35. Chamomile

72 2 0
                                    

Aku ingin pergi.

Aku ingin kabur.

Apa aku pergi untuk sementara dulu, pergi dari orang orang yang mematahkan rasa percaya yang sudah ku bangun sejak lama. Itu lah yang Alex pikirkan saat ini. tapi ia secepatnya menggelang kepala menghilangkan rencana kabur dari rumah. Untuk saat ini dia harus menemani ibunya. Karna dari semua kekacauan ini ibunya juga merasakan perasaan hancur yang sama dengan dirinya.

Alex berusaha merengkangkan otot ototnya merelex kan dirinya, kemudian dia menuju kamar mandi untuk membasuh muka. "huh my eyes" gumamnya melihat cerminan matanya yang bengkak nan lingkaran hitam di sekitarnya.

"Mah.." panggil Alex sambil menuruni tangga menuju kamar mamanya.

Belum ada jawaban juga. Ketukan pintu kamar juga tidak di jawab. "mama" panggilnya lagi.

Akhirnya Alex memutar tuas pintu. Tidak ada siapa siapa di kamar. tapi ada secarik kertas di bantal.

"Alex sayang, mama ada urusan mungkin bakalan pulang malam banget. Jadi gak usah tungguin mama pulang. Buat makan malam kamu order aja ya. Oiya alex harus ingat mama sayang banget sama Alex :)"

Alex hanya menghela nafas. Dirinya sama dengan ibunya, saat tadi dia sempat memikirkan untuk pergi dari rumah sementara agar mempunyai waktu sendiri ternyata ibunya lebih dulu pergi.

Pada akhirnya Alex juga memutuskan untuk pergi dari rumah sementara. Langit sudah gelap, rencananya dia akan pergi ke cafe yang jauh dari rumahnya agar dapat menenangkan diri saat di perjalanan. Alex memilih untuk menggunakan angkutan kota, walaupun ramai dan berdesakkan itulah yang sebenarnya Alex inginkan. Dia ingin melupakan sejenak masalah yang terus ada di pikirannya.

Dirinya memilih bangku dengan jendela kaca yang terbuka. Jalanan di kota juga cukup ramai, lampu lampu yang menerangi jalan membuat cukup indah menurut Alex. Semilir angin dingin juga menemani dan menenangkan Alex yang dengan sengaja membiarkan angin itu menyapu halus wajahnya. Diam diam Alex memerhatikan beberapa wajah yang dalam angkutan kota. Ada yang terlihat lelah fisik, ada juga yang terlihat sangat bahagia sambil memerhatikan ponsel yang di gegamannya, dan ada juga yang terlihat sangat letih, sepertinya orang itu sedang banyak pikiran batin Alex.

Sampai di sebuah pertigaan jalan alex turun, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Cafe yang akan di kunjunginya cukup unik sebenarnya, cafe itu berada di sebuah bukit kecil, pemandangan indah kota lah yang di dapatkan di sana. Tidak masalah baginya jika berjalan cukup jauh untuk menikmati pemandangan malam kota.

Sunggu tenang malam ini begitu pula perasanya yang membaik "Akhirnya" gumam Alex sambil menghembuskan nafas pelan sambil memejamkan mata sebentar. Tapi tiba tiba ada suara memanggilnya, "Lex?"

Alex menoleh, melihat seseorang dengan sebuah motor yang terpakir tepat di bawah lampu jalan. Alex menyipitkan matanya mencoba mencari tahu siapa yang memanggilnya. "Fahri?" Seseorang itu berjalan menuju Alex.

"Lu ngapain jalan sendirian di jalanan sepi kaya gini?" tanya Fahri heran. matanya menuju jalanan yang tadi alex lewati.

"Umm, lu sendiri ngapain ada disini?" tanyanya balik. Sebenarnya Alex memang tidak ingin untuk menjawab pertanyaan Fahri.

"oh, tadi gua abis dia suruh beli sesuatu di apotik sama kakak gua terus gua pengin mampir ke sini  buat ngopi sebentar."

"ohh" jawab Alex singkat menatap ke bawah. Kalau Fahri ke cafe itu berarti dirinya akan bersama Fahri, kalau tidak jadi ke sana rasanya sayang karna sudah sejauh ini, tapi apa Fahri mau kalau nanti nya bakal jadi canggung. Tapi kalau duduk terpisah malah jadi gak enak, nantinya juga dirinya akan duduk sendiri disana. Alex kembali menatap Fahri, nyatanya sejak tadi Fahri menaikkan alisnya terdiam menunggu jawaban dari Alex.

Trust you [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang