thirty

1.2K 55 10
                                    

Aku terbangun ketika kurasakan cahaya matahari masuk ke dalam kamarku. Chanyeol tak ada di sampingku. Harusnya aku tahu, Chanyeol itu idol. Dia punya fans dimana-mana. Pastilah dia tak berani tidur bersamaku ketika sedang berada di luar rumah seperti ini.

Aku keluar kamarku. Kulihat Bibi Song sedang menata makanan. Aku menghembuskan nafasku, lalu memakan pancake buatan Bibi Song.

"Tuan sedang keluar bersama manager Kim Nona. Nanti malam akan kembali. Tuan juga meminta agar Nona bangun tengah malam."

"Untuk apa?"

"Entahlah, Nona. Tuan Chanyeol hanya berpesan seperti itu. Tuan juga memberikan gaun serta heels untuk Nona."

Aku menghembuskan nafasku kasar. Apa ini dia lalukan untuk meminta maaf dariku? Mengapa tak meminta maaf secara langsung?

Setelah sarapan, aku pergi ke kamar mandi. Aku membersihkan tubuhku. Setelah mandi, aku berpakaian dan pergi ke pantai.

Aku menolak saat Bibi Song dan Taeyong ingin menemaniku. Entahlah, aku hanya ingin berjalan-jalan sendiri saja.

Tak tahu sudah berapa lama aku berjalan-jalan. Kakiku mulai lelah. Aku istirahat sejenak ketika menemukan kursi.

Aku meluruskan kakiku, kemudian menatapnya. Benar, aku tak secantik Rose, tak sekurus Lisa, tak semanis Nayeon. Chanyeol itu selalu dikelilingi wanita cantik. Harusnya aku sadar, aku sangat berbeda dengan idol-idol cantik itu. Lagipula aku hanya adiknya. Akan menjadi hal yang tabu jika aku mencintai dirinya.

Tanpa sadar, air mataku menetes. Aku segera menghapus air mataku. Aku mengambil sebuah botol bening berisi butiran obat. Aku mengeluarkan obat tersebut dan melemparnya jauh. Setidaknya itu membuatku sedikit tenang.

Aku berdiri dan segera berjalan kembali ke hotel. Selama ini, obat itu yang selalu membatasi hubunganku dengan Chanyeol. Memangnya kenapa jika aku adalah adiknya Chanyeol? Apa aku tidak boleh bahagia bersama kakakku?

Aku tak tahu sudah berapa lama aku berjalan-jalan. Kulihat Bibi Song menungguku di depan lobby hotel, wajahnya begitu khawatir. Tak berbeda jauh dengan Taeyong. Mereka tampak mengkhawatirkanku.

"Nona,"

Bibi Song segera menghampiriku.

"Tuan sudah pulang. Tuan mencari Nona,"

Chanyeol? Sudah pulang?

Aku mengangguk. Lalu kami memasuki lift dan menuju kamar. Kulihat Chanyeol duduk di sofa sembari menonton televisi. Tatapan beralih ke arahku ketika aku membuka pintu melewatinya.

"Darimana kau?"

"Aku lelah, Oppa. Aku ingin istirahat." balasku.

Aku mencuci kakiku di kamar mandi, Chanyeol mengikutiku.

"Ada apa, Hyuna? Kau marah padaku? Karena Rose?" tanyanya.

Aku menggeleng, lalu mengeringkan kakiku menggunakan kain. Aku naik ke kasur, namun Chanyeol menahanku.

"Lukisanmu kacau, Bibi Song bilang kau menangis kemarin. Ada apa?" tanya Chanyeol lagi.

"Aku ingin sendiri, Oppa."

Chanyeol menarik tanganku kasar. Wajahku langsung menatapnya. Satu tetes bulir keluar dari mata kiriku, disusul mata kananku.

"Hyuna, aku tak bermaksud..."

"Lepaskan, Oppa. Aku ingin istirahat."

"Baiklah,"

Aku menaiki kasurku. Kudengar suara derit pintu. Itu artinya Chanyeol sudah pergi.

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang