nine

2.7K 70 5
                                    

Ada yg nungguin ga ya?

---

Kudengar Chanyeol melangkahkan kakinya menjauhiku. Tak lama derap langkahnya masuk kembali ke kamarku. Aku bisa melihat sekilas, Chanyeol meletakkan botol beling di nakas. Tunggu? Jangan bilang itu botol wine.

Chanyeol menyentuh luka yang baru saja dia berikan. Dia sedikit menekan luka itu. Rasanya ngilu sekali.

"Sakit," lirihku.

Chanyeol mengelus pipiku yang penuh air mata. Dia berjongkok, melihat wajahku yang sudah berantakan.

"Kau mau membiarkan orang lain mengenalmu, Hyuna? Kau mau kuperkenalkan kau sebagai jalang ke teman-temanku?"

Aku menggeleng cepat. Air mataku terus menangis. Chanyeol tertawa melihat air mataku. Dia mengubah posisiku menjadi duduk. Demi Tuhan, bokongku masih sakit.

"Shhh.." aku duduk dengan tidak nyaman. Sakit sekali rasanya.

Chanyeol tertawa melihat kondisiku yang berantakan. Tangannya dengan cekatan membuka botol wine yang dia bawa. Dia menegaknya, sembari menatap wajahku.

Chanyeol menarik daguku, membuatku menatap wajahnya. Dia menegak wine tersebut, lalu menciumku. Wine yang berada di mulutnya pindah ke mulutku. Aku menggeleng, mencoba melepaskan ciuman kami, lalu menyemburkan wine yang berada di mulutku.

Aku tak suka wine. Wine itu membuat perutku bermasalah. Belum lagi ditambah tubuhku yang akan terasa gatal jika menegaknya.

Plak.

Chanyeol menamparku. Aku terjerembab ke kasur. Chanyeol menarik rambutku, membantuku kembali pada posisiku. Lalu memaksaku meminum wine tersebut.

Dia meletakkan ujung botol wine di mulutku, lalu dengan paksa air wine itu masuk ke mulutku. Aku menggeleng, namun Chanyeol menjambak rambutku, memaksaku menelan wine tersebut.

Aku tersedak wine. Air wine tersebut bahkan keluar dari hidungku. Aku menangis, rasanya perih sekali hidungku.

Aku menatap Chanyeol dengan tatapan kecewa. Kupikir Chanyeol akan merubah sikapnya. Namun tetap saja, Chanyeol tak akan pernah bisa merubah sikapnya sampai kapanpun itu.

Chanyeol membalik tubuhku menjadi tengkurap. Lalu menarik pinggangku hingga menungging. Lalu dia mulai membuka pakaiannya. Dia melesakkan batangnya ke milikku. Lalu menggenjotnya tanpa perasaan. Tangan satunya menahan pinggangku, tangan satunya meneguk wine.

Chanyeol terus menyetubuhiku hingga benihnya menyembur hangat di rahimku. Chanyeol melepas tautan kami, dan aku langsung terjatuh lemas.

Chanyeol melepas ikatan di tanganku. Jari-jarinya mengusap air mata dan bekas wine di wajahku. Lalu dia memakai celananya dan keluar dari kamarku.

Aku menangis. Aku seperti jalang yang ditinggalkan setelah bercinta. Tak lama Bibi Song masuk ke dalam.

"Bibi sudah siapkan air hangat. Kits bersihkan badan Nona."

Aku mengangguk lalu berjalan tertatih ke kamar mandi. Bibi Song dengan sabar membantuku.

Aku naik ke dalam bathub. Rasa hangat dan perih menusuk kulitku. Aku memejamkan mataku. Kurasakan Bibi Song mulai menggosok pelan tubuhku.

Setelah selesai mandi, Bibi Song membantuku memakai pakaian tiduku. Lalu menuntunku ke balkon.

"Bibi buatkan teh hangat. Nona tunggu di sini sebentar."

Aku duduk di balkon. Menatap lampu kerlap kerlip di Menara Eiffel. Air mataku terjatuh tanpa bisa aku cegah. Hatiku sakit sekali.

Bibi Song datang dengan membawa secangkir teh hangat untukku. Bibi Song mengerti apa yang kurasakan setahun belakangan ini. Saat mental dan batinku selalu dirusak oleh Chanyeol.

"Nona," Bibi Song mengusap tanganku. "Nona pernah bilang bahwa Nona akan kabur dari Tuan Chanyeol bersama pria Nona, bukan?" tanya Bibi Song. Aku menatap Bibi Song.

"Nona, katakan jika kau ingin kabur dari kehidupan Tuan Chanyeol."

Aku memeluk Bibi Song lalu menangis di hadapannya. "Maaf, Bi. Tapi aku tak mau pergi dari kehidupan Chanyeol."

Aku semakin mempererat pelukanku pada Bibi Song. Pandanganku teralih pada seseorang yang sedang duduk membaca buku. Lalu padangannya beralih padaku. Dia membenarkan kacamatanya lalu melambaikan tangannya padaku.

Aku memejamkan mataku lalu kembali menangis.

***

Aku menatap schotel macaroniku datar, sesekali mengaduknya. Tatapanku beralih pada lelaki di hadapanku yang sedang memakan donkkaseu kesukaannya.

"Tak menyukai makananmu?" tanyanya.

Aku menggeleng lalu memakan schotelku.

"Sudah mengobati lukamu?" aku mengangguk sebagai jawaban. "Bagaimana dengan vaginamu?"

"Sudah dioleskan salep."

"Obatmu?"

Aku menghembuskan nafasku. Yang dimaksud obat di sini adalah obat anti hamil yang wajib kuminum. Karena Chanyeol tak suka memakai pengaman saat bercinta. Sementara dia selalu mengeluarkan benihnya di dalam.

"Sudah kuminum juga."

"Baguslah." Chanyeol menyudahi sarapannya. "Pagi ini teman-temanku pulang ke Korea. Aku akan tinggal bersamamu untuk beberapa hari terakhir."

"Aku tahu," jawabku.

"Kau marah padaku?" tanyanya.

Tentu saja, bodoh! Kau melukai vagina dan bokongku.

"Tidak." ucapku. Aku malas berdebat dengannya.

"Aku akan kembali. Persiapkan tubuhmu. Aku akan mengantar teman-temanku ke bandara."

Aku mengangguk. Chanyeol mencium bibirku sekilas lalu pergi bersama manager Kim. Aku mengenal manager Kim, karena dia yang sering membelanjakan semua kebutuhanku.

Aku kembali ke kamarku, mengambil ponselku dan membuka sosial mediaku. Sial, mengapa banyak sekali yang memfollow akun instagramku?

Seorang wanita cantik yang beruntung ditatap tiga member EXO ini ternyata orang asli Korea...

Tunggu, ini wajahku. Dan sebelahku ada Bibi Song yang wajahnya diblur. Apa-apaan ini?

[...]

bangun bangun uda pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bangun bangun uda pagi

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang