The One

34.3K 2.6K 865
                                    

Jangan pura pura lupa, VOTE agar sama sama nyaman, anda vote author lanjut 😳

Vote dan komen hukumnya WAJIB. Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang author buat..

Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah 😞

Untuk menghargai para author sebaiknya dibiasakan sejak dini. VOTE sebelum membaca.

Terimakasih ☺️

||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°










"T-tapi eonni... Bagaimana jika kau hamil?"


Lalisa meremas lembut bahu polos Jennie, kelopak mata tak berkedip terasa kering seketika. Lekat sorot cemas tertuju pada Jennie yang memejamkan mata lupa akan resiko yang terjadi atas pergumulannya bersama Lalisa.


Hela napas pelan, ia melepas kedua tangan Lalisa dari bahu yang terasa berat tertumpuk ribuan beban. Jennie terdiam sesaat, dahi mengerut sosok dihadapannya ini begitu jelas mengkhawatirkan keadaan mereka. Perlahan tangannya menggenggam pergelangan Lalisa dengan mengigit bibir bagian dalam.


"Tentu kau yang akan bertanggungjawab Lalisa.." suara Jennie terdengar lirih teredam setelah melepas gigitan bibirnya.


Wajah cantiknya juga jelas menunjukkan raut khawatir. Gairah semalam menghilangkan akal serta kecerdasannya dalam desahan panjang. Bahkan hingga detik ini yang ia rasakan masihlah desiran panas menyentak bergulir keseluruh tubuh.


Bayangan itu masih tergambar didepan kedua matanya, bagaimana suara serta raut mengerang seksi Lalisa diatasnya ketika menyalurkan sesuatu kedalam tubuhnya, sesuatu yang membuatnya merasa hangat dan nyata memenuhi inti didalam sana.


"Itu sudah sangat jelas. Bahkan jika aku bisa menikahmu sekarang, aku akan menikahimu eonni. Tapi bukan itu masalahnya, eonni.. Bagaimana dengan olimpiade? Olimpiade Pyeongchang sudah didepan mata. Lalu, bagaimana dengan ahjussi Kim dan Yonghee oppa? Mereka pasti akan menilaiku lebih buruk dari sebelumnya. Dan, Lee ahjumma juga Yiren pasti akan membenciku." ujar Lalisa menunduk dalam.


Lalisa menatap nanar tangan Jennie yang perlahan mengendur menggenggam pergelangannya. Tangan yang pelan-pelan menjauh itu meninggalkan bekas genggaman yang tampak memerah dikulit putihnya.


Kepalanya masih tertunduk dalam, Lalisa berkutat dengan apapun yang terlintas dikepalanya. Olimpiade Pyeongchang tak kurang dari 2 bulan lagi, jika benar benihnya tumbuh maka ia akan menjadi dalang dari hancurnya mimpi seseorang yang paling ia cintai.


Bukan hanya itu, bagaimana dengan keluarga Kim? Kim Jae Hwan dan Yonghee pasti akan mengira Lalisa sengaja melakukan itu agar dapat memiliki Jennie seutuhnya. Semuanya akan menjadi lebih buruk jika Yonghee dan Jae Hwan melakukan sesuatu yang tidak ia harapkan untuk memisahkan dirinya dari Jennie. Lalisa tidak menginginkan itu.


Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang