33. The Truth

71 3 0
                                    

"Bokap." Ucap Kinan.

"Ha?"

Nafas Kinan mulai memburu. "Semua karna Bokap lu lex !!"

"Maksud lo apasih Nan?"

Suara mereka mulai meninggi, menarik perhatian Dimas yang didekat lapangan. Dia pun menghampiri kedua perempuan itu.

Tiba tiba saja Kinan tertawa sangat kencang, "Ok. Kalau gitu jangan mulai dari bagian situ" ucap Kinan ke dirinya sendiri.

"Jadi Alex lo pasti inget Garda kan?"

Alex menundukan kepalanya, dia mengerti maksud Kinan tentang kejadian saat itu. Tapi apakah karna hari itu kinan sampai membuat dirinya sebagai bahan taruhan?  "ya-"

"Nah bagus kalau gitu !" seru Kinan. 

"Nan, ada apa sih?" tanya Dimas yang masuk ke dalam luang lingkup Kinan dan Alex. Kinan mengangkat sebelah alis nya begitu melihat Dimas menanggapi hal ini. Bagus, jika Dimas ada disini. Dia akan mendengar semua kebenaran yang Kinan sembunyikan.

Tatapannya kembali melihat Alex, Ada sesosok bayangan yang tak jauh di belakang Alex. Ternyata itu adalah Fahri. Nyatanya sejak tadi Fahri tidak langsung beranjak pulang, karena berencana mengantar Alex pulang hari ini. Tapi saat sedang menunggu di parkiran dirinya mendengar suara Alex dan Kinan dengan nada tinggi. Maka dari itu disini lah dirinya berada.

Kinan mengangguk dan menatap Fahri dengan tatapan yang mengancam. "Lo tau kan lex, kalo Garda itu adalah orang yang pertama kalinya gua suka. Orang yang pertama kalinya buat gua bener bener jatuh cinta, Cinta pertama gua lex!!" Alex dan Dimas masih terdiam mendengar omongan Kinan.

"Tapi..Dia sukanya sama lo. Diam diam lo deketin dia dengan alasan sebagai makcomlang gue? sadis ya lo" lanjut Kinan. Alex menatap Kinan tidak percaya, Jadi hanya karna lelaki dan cinta persahabatannya hancur, serendah itukah persahabatannya dengan Kinan?

Alex kecewa. "Nan, gue tau itu cinta pertama lu dan gue gak suka sama dia, apalagi ngedeketin dia. Jadi karna ini persahabatan kita hancur? Serendah itu? karna masalah cowo persahabatan kita di pertaruhkan. sampai lu jadiin gue bahan taruhan."

"dan lo, ngehianatin kepercayaan gue nan.." ucapnya lirih. Dimatanya kristal kristal air mata mulai menghalangi penglihatannya.

Begitu juga dengan Kinan, air matanya satu per satu mulai menetes membasahi pipinya. Tapi dirinya tidak terima dengan pernyataan Alex. Rasa sakitnya jauh lebih dalam dari itu,lebih dari kehilangan cinta pertama, lebih dalam sampai tega membuat Alex merasakan rasa sakit apa yang dia rasakan.

Alis nya bertautan menunjukan perasaan marah dalam dirinya, Kinan menggelangkan kepalanya "gua belum selesai ngomong!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Setelah hari itu gue terus minta ke orang tua gue untuk pindah sekolah, pindah rumah, yang jauh dari lu." Kinan menarik nafas dalam dalam menahan air matanya untuk berhenti menetes. Memberi jeda kepada dirinya sendiri.

"Dan.. di saat saat itu gua sering dirumah sendiri, ayah kerja, sedangkan bunda gua sering pergi pergi dari rumah."

Sekilas matanya melirik Dimas, lalu kembali menatap Alex. "Gua berfikir pasti bunda lagi nyari sekolah dan rumah baru buat gua." Tangannya terkepal sangat kuat menahan rasa sakit yang ada di dadanya.

"Setelah itu gua homeschooling, karna itu gua lebih banyak ngehabisin waktu dirumah. Tapi bunda selalu sibuk dikamarnya atau pun pergi keluar, gua benar benar ngerasa sendirian." Kinan mengangat tangannya didepan dadanya dan menggenggam tangannya sendiri. Manik mata coklat Kinan menatap Alex dengan sayu.

Tangan Alex kembali terkulur ingin menggenggam tangan Kinan, tapi untuk yang kedua kalinya Kinan menolaknya. Matanya menjadi tajam menatap mata Alex. "Setelah gua masuk SMA, gua dan ayah gua semakin jauh dengan bunda."

Trust you [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang