Tight

52.6K 3.1K 1.1K
                                    

Jangan pura pura lupa, VOTE agar sama sama nyaman, anda vote author lanjut 😳

Vote dan komen hukumnya WAJIB. Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang author buat..

Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah 😞

Untuk menghargai para author sebaiknya dibiasakan sejak dini. VOTE sebelum membaca.

Terimakasih ☺️

||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°


⚠️ Konten Dewasa 21+ ⚠️


6906 kata. Apa masih tega untuk tak meninggalkan jejak?


Sekali lagi author ingatkan. Part ini mengandung konten dewasa ++. Bagi yang masih 20th 11 bulan, harap bersabar.








***

Lalisa mengerjapkan mata berkali-kali, wajah berat kantuk dengan kantung mata jatuh kebawah terlihat lebih gelap dari biasanya. Menopang kepala pusingnya sebelah tangan dan tangan yang lain mengusap perut karena rasa mual juga tak terelakkan. Pagi ini rasa tak enak pada tubuh menyergap mengawali kesadarannya yang masih diambang batas antara bangun dan tidur.


Bergantian mengucek-ngucek mata pelan, Lalisa menyadari sesuatu. Dinding kamar didepannya mata buramnya terlihat tidak asing, memiringkan kepala dengan setengah mata terbuka Lalisa melihat foto dirinya bersama Jennie tergantung dijendela kamar. Terdiam sesaat memandangi foto-foto itu, Lalisa masih setengah bingung.


"Sepertinya aku kenal kamar ini.. ughh.." gumamnya masih menatap sekitar dengan tangan mengusap kepala yang berat, mata awas itu benar-benar yakin jika ia sedang berada disebuah kamar yang sangat akrab dengan hidupnya.


"Aish, kenapa pagi ini dingin sekali.."


Merasa hawa dingin ruang kamar itu tak seperti biasanya, tubuhnya nyaris mengigil karena udara dingin menerpa kulit seolah menusuk dalam persendiannya. Lalisa berupaya membuka mata, berusaha memeluk tubuh sendiri yang berakhir dengan keterkejutan.


Kulit tubuhnya saling bersentuhan secara langsung. Itu aneh dan janggal, seharusnya tubuhnya memeluk kain seperti kaos atau baju. Tapi kali ini tidak, Lalisa dapat merasakan kulit tubuhnya sendiri.


Penasaran, ia lantas melirik tubuhnya sendiri dan tepat ketika iris itu berakhir melihat tubuh polos yang tidak mengenakan sehelai benang pun matanya membulat lebar dengan mulut menganga.


"Eoh? Kemana perginya bajuku?" dahinya mengernyit dalam menatap bodoh tubuh polosnya sendiri.


Mengedarkan perhatian keseluruh penjuru kamar, Lalisa kembali dikejutkan dengan apa yang tampak jelas dikedua matanya. Gaun merah yang semalam Jennie kenakan tergeletak dilantai, tak jauh dari gaun merah itu tergeletak sebuah bra dan celana dalam terlihat bersandingan. Mata terbukanya lantas berkedip kaku menyaksikan helai pakaiannya sendiri juga berserakan dilantai kamar.


Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang