fifteen

2.2K 72 1
                                    

"Kau pikir ini sudah selesai, Sweety?"

Mataku melebar ketika bisikan Chanyeol sampai ke otakku. Demi Tuhan, tenagaku sudah tidak ada lagi. Jika bisa dihitung, mungkin tenagaku tersisa 10 persen lagi.

Chanyeol melepas miliknya keluar dari vaginaku. Lalu menggendongku di depan seperti koala. Kakinya berjalan keluar dari ruangan merah. Aku tahu, dia membawaku ke kamar mandi.

Benar saja, aku membuka mataku dan mendapati diriku di dalam bathub. Chanyeol mengisi bathub dengan air hangat. Membiarkan tubuhku terendam air hangat.

Setelah bathub penuh, Chanyeol masuk ke dalam bathub. Kami duduk berhadapan. Kulihat Chanyeol menuangkan sabun cair miliknnya. Busa mulai terlihat. Aku tersenyum melihat busa. Tanganku kugerakkan mengambil busa-busa sabun tersebut. Chanyeol terkekeh geli melihatku.

Chanyeol mulai membersihkan setiap inchi tubuhku. Tak lupa membersihkan bekas-bekas lilin di punggungku. Setelah selesai, dia membersihkan tubuhnya. Setelah itu kami keluar dari bathub untuk membasuh badan kami.

Chanyeol menyalakan shower. Aku mengadahkan kepalaku, membuat air turun ke wajahku.

Tangan Chanyeol bergerilya di tubuhku. Kemudian berhenti di daerah bokongku. Chanyeol mengelus bokongku yang sedikit terluka akibat pecutannya. Dia lalu membalikkan tubuhku menjadi membelakanginya.

"Pegang besi itu,"

Aku memegang besi di hadapanku yang tingginya sepinggangku. Aku tak tahu apa yang akan Chanyeol lakukan.

Kurasakan jarinya mulai masuk ke dalam anusku, hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Ini cukup perih.

Jarinya mulai bergerak di dalam anusku. Aku mengeratkan peganganku pada besi. Lalu kurasakan Chanyeol menambah jarinya menjadi tiga sekaligus.

"Sakit, Oppa."

Aku menahan air mataku, namun tak bisa. Aku benci air mata ini yang selalu turun ketika Chanyeol menyiksaku. Ketika aku menangis, Chanyeol semakin gencar menyiksaku.

Aku menangis. Air mataku bercampur dengan air shower. Kurasakan Chanyeol jarinya dari anusku. Lalu dia berjalan meninggalkanku. Aku memperhatikan Chanyeol. Dia mengambil selang kecil dan menghubungkannya ke keran air. Untuk apa selang itu?

"Kita belum pernah melakukannya, bukan?" tanyanya. Tunggu, melakukan apa?

Aku menjerit ketika kurasakan selang itu masuk ke dalam anusku yang tak pernah dimasuki apapun sebelumnya.

"Oppa," aku memegang tangan Chanyeol panik ketika kurasakan air masuk ke dalam anusku, mengisi perutku yang membuatku mual.

"Tenang, Sweety. Kau akan terbiasa nantinya. Sekarang keluarkan airnya pelan-pelan."

Chanyeol mengeluarkan selang itu dari anusku lalu aku mulai mengeluarkan air sesuai perintahnya.

"Bagus, Sweety." Chanyeol mencium leherku. "Sekarang tahan, aku tahu ini menyakitkan,"

Aku tak mengerti ucapannya. Kurasakan miliknya berada di depan anusku. Tunggu, penis Chanyeol terlalu besar. Tak akan muat di dalam.

"Andwe, Oppa. Kumohon," aku menjauhkan pinggulku dari tubuh Chanyeol.

Chanyeol menahan pinggulku, lalu kepala penisnya mulai masuk ke dalam anusku. Sial, sakit sekali.

"Tahan, Sweety. Kau mau aku memaafkanmu, bukan?" tanyanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku, "kalau begitu akan kupercepat."

Miliknya masuk dalam sekali hentak ke dalam anusku. Sakit sekali, Tuhan!

"Akhhhh..."

Bahkan ketika Chanyeol merenggut keperawanku, sakitnya tak seperti ini. Aku hanya bisa menangis sembari berdoa agar hukuman Chanyeol cepat selesai.

Tiga tusukan Chanyeol berakhir saat benihnya keluar mengisi bokongku. Sial, sakit sekali. Aku tak akan mau jika lubang belakangku diisi lagi.

Aku terjatuh saat Chanyeol mengeluarkan miliknya dari tubuhku. Lututku menghantam lantai kamar mandi. Sakit bertubi-tubi membuatku menangis deras. Isakanku semakin kencang.

Kulihat Chanyeol kembali dengan handuk di tangannya. Dia sudah memakai handuk yang menutupi pinggang sampai lututnya. Aku dipaksa berdiri, memakai handuk menutupi buah dada sampai pahaku. Lalu Chanyeol kembali menggendongku.

Dia meletakkanku di ranjang, mengusap setiap inchi tubuhku dengan lembut.

"Aw," ringisku saat permukaan handuk itu menyentuh lukaku.

"Aku akan suruh Bibi Song mengobatinya. Kau tunggu di sini,"

Chanyeol segera memakai baju dan celana levisnya. Lalu kakinya dengan gencar menekan tombol dekat pintu yang menghubungkan langsung dengan kamar Bibi Song.

Tak membutuhkan waktu lama, Bibi Song datang dan membawakanku obat. Iya, semua obat yang kubutuhkan termasuk obat anti hamil yang selalu ku komsumsi.

Aku menatap samar Chanyeol yang sedang memperhatikan Bibi Song mengoleskan salep ke bokongku. Aku meremat baju Bibi Song karena sakit.

"Tahan sedikit, Non." ucap Bibi Song menenangkanku.

Aku melirik lagi ke arah Chanyeol dengan air mata berlinang di pipi. Chanyeol tak pernah memperhatikan Bibi Song saat mengobatiku seperti ini. Biasanya dia langsung meninggalkanku setelah menyakitiku.

"Sudah selesai. Kita pakai baju, ya." Bibi Song mengelus rambutku dengan penuh kasih sayang. Lalu membantuku memakai dalaman, tak lupa baju tidurku.

"Bibi sudah siapkan makan malam. Tuan mau makan di ruang makan atau di kamar?" tanya Bibi Song pada Chanyeol.

"Kamar saja, kupikir Hyuna susah berjalan. Aku malas menggendongnya turun ke bawah."

Hei, aku tak bisa berjalan karenamu juga brengsek.

Tapi tunggu. Ada yang aneh.

Chanyeol tak pernah memperdulikanku. Dia akan meninggalkanku dan memilih makan malam sendiri atau bersama teman-temannya.

Tapi sekarang dia rela makan di kamar demi aku.

Ayolah Hyuna, kau tidak seistimewa itu.

[...]

maaf br update, aku abis ribut sm mas crush guys. trs skrg kita milih pisah hehe. aku bakalan sering2 update untuk kalian, semoga suka!

 aku bakalan sering2 update untuk kalian, semoga suka!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oiya, aku mau kasih tau itu. skrg dua peterpan kita uda jd kopral huhu, nangis aku bacanya😭

Love Pain - PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang