34. Kecewa

88 3 0
                                    

Di atas motor yang terus melaju kedua orang itu membungkam mulutnya sejak keduanya menaiki motor. Saat di parkiran sekolah Alex setuju diantar pulang oleh Fahri saat fahri menyodorkan helm padanya. Tadinya Fahri berniat mengajak Alex ke tempat yang mungkin akan memperbaiki moodnya tapi tepat pada saat memangsang helmnya dengan jelas dia mengatakan dia ingin pulang.

Bagaimanapun menurut Alex, walau moodnya benar benar kacau sekalipun rumah adalah tempat pulang bagi tubuhnya ataupun hatinya, begitu pikirnya.

Akhirnya motor itu sampai tepat di depan rumah Alex.

Alex turun dari motor Fahri, saat sedang membuka helm nya ia baru menyadari dihalaman rumah ya terdapat mobil BMW X6 berwarna coklat terparkir disana, yang tak lain adalah mobil milik papanya. Alex kembali menurunkan helmnya. Kemudian dia melirik Fahri.

Fahri hanya tersenyum simpul sambil menaikkan kedua alisnya. Alex hanya mengangguk dan meyakinkan dirinya, karena dia yakin dirinya kuat untuk menghadap papanya yang sudah membuat sangat kecewa.

"Nih, thanks banget ya ri" ucap Alex sambil menyodorkan helm.

"kalo gitu gua masuk dulu." Fahri mengangguk kecil.

Alex mulai melangkah memasuki rumahnya. Pertama kali baginya melangkah memasuki rumahnya sendiri terasa sangat berat dan membuat jantungnya berdegup kencang.

Baru sampai diambang pintu alex dapat mendengar dua orang tengah bertengkar didalam rumah. "KAMU GAK MIKIR DAMPAK NYA BAGI ANAK KAMU SENDIRI?!"

"UDAH LAH KAMU DIAM AJA!! INI UDAH JADI PILIHAN SAYA"

"Kok kamu tega sih sama aku ? SAMA ALEX?"

"BERISIK!!"

Keduanya benar benar berteriak teriak di dalam sana. Cukup sudah! Alex akan masuk sekrang dan lihat apa yang terjadi jika mereka tahu sejak tadi Alex mendengar pertengkaran mereka.

"assalammualaikum." ucap Alex.

Kedua tampak terkejut, terutama Yuda. "Alex sejak kapan kamu disini?" tanya Yuda.

"Dari tadi." jawabnya singkat tapi manik tajam menatap mata papahnya.

"kamu,dengar-" ucap Valina dengan hati hati tapi kalimatnya terhenti saat Alex sudah menjawabnya. "ya" tegas Alex.

"Alex udah tau semuanya. Papa gak usah bohong lagi, Mama gak usah nyembunyiin dari Alex!" Matanya tajam menatap kedua orang tuanya.

Alex menarik nafas dalam menahan amarahnya yang mungkin akan meledak "Apa kalian tau Alex tau tentang semua ini dari siapa? Kinan!" Lanjutnya

Yuda tampak tersentak saat itu. "Kinan tahu?"

Alex benar benar merasa heran, Papahnya masih mempertanyakan itu, bukannya meminta maaf dengannya atau memberi penjelasan kepada Alex. Ternyata selama ini dia sangat salah besar menilai ayahnya. Sungguh ini lebih sakit dari saat dia mengetahui tentang Dimas. Benar benar sunggu menyesakkan.

"Pah" panggil Alex.

"Kenapa papa tega sama Alex, ngehancurin persahabatan Alex sama Kinan, ngehancurin keluarga ini?"

Yuda hanya diam, disebelahnya Valina sudah menutup wajahnya yang basah karena air mata.

"Pah jawab!!" desak Alex.

Yuda menoleh kearah lain, dia tidak sanggup menatap mata anaknya karna rasa bersalah yang melingkupi dirinya saat ini. "Maafin papa." kata pertama yang akhirnya terucap juga dari mulutnya.

"Maaf, Papah gak bisa tahan perasaan papah saat Andini jadi rekan kerja papah. Semua terjadi begitu aja lex"

Alex menggelengkan kepalanya terheran akan sikap papahnya. "apa kalian gak mikirin perasaan anak kalian?" tegas Alex.

Tapi Yuda malah membalas dengan nada tinggi, "ya kami pikirin!"

"Kalau mikir kenapa gak berusaha buat berhenti! kalau emang cuman buat ngecewain dan ngehancurin Alex sama Kinan!" Alex membalasnya dengan nada yang tak kalah tinggi.

Keduanya terdiam. Alex memegang dadanya yang sakit, "Alex kecewa sama Papah." ucapnya dengan lirih. Kemudian dia langsung pergi dari ruang tamu menuju kamarnnya, mengunci pintu kamar rapat rapat agar tidak ada ya masuk.

Dalam kamar Alex meluapkan segalanya, amarahnya, sedihnya, kecewanya. Alex menumpahnya kembali air mata yang dari tadi ia tahan. Alex menuju kasur dan melembarkan bantal gulingnya, kemudian dia menuju meja riasnya mengacak ngacak semua yang ada disana, dirinya juga  melemparkan semua pajangan yang ada di dinding kamarnya. Pecahan dari kaca bingkai foto berhamburan dimana mana.

Kamarnya yang tadinya sangat tertata dengan rapi dan inda kini bagaikan ruangan buangan, hancur semua sama seperti dirinya saat ini.

Semua itu datang begitu tiba tiba dan terus menerus tiada henti. Pertama Dimas, lalu Kinan, dan sekarang Ayahnya sendiri. Mereka semua orang orang yang sangat Alex sayangi tapi mengapa mereka semua mematahkan rasa percayanya. Lalu selanjutnya ini siapa lagi yang akan mengecewakannya dan apa lagi alasannya.

Alex terdiam menghentikan aktivitasnya menghancurkan kamarnya. Dia menatap sekeliling yang sudah hancur berantakan, namun ternyata menghancurkan barang tidak membuat hatinya sedikitpun membaik. Alex berjalan ke arah jendela kamar. Mobil ayahnya itu sudah tidak ada. 

Kemudian dia menatap langit yang sudah mulai gelap, "gua kira rumah tempat yang paling nyaman" ucapnya pada angin. Dia menadahkan kepalanya dengan kedua tangan nya di atas meja belajar sambil terus menatap lembayung langit.

^AN^
Aduhh aku gak tau deh dapet gak feel nya di part ini.
Oiya ada gak yang dari kalian saking kesalnya sampe ngerusak kamarnya sendiri? Kalo ada, kalian hebat :v

Kalian juga bisa liat di youtube Breakdown - tiffany alvord
Karna ya hampir seperti itu alex ngancurin kamarnya

Maaf banget ya masih banyak typo dan
Semoga masih betah baca cerita ini :)

JANGAN LUPA VOTE,COMMENT & SHARE^^ !!!!

See you guys in next part...

Trust you [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang