28. I Can't Trust Anyone Now

63 4 4
                                    

*SEBELUM BACA UTAMAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU!! Dan jangan lupa buat nyalain lagunya ya 👆👆*

Selamat membaca..

"Truth nya lu harus ceritain awal mula lu deketin si Alex?" Langkah kaki Alex berhenti ketika namanya disebut oleh salah satu teman Dimas.

Tanpa Alex sadari ia langsung bersembunyi untuk mendengarkan penjelasan Dimas. Senyumannya mengembang mengharapkan jawaban dari Dimas.

Namun ketika Dimas menjelaskan, "Jadi-" Dimas menarik nafas.

"Jadi pertama-tama gua deketin dia tuh karna taruhan dari temen gua" Dimas mengucapkannya dengan 1 tarikkan nafas. Rasanya seperti ada guntur yang menghantam hati Alex. Jantung sepertinya sempat terhenti untuk sementara. Mata hitamnya mulai berkaca-kaca.

"gua gak suka sama dia," lanjut Dimas menjelaskan ke teman-temannya.

"Taruhan itu- dikasih sama Kinan."

Air mata sudah tidak bisa terbendung lagi. Butiran butiran air mata itu terus mengalir membasahi pipinya. Tangannya terkulai lemas, piring yang ia pegang jatuh begitu saja. Hawa dingin seakan merasuki tubuh nya menjadi semakin dingin. Dengan tubuh gemetar Alex berlari menjauh dari sana, nafasnya yang memburu terdengar oleh Dimas. Dia dapat melihat ada perempuan yang berlari dari sana, yaitu pacarnya.

Membuat Dimas menyadari bahwa Alex mungkin dengar perkataannya. "Rara!" teriak Dimas langsung berlari berharap menemukan Alex yang kini sudah hilang entah kemana.

Sedangkan Alex terus berlari dan dia sendiri tidak tahu kapan akan berhenti. Nafasnya sudah tersenggal, entah sekarang dia ada dimana. Hanya ada pohon pohon disini dan matahari sudah terbenam, hari sudah mulai gelap.

Sampai akhirnya kaki lelah untuk berlari, Alex terjatuh ditempatnya, memeluk lututnya dengan erat, walau telapak tangannya terluka saat terjatuh menatan tubuhnya sendiri. Air matan tidak berhenti mengalir, derasnya hujanpun menemani sendirinya.

Alex menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya gemetar, nafasnya sesak, jantungnya sakit bukan main. Apakah ini rasanya patah hati? Saat pertama kalinya dia membuka hati untuk seseorang dan sekarang perasaannya hancur sehancur-hancurnya. Bukan hanya karna pacarnya tapi juga sahabatnya.

Karna kini tidak ada lagi yang dapat ia percaya.

Mengapa harus Kinan? Mengapa Kinan tega? Sejak kapan ini mulai berlangsung? Pertanyaan demi pertanyaan yang menyakitkan terus berputar di otaknya.

Kenapa dia sampai sebodoh ini, menerima seseorang, dan mempercayainya sepenuh hati. Mengapa diri menjadi begitu lemah. Perasaan sakitnya begitu bertubi-tubi melukai hatinya.

"Apakah perlu Alasan untuk menyukai seseorang, terutama untuk menyukai kamu."

Alex tertawa dalam tangisnya, mengingat ucapan Dimas saat itu. "bullshit !" teriak Alex ditengah derasnya hujan.

Alex tetap bertahan di tempatnya sampai air matanya berhenti, hujan pun berhenti saat itu juga, sepertinya hujan mengerti perasaannya. Air mata itu seolah sudah habis, tapi tidak untuk perasaannya yang hancur dan tidak bisa di perbaiki lagi.

Alex melihat sekelilingnya, hanya pepohonan. Dengan lemas Alex berjalan mencari jalan di tengah gelapnya malam. Akhirnya dia menemukan sungai yang menunjukan jalan untuk kembali ke area kemahnya, dia pun menyusuri sungai itu sambil mengikuti arah datangnya cahaya.

Dia tidak tahu sekarang jam berapa dan dia tidak peduli apakah ada yang mencari dia. Rasanya dia tidak peduli lagi dengan semuanya.

Dengan sedikit menanjak dia dapat sampai di lokasi tenda teman temannya, tapi sepertinya Alex merasa dirinya belum kuat untuk bertemu Kinan mau pun Dimas.

Alex memutuskan hanya duduk di pinggir sungai. Gemercik air sungai dan suara jangkrik menemani malamnya yang sepi. Kini bajunya yang tadi basah terkena air hujan sudah mengering, hawa dingin menyelimuti dirinya.

Tapi tiba-tiba suhu tubuh hangat disampingnya mengalihkan perhatiannya.

"Ngapain disini malem-malem?" suaranya hangat bertanya kepada Alex.

Alex tidak memperdulikannya dan mengalihkan matanya ke arah lain.

Lagi-lagi Fahri kembali bertanya. "Ada apa?" tanyanya halus. Fahri berusaha melihat wajah Alex dan dia menemukan mata Alex yang bengkak akibat menangis tadi.

"Lu abis nangis ya?" tanyanya sekali lagi.

Alex tidak menjawab pertanyaan Fahri, malah memberinya pertanyaan. "lo ngapain disini?" tatapnya sinis.

"Nemenin lu, hehe"

"gue gak butuh."

"Tapi gua butuh." ucap Fahri dengan semangat.

Alex sangat tidak ingin bercanda kali ini. Lelah rasanya. Untuk apa Fahri ada disini? bukannya anak anak harus sudah tidur saat ini?

"gue lagi gak mau bercanda atau berantem sama lu, Ri. gua cape!" jelas Alex.

Fahri menghembuskan nafas, "ya karna itu gua ada lex. Saat lu cape, gua siap nemenin lu"

Alex mendengus kasar. "ngomong apaan sih lu."

"Lex-" Fahri melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke bahu Alex. "gua gak tau apa masalah lu sampe lu ngilang gitu aja tadi. Tapi untuk sekarang biarin gua nemenin lu, ok?"

Alex tidak menjawab apa apa. Dia memeluk jaket yang dipakaikan Fahri dan memendam wajahnya di atas lututnya. "Ri, gimana perasaan lu kalo lu percaya sama orang yang salah?" wajahnya masih menunduk.

Beberapa saat tidak ada jawaban dari Fahri. Alex merasa bodoh bertanya hal itu kepada Fahri.

"Sakit." Bisik Fahri.

Alex langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Fahri.

"Menyesal, karna telah percaya ke orang yang salah" sambungnya sambil menatap mata Alex. "Mungkin sesaat gua bakal berharap bisa mengulang waktu, biar gua gak percaya atau malah gak bertemu sama orang itu." Nada suaranya sangat dalam.

Fahri menghela nafas. Dia tersenyum tipis. Mencoba mengendalikan suasana yang amat suram ini. "Tapi gua tau kita gak bakal bisa mengubah keadaan. So, gua akan jadiin kekecewaan itu sebagai pembelajaran untuk kedepannya"

Alex meringis menahan tangisnya.

Tangan Fahri terkulur menepuk pelan bahu yang sangat rapuh itu. Mencoba membiarkan rasa sakit yang dirasakan Alex meresap ke dirinya walau dia tahu itu tidak bisa, tetap hanya Alex yang merasakan rasa sakit dihatinya.

Butiran kristal yang menggenang di pelupuk mata hitam itu akhirnya mengalir juga. Alex lelah untuk menangis tapi tetap saja butiran itu jatuh ke pipinya.

Perlahan dia membiarkan tubuh kecilnya jatuh ke bahu Fahri dan memendamkan kepalanya didada bidang cowo itu. Meluapkan semua keluh kesahnya dalam tangisan- dalam pelukan Fahri

Dengan erat Fahri memeluk Alex. Batinnya pun berbicara,

I have known it all this time,
Never ever thought I'd see it break.

^AN^

Taylor swift- Haunted.

Semoga kalian suka part ini dan backsound nya yaa

Fyi, lagu ini tuh sebenernya udah gw incer dari dulu buat momen ini. karena menurut gw lagu haunted ini tuh PAS banget. semoga aja kalian sependapat sama gw.

Dan kalo menurut kalian ada lagu yang lebih cocok lagi, Komen yaaa!

Barang kali bakal gw pasang buat part-part selanjutnya, OK?

JANGAN LUPA VOTE,COMMENT & SHARE^^ !!!!

See you guys in next part...

Trust you [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang