That Person

27.5K 3.1K 845
                                    

Jangan pura pura lupa, VOTE agar sama sama nyaman, anda vote author lanjut 😳

Vote dan komen hukumnya WAJIB. Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang author buat..

Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah 😞

Untuk menghargai para author sebaiknya dibiasakan sejak dini. VOTE sebelum membaca.

Terimakasih ☺️

||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°




Sungguh author benar-benar kecewa dengan banyaknya siders 😞





***


Langit Seoul tampak mendung membentang dari ujung ke ujung, terlihat pula sebuah langkah kaki berjalan cukup cepat berpijak, dikatakan berlari namun tidak juga. Lalisa hanya mempercepat langkah dari biasanya karena ia sudah terlambat menemui seseorang.


Mengganti baju sedikit formal setelah sesi latihan malamnya berakhir, namun Lalisa lupa mengganti sepatu hingga outfit yang ia kenakan kali ini terlihat aneh. Bagaimana tidak, Lalisa mengenakan blouse dan celana kain tetapi sepatu yang ia kenakan adalah sepatu latihan memanahnya. Nyeleneh, tetapi orang-orang tetap memandangnya dengan ketertarikan yang luar biasa; dia tetap menawan.


Sebelah tangan memegangi tas yang menggantung dibahu kiri agar tak mengganggu pergerakan cepatnya, Lalisa terus membaca nama-nama bangunan yang membentang disepanjang trotoar. Lalisa kebingungan mencari Restaurant tempat pertemuan dengan orang penting yang berada di kawasan elite bagian Seoul kota.


Benar, orang penting. Somi telah menjadwalkan pertemuan Lalisa dengan CEO dari salah satu perusahaan majalah terkenal Korea. Lalisa sangat bersemangat, senyuman kecil diujung bibirnya itu menunjukkan betapa tidak sabarnya Lalisa akan pertemuan ini.






Bagi Lalisa, ini adalah harapan.






Brand fashion kecilnya akan dilihat oleh banyak orang, tidak hanya itu, bisa dikatakan setiap orang akan melihat brand fashion miliknya jika majalah besar itu benar-benar menerbitkan sampul untuk produk-produk terbarunya.


Lalisa mendorong pintu masuk restaurant setelah sebelumnya kebingungan mencari nama dari tempat makan berbintang ini. Menanyakan meja yang telah dipesan atas namanya sendiri, Lalisa segera kembali melangkahkan kaki setelah pelayan menunjukkan meja pertemuan.


Seorang pria muda mengenakan suit maroon duduk membelakangi pintu masuk. Tepat disamping pria muda itu duduk tampak seorang pria paruh baya berdiri sopan meletakkan tangan dibagian perut bawah dengan kepala sedikit menunduk. Sangat hormat, membuat pria muda itu tampak angkuh dengan kekuasaannya.


"Juseonghamnida, maaf atas keterlambatan saya.." ucap Lalisa menahan deruan napas karena terengah.


Menempatkan diri disamping si pria muda yang sedang asik membolak-balik buku menu, Lalisa membungkukan badan sembari kilas mengamati pria muda didepannya.


Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang