas menyiksanya berlebihan lagi."

Aku tertawa melihat tingkah Ahrin dan Chanyeol yang selalu bertengkar. Ahrin keluar dari kamarku seraya melambaikan tangannya padaku. Aku juga melambaikan tanganku padanya.

"Heran, apa yang dia pelajari di kampusnya. Mengapa hanya bisa mengejekku?" tanya Chanyeol. Aku tertawa mendengarnya.

"Kau lelah, ya?" aku berbalik tanya. Chanyeol duduk di sebelahku, lalu mencium pipiku.

"Lelah sekali," Chanyeol memelukku, mencium pundakku.

"Sini, tidur. Di pahaku." balasku. Chanyeol mengangguk lalu meletakkan kepalanya di pahaku. Aku mengusap rambutnya. Sedangkan Chanyeol memejamkan matanya.

"Seoreoun mameul mot igyeo
Jam mot deuldeon eodun bameul ddo gyeondigo
Nae jeolmanggwan sanggwaneobsi
Musimhagedo achimeun nal kkaeune..." aku mulai bersenandung.

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang