28. Please.

582 61 15
                                    

"Hanya karna aku tak ingin membuat keributan lagi dengannya bukan berarti masalah ini selesai"

"Kau tahu aku membencinya dan kau masih mendekatinya!"

"kenapa kau masih sempat berduaan dengan lelaki itu saat tahu aku ada disana dalam keadaan kacau."

"Lama-lama aku mulai berpikir kau sengaja melakukannya"

"Apa kau datang kefinal agar dapat menonton bersamanya? Atau kau memang sengaja berdua dengannya dan putus denganku?!"


Aku sudah lelah menjelaskan. Biarlah ia kalut dengan pikirannya sendiri. Karna junho yang pecemburu adalah sisi yang paling kubenci darinya dan aku tak tahu bagaimana harus menghentikannya jika sudah dalam mode cemburu parah seperti ini. Dengan kata-kata yang jelaspun ia tak akan pernah mengerti.

Untuk kali ini aku akan membiarkannya. Memberitahunya sama dengan sia-sia.

Hanya saja pikiranku sedang kacau setelah kejadian tadi.

Seseorang yang tak kukenal hendak membawaku pergi entah kemana dan itu sangat mengerikan. Aku hampir saja diculik kalau hajun sunbae tidak menolongku tadi.
Dan junho tak memikirkan itu. Junho lebih memilih memikirkan rasa cemburunya.

"Kau bahkan tak mau bicara padaku disaat seperti ini. Sebenarnya siapa yang salah sekarang?"

"Cha junho tolong berhenti. Aku sedang tak ingin bertengkar"

"Kau pikir aku mau bertengkar?"
Ucapnya dengan nada tinggi.

"Lalu apa maumu?!"
Balasku dengan nada tak kalah tinggi.
Aku lelah. Sungguh. Kalau memang harus dengan bertengkar ia mau berhenti menyalahkanku maka akan kulakukan.

"Kau ingin aku minta maaf pada kesalahan yang tak kulakukan?! Aku tak selingkuh! Hajun sunbae hanya menolongku dari orang tak kukenal yang menarikku tiba-tiba! Dia memelukku karna aku ketakutan! Aku hampir diculik dan kau masih saja dibutakan dengan cemburu! Aku tak tahan kalau kau terus seperti ini!!"

Dan kukeluarkan semua yang kutahan daritadi. Aku menangis. Junho diam.

Aku tak bisa berhenti menangis sepanjang perjalanan. Junho juga terus diam. Mungkin ia mulai menyesali apa yang ia katakan tadi. Entahlah. Suasana dalam mobil jadi tak nyaman.

Sampai didepan rumah aku segera beranjak dan junho samasekali tak menahanku. Ia melajukan mobilnya tepat saat aku memasuki gerbang rumahku. Tak ada kata maaf yang kutunggu daritadi. Ia pergi begitu saja.

Aku bahkan tak sempat menanyakan keadaan bahunya karna dari awal masuk mobil ia sudah marah-marah dan membuatku tak jadi menanyakan keadaannya. Padahal jelas sekali aku mendengar sesekali ia meringis saat menyetir tadi. Yatuhan..aku dan junho selalu tak pernah ada yang mau meruntuhkan ego terlebih dahulu jika sudah seperti ini.

---

Karna sekarang minggu, aku tak mau mandi pagi-pagi. Kepalaku masih terasa berat karna menangis semalaman. Eomma menyuruhku mencuci muka tapi aku tak mau. Aku benar-benar ingin dikasur saja seharian.

Selang beberapa menit
Eonnie menghampiriku dan berbaring disebelahku. Dia juga sedang libur ternyata.

"Matamu sembab. Pasti karna junho"

"Berisik"

Eonnie merubah posisinya jadi menghadapku.

"Coba lihat diluar ada siapa"

Aku langsung bangkit dari berbaringku. Pikiranku sudah meliar kemana-mana.

"Ada junho?"

"Lihat saja sendiri"

Dipikiranku sudah jelas bahwa diluar ada junho. Tapi ada apa? Dia mau minta maaf? Sampai datang kerumah? Itu sama sekali bukan gaya junho.

Eonnie menahanku sebelum aku keluar kamar. Ia menyisir rambutku dulu lalu mengikatnya agar rapi. Hmm aku hampir melupakan penampilanku. Untung ada eonnie.

"Itu dia!"
Jantungku seperti berhenti berdetak saat eomma menunjukku ketika aku keluar dari kamar. Jadi benar ada junho. Dia sedang mengobrol bersama eomma diruang tamu daritadi. Yatuhann...

"Kalau begitu eomma pergi dulu ya"

Eomma menepuk pundak junho beberapa kali sebelum pergi kekamarnya.

Lalu aku bagaimana? Aku masih canggung untuk menemui junho disaat hubunganku dengannya sedang buruk seperti ini.

Junho menatapku yang masih berjarak beberapa meter darinya.
Diam beberapa detik sebelum dia menghampiriku dan membawaku kekamar. Aku menatapnya tajam saat ia dengan seenaknya menutup pintu kamarku dan tak membiarkanku pergi.

"Aku sudah ijin pada ibumu"

"Lalu maumu sekarang apa?"

Junho mengernyitkan dahinya. Mungkin ia terkejut dengan ucapanku yang sedikit kasar.

"Aku ingin minta maaf"

Dinding besar pada hatiku perlahan runtuh mendengar itu..

Ia semakin mendekatkan badannya padaku. Meraih wajahku dengan kedua tangannya.

"Seharusnya aku tak bertingkah seperti itu kemarin, seharusnya aku mendengarkanmu dulu. Maafkan aku"

Aku masih diam. Ia berusaha membuat eye contact denganku tapi aku masih tak mau.

"Jangan diam saja. Kau memaafkanku kan?"

"Tolong tatap aku"

Aku masih tak mau. Biar dia mengerti dulu. Lagipula aku masih gengsi untuk memaafkannya. Ya begitulah.

"Sebenarnya jika kemarin aku berhasil mencetak gol dan menang, aku ingin memberikanmu ini saat selebrasi"

Ia mengeluarkan bunga tulip merah yang sudah layu dan rusak. Pipiku mendadak memanas.

"kau bilang aku membosankan dan tidak romantis. Kau juga bilang kalau ingin seperti kekasih pemain sepakbola lain jadi aku ingin memberimu ini. Tapi maaf aku tidak berani memberikannya kemarin karna aku kalah"

Junho memainkan bunga ditangannya sembari menunduk sedih. Aku jadi tak tega. Apalagi mengingat betapa kecewanya ia kemarin karna kekalahannya.

"Bagaimana bahumu?"

Junho menatapku lagi. Semakin mendekatkan badannya hingga aku benar-benar tak bisa kemana-mana.

"Aku baik-baik saja. Jadi kau memaafkanku?"
Matanya berbinar lucu sekali. Aku semakin tak tega.

"Eum"
Aku mengangguk dan akhirnya dia memelukku. Aku membalasnya.

"Terima kasih. Aku tak akan kekanakan lagi. Sungguh."

"Aku juga minta maaf karna membuatmu salah paham"

Junho melepas pelukannya. Menatapku sejenak sebelum menciumku. A Soft and deep kiss.

Robot's GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang