2. Possesif

1.1K 95 0
                                    

Aku sedang menonton pertandingan basket hari ini. Tidak, junho bukan pemain basket. Dia pemain sepak bola. Aku menonton basket karna ada sunbaenim tampan yang sedang bermain. Salahkan saja Soeun yang mengajakku kemari untuk melihat kekasihnya bertanding. Aku ikut karna tahu hajun sunbaenim ikut bertanding hahaha.

Jangan tanyakan junho, dia tak terlihat sama sekali disekolah tadi, saat kutanya lewat chat ia bilang ia sedang sibuk mengurusi ekstrakulikulernya disekolah. Jadilah aku pulang bersama soeun dan mampir untuk menonton pertandingan basket.

Saat mereka break aku dan soeun segera berlari menuju tim sekolah kami. Soeun menyerahkan air mineral dan handuk pada kekasihnya. Sedangkan aku? aku tentu saja malu-malu datang pada hajun sunbae lalu menyerahkan air mineral yang sedaritadi kubawa.

"Hajun sunbae"

Hajun sunbae tersenyum lalu meraih air mineral ditanganku.

"Terimakasih, ahyeon-ah"

Sebenarnya kami lumayan dekat karna dulu rumahnya tak jauh dari rumahku. Ia juga banyak membantuku dibanyak hal. Sampai akhirnya aku dan junho berpacaran dan ia juga harus pindah rumah. Jadilah kami sekarang agak canggung.

Pertandingan dimulai lagi, aku dan soeun sudah berteriak dengan kencang untuk menyemangati tim sekolah kami. Walau ini hanya pertandingan persahabatan tapi tetap saja sekolah kami harus menang.

Saat kami asyik berteriak menyemangati tiba-tiba soeun terdiam tampak terkejut. Lalu menunjuk-nunjuk keseberang kami.

"Ya ya ya- junho junho. Ada junho"

Ia memukul lenganku berkali-kali baru aku sadar dan mengarahkan pandanganku kearah tangan soeun menunjuk.

Seketika aku menelan ludahku.

Disebrang sana ada junho menatapku kesal dengan ponsel yang masih menempel ditelinganya. Segera aku mencari ponselku ditas.

31 missed call

Chuno🤖
Chuno🤖
Chuno🤖
Chuno🤖
....
..

Ah mati saja! Bunuh aku sekarang! Kenapa aku bisa sebodoh ini?! Dia pasti marah. Ia benci sekali jika aku berurusan dengan Hajun sunbae. Aku tahu itu.

Aku hanya diam saat ia menghampiriku. Ia menarik tanganku tapi aku menahannya.

"Tak bisakah sampai pertandingan selesai?"
Aku hanya ingin tahu siapa pemenangnya nanti.

Tak perlu junho menjawabnya aku sudah tahu jawabannya dari mata itu. Ia benar-benar marah ya?

Akupun berjalan mengikuti junho.
Ia tak bicara samasekali saat dijalan. Tapi aku tahu ia akan mengantarku pulang. Tangannya sudah tak menarikku lagi melainkan dimasukkan kealmamaternya. Padahalkan aku ingin ia menarikku seperti tadi. Dia menyeramkan kalau diam seperti ini.

"Ya~ kau marah ya?"

Dia tak menjawab. Tetap berjalan santai dengan wajah dingin. Ughh dia sungguh marah.

"Chuno-yaa"

"Kita mampir ketoko itu dulu ya?"

"Yaa~ jangan mendiamkanku seperti ini"

"junho-ya"

"Cha junho"

"Aishh jinjja"

Inilah yang kutakutkan saat ia marah. Ia akan mengabaikanku sampai waktu yang tak ditentukan. Junho jarang marah seperti ini. Ini hanya terjadi kalau ada hubungannya dengan hajun sunbae.

"Aku akan kerumahmu nanti malam!"
Pekikku. Dan itu membuatnya berhenti berjalan dan menatapku. Aku sudah menduganya. Tapi yakinlah itu hanya alasanku. Aku tak akan pernah kerumah junho jika bukan junho yang mengajakku.

Belum sempat aku mengatakan sesuatu ia sudah kembali berjalan. Aku menghela nafas kasar.

"Ayolah~ aku hanya menonton pertandingannya. Aku tidak melakukan apapun"

"Kenapa kau jadi seperti ini sih?kau jadi posesif"

"Daripada membela diri dan mengatai orang posesif lebih baik ucapkan maaf dengan tulus. Kau melupakan itu"

Aku terdiam.

Maaf? Iya aku melupakannya. Daritadi aku hanya berusaha membuatnya bicara tanpa mengucapkan maaf sekalipun. Tentu saja aku yang harusnya meminta maaf. Dasar bodoh.

Sepanjang perjalanan aku hanya merenungi ucapannya. Hingga aku sadar kami sudah sampai didepan gerbang rumahku.

Tanpa mengucapkan apapun ia berbalik hendak pergi tapi aku menarik tali tasnya. Dia menatapku dingin. Aku benci tatapan seperti itu.

"Aku minta maaf"

"..."

"Kubilang aku minta maaf"

Masih tak ada respon.

Ah ini tak akan berhasil.

Mungkin hanya dengan cara ini..

"Maafkan aku"

Cup

Aku berjinjit untuk mengecup pipinya. Ya, aku melakukan itu.
Tak mau melihat reaksinya aku segera berlari memasuki rumahku. Aku malu sekali.

Robot's GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang