57.Papa Kevin

167 13 0
                                    

"Kiara kenalin,ini Papanya Kevin." Ujar Ina saat mereka sedang makan bersama di meja makan.

Kiara tersenyum kemudian berkata. "Saya Kiara Om"

Papa Kevin-Arsen balik tersenyum. "Pacar Kevin?" Tanyanya spontan.

Wajah Kiara seketika merah merona,ia melirik sekilas ke Kevin yang duduk bersampingan dengannya,wajah Kevin datar namun tenang,Kiara meneguk salivanya gugup.

"Hmm i—"

"Iya pacar Kevin Pa" Ujar Kevin.

Senyum Arsen semakin mengembang. "Beruntung banget Kevin punya pacar kaya kamu" Kemudian Arsen tertawa tipis.

"E-emang kenapa ya Om?" Tanya Kiara gugup.

"Udah baik,cantik lagi" Ujar Arsen membuat wajah Kiara semakin memerah. "Makasih Om" Balas Kiara sambil menunduk.

Tiba-tiba Kevin berbisik. "Jangan nunduk,nanti mahkota kamu jatuh lagi"

Kiara seketika mengangkat kepalanya,kemudian mengernyit bingung. "Aku ga pake mahkota tau!" Bisiknya pada Kevin. Kevin tertawa tipis, "Mahkota kasat mata"

"Maksud kamu?"

"Kamu cantik"

Deg.

Jantung Kiara lagi-lagi meledak,Kevin memang sangat pandai menggodanya. Kini wajahnya kembali tenang,datar dan tanpa ekspresi.

"Ayo nak.. Dimakan makanannya" Ajak Ina,Kiara lantas mengangguk.

"Makan yang banyak,jangan malu-malu" Timpal Arsen.

Mata Kiara berbinar,respon keluarga Kevin sangatlah baik pada dirinya,tidak seperti bayangannya. Ternyata keluarganya sangat menerimanya dan meresponnya seperti anak mereka sendiri.

Hidup Kiara kini bahagia,memiliki Kevin merupakan salah satu hal yang mewarnai hidupnya.

***

Kiara kini sudah berada di kamarnya,ia duduk di kursi dekat meja belajar. Ia kembali mengingat kejadian saat dirumah Kevin tadi,tentang percakapan Papa Kevin dengan seseorang di telepon yang terasa sangat serius.

Kiara mengetuk-ngetuk jarinya ke meja,merasa begitu heran. Mengapa Papa Kevin seperti tidak ingin kehilangan seseorang? mengapa sepertinya orang yang berada di seberang telepon begitu sangat patuh dengan Papa Kevin?

Kiara menghela nafas berat,kemudian ia menjatuhkan kepalnya di atas meja,merasa pusing atas semua hal yang hinggap dalam pikirannya.

Astaga! seketika dia tersentak dan langsung duduk tegak,ia belum bertanya kembali tentang Amplop Putih kepada Papanya,Kiara yakin Papanya pasti sedang berada dirumah,karena ini sudah pukul lima sore,seketika senyum Kiara mengembang.

Kiara langsung menuju ke kamar Papanya,ia mengetuk pintu terlebih dahulu,namun pintu kamar juga tidak terbuka. Kiara memegang gagang pintu,kemudian menurunkannya.

Ceklek.

Pintu terbuka,Kiara menongolkan kepalanya ke dalam,matanya menjelajahi setiap sudut kamar,namun tidak ada tanda-tanda Papanya berada.

Kiara segera menutup pintu hingga suara dering telepon terdengar. Kiara membuka pintu itu kembali,mengundurkan niatnya untuk kembali ke kamarnya,ia melangkah pelan,sambil memperdalam indera pendengarannya.

Kiara menoleh ke atas nakas di samping ranjang sebelah kanan,ternyata handphone Papanya ketinggalan. Kiara semakin mendekati nakas tersebut,lalu mengambil handphonenya dan melihat ke nama penelepon.

Arsen calling...

Alis Kiara bertaut. "Ini siapa?" Gumamnya heran.

Kemudian ia menarik ikon berbentuk telepon berwarna hijau dan menggesernya ke atas. Kiara mendekatkan handphone itu ke telinganya mencoba mendengar secara seksama.

"Halo"

"Gimana? Anda sudah mendapatkan cara agar orang itu tidak mengetahui keberadaan anak saya? jangan sampai dia mencari tau tentang anak saya dan merebutnya dari saya. Baik dia ataupun orang lain"

"Halo.. Halo?"

"Kenapa kamu diam? Halo?"

Kiara menutup mulutnya tidak percaya,ternyata orang yang berteleponan dengan Papa Kevin saat dia berada dirumahnya adalah Papanya sendiri.

Ia segera mematikan sambungan telepon tadi kemudian menaruh handphonenya kembali di atas nakas, Kiara langsung berlari ke kamarnya,membanting pintu dengan kuat dan membanting dirinya ke atas kasur.

________________
Bersambung...

FLATBOY [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang