38.Rahasia

180 19 0
                                    

"Assalamualikum,Papa pulang" Johan masuk sambil membuka sepatunya,ia menatap sekeliling. "Mahh? sini Papa udah pulang" Panggilnya pada Dina.

"Iya Pa,bentarr lagi masak lauk buat makan malam!" Terdengar suara sautan dari arah dapur. Johan tersenyum singkat, "Yauda Papa aja yang kesana!" Timpalnya.

Sesaat setelah Johan samapi ke dapur,wangi makanan langsung menyeruak indra penciumannya,ia langsung mendekat pada istrinya,sambil ikut memandang ke masakan yang ada di depannya. "Wahh,enak banget masakan istriku!" Johan mulai menggombal.

Dina tertawa, "Emang selama ini ga enak?" Candanya ingin menggoda Johan,Johan gemas langsung menggelitik Dina yang merintih merasa geli. "Aduh pa,geli ahahah" Dina tertawa.

Johan mulai melepaskan,kemudian memeluk Dina, "Kiara mana Ma?" Tanyanya sambil menatap Dina. "Itu di kamar" Jawab Dina cepat. Dina tiba-tiba teringat tentang kejadian tadi siang.

"Pah,Mama mau tanya!" Kata Dina semangat. Johan melepaskan pelukannya, "Nanya apa,kayanya penting ya?" Johan tampak menautkan kedua alisnya.

"Itu,Kiara tadi nitip pesan ke Mama,Papa kasih Amplop putih sepuluh hari yang lalu katanya dari Ando itu dapet dari siapa?" Dina memandang Johan serius, Johan yang sadar tersentak. "Emm,anu amplop putih yang isinya surat ya?"

Dina mengangguk, "Iya,kata Kiara Papa yang kasih"

"Emang dari Papa,rupanya kenapa Ma?" Johan bertanya heran. "Tadi Kiara nanya,surat itu Papa dapet darimana?" Tanya Dina blak-blakan.

Johan tersentak, "Hmm.. Da..Dari Sarah Ma"

"Sarah Mamanya Ando?" Johan mengangguk. "Papa jumpa dimana?" Tanya Dina lagi,penasaran.

"Hmm dia nitip" Johan menatap lantai,menunduk.

"Pa?" Panggil Dina pelan.

"Ada yang Papa sembunyiin dari Mama dan Kiara?"

Johan menggeleng, "Ah enggak kok! Mama lanjut masak aja ya,Papa capek mau istirahat." Kemudian mencium Pipi Dina singkat,lalu langsung beranjak ke kamar.

"Papa aneh,apa mungkin ada yang di rahasiakan sama aku dan Kiara?" Gumam Dina pelan,lalu melanjutkan kegiatan memasaknya.

***

Kiara terbangun,kemudian menatap jam weker di sampingnya. Sudah pukul 02.00 pagi,ia langsung terbangun,dan beranjak duduk. Ia mengucek matanya,kemudian melihat ke jam weker itu lagi,ia membelalak kaget.

"Ya ampunnn,gue kok ketidurann sih!!" Kiara langsung turun dari ranjangnya,membuka pintu lalu langsung lari ke ruang keluarga. "Semoga Papa belum tidur,biasanya kan Papa suka begadang!" Gumamnya sambil turun ke lantai bawah.

Kiara mengernyit,lampu dibawah sudah dimatikan,televisi tidak hidup,ia melihat kanan dan kiri mana tau Papanya masih belum tidur,tapi hasilnya nihil,Kiara menghela nafas berat. "Yauda deh,besok aja,gamungkin bangunin Papa,pasti Papa capek pulang kerja" Kemudian ia naik ke atas kembali ke kasurnya.

Kiara menguap pelan,memandang langit-langit kamarnya,sambil bergumam kecil ia ingat dengan wajah Kevin. "Aku bakalan cari kebenarannya Vin,apakah kamu benar Ando atau bukan" Kemudian Kiara terpejam,tak sadarkan diri lagi,sudah kembali ke alam mimpinya.

Sedangkan di sisi lain,Kevin tak bisa tidur,bukan karena tidak mengantuk,melainkan otaknya yang berisi pikiran-pikiran tentang Luna yang membuat kepalanya sakit,semakin ia mencoba tidur,kepalanya makin terasa sakit.

Ia menggeleng,meremas kuat bedcover nya,mengingat perpisahan ia dan Luna dulu.

Flashback on:

"Lun.. Tolong jangan pergi,kamu bisa satu sekolah sama aku disini? di Jakarta." Kevin memohon,menggenggam tangan Luna.

Luna mencoba melepaskan tangan Kevin,tapi Kevin tak putus asa,mencoba menarik Luna agar tidak jadi naik taxi menuju ke bandara. Kevin memohon lagi, "Luna,aku sayang sama kamu,tolong jangan pergi. Apa yang harus aku lakuin biar kamu tetap tinggal?"

"Enggak ada Vin,aku udah nungguin waktu ini lama banget,aku juga sayang kamu,tapi kali ini aku harus kukuh dengan pilihan aku,buat kali ini aja Vin,aku mohon,tunggu aku pulang." Kevin menggeleng,tidak ingin mengiyakan permintaan Luna yang sangat menggebu ingin pergi ke Perancis,mengikuti jejak kakaknya.

"Aku tau kamu sayang sama kakak kamu,pengen ngikutin jejak dia. Tapi Lun,dia udah ga ada,dia udah meninggal"

Prakk!! Satu tamparan mendarat di pipi Kevin,Luna menatap Kevin merasa bersalah. "Maaf Vin" Katanya sambil menunduk.

Kevin mengepal tangannya kuat,benci dengan sikap kasar Luna kepadanya,ia melepaskan genggaman tangannya lalu menatap Luna sepele. "Oke,Lo boleh pergi,tapi ingat jangan anggap gue pacar lo lagi,mulai sekarang kita putus!" Ucap Kevin tegas,Luna yang mendengarnya menatap Kevin dengan mata sendu.

"Tapi Vinn... jangan putusin aku,bukan maksud aku buat nam..."

"Pergi!!"

"Vinn.. Maafinn.."

"Pergi gue bilang!!"

Luna meneteskan air matanya,kemudian meninggalkan Kevin yang masih terpaku di tempatnya,Kevin mengacak rambutnya frustasi,meninju-ninju lengannya ke udara,kemudian berteriak sekuat tenaga.

Setelah lelah berteriak,ia mengucapkan satu kata yang sebenarnya sangat malas untuk di ucapkan. "Aku sayang kamu Luna" Gumamnya pelan.

Flashback off.

Kevin mengacak rambutnya,resah dengan telepon mereka tadi siang,terbesit di hatinya rasa rindu yang selama ini ia coba buang. Kevin memukul-mukul bantal di sampingnya!

"Kenapa sih! disaat gue udah sayang Kiara,dan elo juga datang Luna!"

------------------------
Bersambung...

FLATBOY [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang