32. Came For Truth

60 3 0
                                    

Alex memasuki kamar yang paling luas dirumahnya yaitu, kamar orang tua nya.

Sebenarnya bukan maksud Alex menggeledah kamar orang tuanya, tapi itulah yang dilakukannya saat ini. Mengacak barang barang di lemari, laci meja, sampai bawah tempat tidur untuk mencari amplop coklat yang sempat membuat mamanya sedih hingga menangis.

Sudah 10 menit lebih Alex menggeledah kamar itu, tapi yang dia cari tidak kunjung dia temukan. Seingat dia, mamanya menyelipkan amplop itu di kolong tempat tidur. Tapi sepertinya sudah dipindahkan.

Harus mencari dimana lagi. Apa jangan jangan ada diluar kamar?

"Aduh mahh, di taro mana sih sama mama" gumam Alex.

Otaknya terus berfikir, tempat mana yang belum ia cari. Lemari baju? Sudah, Laci meja rias? Sudah. Kolong tempat tidur? Sudah. Pencarian amplon coklat membuat tempat tidur kamar itu jadi berantakan.

Akhirnya Alex memutuskan membereskan kembali tempat tidur itu. Saat dirinya mengangkat kasur, terlihat amplop berwarna coklat disana! Gotcha!

Alex langsung dengan cepat mengambil amplop itu dan membereskan seprai tempat tidur. Setelah itu Alex mengambil amplop coklat itu dan segera menuju kamarnya.

"Nah jadi apa yang buat mama di sedih" gumam Alex sendiri.

Perlahan dia buka kaitan yang mengunci amplop itu. Didalam amplop terlihat kertas foto berwarna putih, saat Alex mengambil kertas itu kedua manik matanya menangkap sebuah foto yang tidak jelas.

Foto itu sepertinya diambil dari sebuah cctv yang menunjukan dua orang yang sedang berjalan. Alex tidak tahu pasti itu foto 2 orang pria atau 1 orang wanita dan satunya pria. Karena salah satu dari 2 orang itu memakai topi.

Alex kembali mengecek ada apa saja dalam amplop itu. Ternyata tidak alex termukan apapun lagi selain foto dan tanda check in sebuah hotel yang disana tertera nama yang tidak asing baginya, Andini Harisa Sanjaya.

.....

"Gua gak suka kalo caranya kaya gini!"

Kinan menghembuskan nafas, "Ck, Dim! lu sendiri yang bilang pengen ngetes Alex"

Dimas mengacak ngacak rambutnya sendiri. "Tapi disini kan gua yang salah nan"

"Hisss!!" Dimas kesal dengan Kinan. Dia juga kesal dengan dirinya sendiri. Dia kesal mengapa dahulu dia menyetujui taruhan itu demi penyataan cintanya di terima oleh Kinan. Tapi kini dia benar-benar berpindah haluan menjadi mencintai Alex.

Dia kesal mengapa dia memilih berpura-pura pacaran dengan Kinan setelah Alex memutuskannya. Karena itu malah mempersuram keadaan. Dimas menyadari betapa bodoh nya dia. Apalagi saat menyadari ada yang mencoba mengambil perannya untuk berada di samping Alex, yaitu Fahri.

"Ya udah, sekarang lu maunya gimana?" Ucap Kinan santai.

"Gua juga gak tau!!" Menendang kursi didekatnya.

"Heh kutu kupret!"

"Lu boleh kesel, tapi jangan ngerusakin kursi rumah gue doang!" Tegur Kinan. Dimas membalas dengan mendengus kesal.

"Gua-gua gak punya nyali buat ngejelasin. Saat di depan Alex gua pengen ngasih penjelasan kalau perasaan gua sama dia itu gak main main, gak termasuk dalam taruhan itu." Jelas Dimas.

"Tapi saat gua natap matanya, denger suaranya yang berusaha baik baik aja. Seketika mulut gua kaku, suara gua gak bisa keluar."

Selesai dengan kalimatnya Dimas menyadari sesuatu. Matanya beralih menatap mata Kinan.

Trust you [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang