bag. 32 (3)

1K 52 1
                                    

Perlahan Alyssa menengok dan menatap kebelakang. Dan....


?????



"ALEN?????" Kata Alyssa dalam hati dengan ekspresi wajah terkejut dan air mata yang semakin deras mengalir sambil menatap tak percaya seorang pria berkacamata yang menghadap kearahnya dan menatap dirinya dengan mata memerah dan tatapan penuh arti. Terlihat pria berkacamata dengan jas  putih itu sedang dipeluk oleh pria brewok yang sedari tadi bicara dengan Alyssa. Ekspresi pria berkacamata itu terlihat datar namun misterius dengan mata  yang terus menatap sendu Alyssa tanpa berkedip.



Hening............


Sekarang terlihat 2 orang pria dengan setelan baju yang berbeda  sedang duduk disebelah kanan meja. Satu diantara dua pria itu memakai kacamata minus yang membuatnya semakin terlihat tampan, pintar, keren dan dewasa. Sementara pria yang satu lagi, terlihat jauh lebih dewasa dengan brewok yang lumayan tebal didagu serta kumis hitamnya.



Disebelah kanan meja, duduk dua wanita dengan model dan warna baju serta jilbab yang sama yakni berwarna hitam. Salah satu dari wanita itu mengenakan kacamata dan memangku seorang gadis kecil berusia 4 tahun. Satunya lagi tak memalai kacamata dan tak memangku apapun. Keduanya hanya menatap kosong kearah meja didepan meraka  yang penuh akan makanan ringan kesukaan sikecil Syifa.



Tak ada suara yang keluar dari mulut 4 orang dewasa yang sebenarnya saling berhubungan satu sama lain itu. Mereka hanya menatap kosong saru sama lain dengan fikiran yang hanyut akan ingatan masa lalu yang menyakitkan.



"Abah (ustadz Ahmad al-Junaedi)....  menitipkan wasiat untukmu.. (pria berkacamata itu menoleh kepria brewok yang sedang menatap datar kearah dirinya) beliau ingin kamu segera menikahi wanita yang telah menjadi alasanmu memeluk agama Islam. Dan beliau berharap secepatnya kamu datang berziarah kemakam beliau dan umi (Anissa Fitri) bersama istrimu itu." Kata pria dengan brewok itu memecah keheningan. Saat mengatakan itu, pria brewok itu menatap pria berkacamata yang tak lain adalah adiknya dan Alyssa secara bergantian, mengisyaratkan sesuatu.



Tak ada jawaban. Pria berkacamata itu hanya menatap kosong meja kotak didepannya lalu berakhir menatap wanita dengan wajah sedikit basah dan mata memerah yang sedang menatap kearahnya dengan kening yang berkerut dan alis yang menyatu serta tatapan yang terlihat masih belum percaya.



Semua kembali hening dan hanyut dalam fikiran masing-masing.


Tiba2....



"Dokter! Dokter!!" Seorang perawat berlari menghampiri meja tempat dimana ke 4 orang dewasa itu duduk diam sedari tadi.




"Dokter Ibra.. Ibrahim... dokter..iiiitu.... itu...." kata perawat muda berusia 25 tahunan itu dengan nafas yang masih memburu akibat berlari tadi.



"Ada apa sus?? Apa yang terjadi..???"  Pria berkacamata yang sedari tadi duduk dihadapan Alyssa itu seketika langsung berdiri menatap perawat muda yang terlihat panik sambil berusaha mengatur jalan nafasnya agar normal kembali.


"Dokter.. itu... pasien... pasien yang berada dikamar mawar nomer 67 itu... mendadak mengalami syok jantung dokter.. nafasnya pendek bahkan sampai pingsan dan denyut nadi melemah.." jelas perawat itu masih dengan nafas memburu dan wajah panik yang luar biasa.


Mendengar perkataan perawat itu, dr.Ibrahim terdiam dengan ekspresi wajah terkejut.



"Pergilah! Syok kardiogenik (jantung) adalah kondisi gawat darurat. Segera  bawa pasien ke ruang ICU dan cepat lakukan tindakan. Jika tidak nyawa pasien menjadi taruhannya. Pergilah ALEN!" kata pria brewok itu dengan nada ucapan yang begitu cepat.




Pria berkacamata yang tak lain adalah Alen Putra Sadewa sekaligus dr.Ibrahim al-Ghifari itu langsung berlari bersama perawat itu dan meninggalkan Alyssa, Zakiyah serta pria brewok bernama Muhammad al-Ghifari yang tak lain adalah Pandu Dewanta Sudewa, Alen meninggalkan mereka tanpa mengatakan apapun.




"Kamar Mawar nomer 67...????? " tanya Alyssa lirih sambil bola mata kesana kemari dan otak yang terus  berfikir sepertinya kamar itu tak begitu asing. Dan detik berikutnya....

"Abi.....!!!!!" Teriak Alyssa ketika sadar bahwa nama dan nomer kamar yang dimaksud perawat tadi adalah kamar ayahnya. Seketika itu Alyssa langsung berlari menyusul dr.Ibrahim alias Alen dan juga perawat itu yang belum terlalu jauh.


Melihat Alyssa panik dan berlari mengejar Alen, membuat Zakiyah dan Pandu ikut berlari dengan Syifa  yang digendong oleh Pandu. Mereka menjadi ikut panik.



Selama hampir 1 setengah jam, Alyssa, Zakiyah, dan Pandu menunggu kabar tentang ayah Alyssa. Alyssa yang sedari awal mondar mandir kesana kemari akhirnya terduduk lemas dikursi samping Zakiyah.



"Tenanglah.. percaya pada Alloh.. berdoa.. insyaAlloh semua akan baik2 saja  Alyssa.." kata Zakiyah sambil memegang tangan Alyssa mencoba menguatkan.



Alyssa melirik wajah ibu satu anak yang tak lain adalah teman dan sahabatnya itu. Lalu Alyssa mengangguk, meski dengan air mata yang masih terus menetes perlahan dari kedua matanya itu. Sementara Pandu, dia masih berdiri dengan menyandarkan punggungnya ketembok dan tangan terlipat didepan dada serta emspresi yang terlihat panik dan cemas.


Tiba2 pintu ruang ICU terbuka dan keluar seorang.......?????








Siapa hayou🤔😁

Karnamu dan Agamamu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang