Jangan lupa pencet logo binatang ya!!
Fahri menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal. Dia bingung mau berbuat apa, yang jelas dia kesal melihat sikap Dimas yang menjauhi Alex. Jika di mengikuti egonya sendiri jelas Fahri membenarkan sikap Dimas.
Tapi Fahri berusaha memasuki fikiran dan hati Alex, pasti sakit rasa jika Dimas malah memilih menjauh dari pada mengakui semua dan minta maaf.
"Gimana kabar lu?"
Alex mengernyit menatap Fahri.
Dari manik mata Fahri, dia mulai mengerti apa yang di maksud lelaki yang didepannya itu. "Gue baik-baik aja kok" tegas Alex.
"Emang seharusnya gue harus gimana? Soalnya kabar gue saaaangat baik!" ucap Alex dengan suara lebih nyaring lagi bermaksud menyinggung seseorang.
Tepat sasaran. Kedua orang itu menyadarinya.
Derit kursi terdengar. Alex dan Fahri menajamkan telinga mereka dan sama sama berusaha mencuri pandang untuk melirik ke ujung sana.
Kinan melangkahkan kakinya ke depan Dimas dan duduk di meja tepat di depan Dimas. Senyum mengembang dari ke dua orang itu, mereka saling bertatap sama lain. Dengan intens.
Apa maksudnya itu?
Membuat Alex cemburu? Apakah mereka ingin Alex menghampiri mereka dan marah marah? Tentu itu tidak akan terjadi. Alex masih bertahan dalam posisinya.
"Dimas.. hari ini jadi?" Tanya Kinan dengan nada yang sangat lembut dan sedikit desah dari mulutnya.
"Ha?"
"Itu lohh kata lu pengen nonton film yang kemarin baru tayang"
Dimas mengangguk paham. "Oiya, mau aja yang lain atau berdua aja? Gua sih mau berdua."
Deg.
Kepala Alex tiba tiba terasa pening.
"Ya udah kita berdua aja" ucap Kinan lantang.
BRAK!
Fahri tiba tiba saja menggebrak meja. Semua mata langsung tertuju kepadanya. Lalu ia berdiri melihat sekeliling.
"Kenapa?" tanyanya dengan polos. "Pada kaget ya?""Ri! Paan sih!" tegur Alex
Kinan,dan Dimas masih diam melihat Fahri. "Gua iseng doang" lanjutnya tanpa merasa bersalah. Kemudian dia menarik tangan Alex dan membawanya menuju ke luar kelas. Awalnya Alex masih diam dibawa oleh Fahri.
Setelah cukup jauh dari ruang kelas Alex dengan paksa melepas pergelangan tangannya. "Berhenti!"
Fahri menghentikan langkahnya dan menatap Alex dengan diam.
"Gue.."
"Gue gak mau lari lagi ri.." ucapnya dengan lirih. Tangannya terkepal kuat menahan semua perasaannya. Matanya berusaha tajam dan tegar menatap Fahri, dan fahri tahu itu.
Fahri mengangguk paham.
"Terus kenapa lu bawa gue keluar dari kelas?!" Alex meninggikan suaranya satu oktaf.
Fahri masih diam sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. "JAWAB RI!" Sergah Alex.
Kakinya melangkah untuk lebih mendekatkan dirinya ke Alex. Tangannya terkulur menyentuh bahu rapuh Alex, menepuknya dengan lembut. Sesungguhnya saat ingin rasanya dia memeluk perempuan yang ada di depannya, tapi Fahri tahu batas yang di buat Alex sampai dimana.
"Gua tau, berat rasanya buat lu ada disana" ucapnya dengan lembut.Alex menunduk diam.
"Gimana kalau kita tunggu di atap sekolah sampai bel masuk?" Ajak Fahri.
Alex mengiyakan ajak kan Fahri. Mereka berjalan menuju atap sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust you [Selesai]
Teen Fiction[Selesai] . {Mencoba Revisi} . Kepercayaan adalah salah satu yang terpenting dari kehidupan. Maka dari itu, Percaya pada seseorang adalah hal yang terpenting dalam hubungan. Entah hubungan keluarga, teman,sahabat, ataupun pacar. Dan ini adalah pilih...