Spoiled Child

25.9K 2.8K 517
                                        


Kenapa begitu tega, membaca tanpa meninggalkan Vote :'(


Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah..

Untuk menghargai para author sebaiknya dibiasakan sejak dini. VOTE sebelum membaca.

Terimakasih ☺️

||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°




***

Pagi ini Lalisa meringkuk didalam selimut tebalnya. Tubuhnya menggigil dengan butiran keringat tercetak dikening lebarnya.


Ia mencoba tersenyum tipis pada wanita yang berdiri disisi ranjang, wanita bermata kucing yang tak lain adalah Jennie tengah melipat tangan didepan dada menatap jengah pada Lisa sembari menggelengkan kepala.


Jennie menghela nafas ringan melihat seringai tipis tanpa dosa diwajah Lalisa.


"Ckckck... apa yang aku katakan, sekarang kau demam Lalisa.." Jennie baru saja memeriksa suhu dahi juga leher milik Lisa. Panas tubuh Lisa yang cukup tinggi menyengat punggung tangan Jennie, hingga si wanita bermata kucing itu menatap sedih Lisa karena merasa bersalah.


Ya.. Lisa demam karena memberikan jaketnya pada Jennie ketika mereka akan pulang ke Taereung semalam. Dan ini membuat Jennie tak tenang.


Jennie segera mengambil thermometer diatas nakas. Kemudian kembali mendudukan tubuh diranjang, mendekat pada Lisa dan menyelipkan thermometer itu ke mulut si Manoban.


Sudah berkali-kali ia mengganti air hangat untuk mengompres tubuh Lisa. Beberapa handuk kecil terselip dibagian-bagian pembuluh darah tubuh Lisa, Jennie sengaja meletakkan disana agar panas tubuh Lisa cepat turun.


Tapi sampai detik ini suhu tubuh Lisa masih cukup tinggi. Jennie pun begitu telaten mengganti air ketika air hangat itu mulai terasa dingin, atau ia segera merendam kembali handuk kecil ketika handuk kecil itu tidak lagi hangat.


Lisa memicingkan mata, ia sudah mendengar ocehan Jennie selama lebih dari setengah jam. "I-ini bukan karena semalam eonni. Aku tidak lemah.." bantah Lisa.


Lisa tidak lemah, sakitnya saja yang menyerang tidak tepat waktu; Memalukan. Membuatnya terlihat lemah dimata Jennie. Walau begitu senyuman tercetak tipis disudut bibirnya. Jennie semakin ekstra perhatian dan ini membuatnya senang.


"Ya. Ya. Ya. Kau tidak lemah, tapi sekarang kau flu.." Jennie mencibirkan bibir tipis kearah Lisa.


"Sudah aku katakan, setelah sampai asrama kau harusnya langs--Yaakk! aku sedang memarahimu Lisa!" Jennie membulatkan mata ketika Lisa menarik lengannya.


Tubuh mungilnya seketika langsung jatuh kedalam dekapan si pemilik bahu lebar yang saat ini sedang menggigil.


"Kau cerewet sekali eonni.." ucap Lisa mengusap punggung Jennie, wajah wanita bermata kucing itu tenggelam didada si Manoban. Jennie menghela nafas ringan dan tersenyum merasakan dekapan hangat yang menyelimutinya.


Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang