It's You

22.5K 2.1K 1K
                                    

Jangan pura pura lupa, VOTE agar sama sama nyaman, anda vote author lanjut 😊

Vote dan komen hukumnya WAJIB. Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang author buat..

Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah 😞

Untuk menghargai para author sebaiknya dibiasakan sejak dini. VOTE sebelum membaca.

Terimakasih ☺️

||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°






Dua wanita saling berhadapan ini masih diam membeku, gerak mata terus bergulir menekur wajah masing-masing. Untuk beberapa saat Jennie menatap lekat Rosé sebelum benar-benar beranjak dari sofa café. Lalisa telah lebih dulu meninggalkan keduanya untuk membayar makanan dan minuman yang sebelumnya mereka pesan.


Perasaan bergelut memenuhi isi kepala Jennie yang sejak tadi terus berpikir. Ia bahkan sama sekali tak tahu apa saja yang sudah Lalisa dan Rosé bicarakan selama mereka berbincang. Kalimat wanita didepannya yang mengatakan jika Lalisa telah mencintai seorang wanita sebelum dirinya itu terus terngiang dikepalanya. Setiap kata dari kalimat Rosé itu berhasil memengaruhi seluruh pikirannya; untuk sesaat.


Lekas beranjak ketika melihat Lalisa sudah hampir selesai membayar tagihan mereka, Jennie meraih chanel backpack lantas mengalungkannya dilengan kiri. Ia hendak melangkah menjauh dari meja dan menghampiri Lalisa, namun wanita ini tiba-tiba saja menghentikan langkahnya tepat disamping Rosé dan mensejajarkan bibirnya tepat disebelah telinga wanita yang masih membisu di sofa.


"Yaaahh.. Roseanne Park, dengarkan aku baik-baik. Aku tak peduli siapa wanita yang ia cintai sebelumnya. Tapi saat ini yang aku tahu, hanya aku wanita yang ia cintai dan aku, tidak akan membiarkan siapapun mengusik hubungan kami. Maka dari itu, tutup mulutmu sebelum aku benar-benar menjadi sangat jahat." bisik Jennie penuh penekanan dengan bibir menyungging sebuah senyuman melirik Rosé yang duduk mematung.


"Ah, satu lagi. Pikirkan dengan baik semua hal yang aku katakan tadi. Kau pasti akan memutuskan dengan tepat, jika kau.. benar-benar mencintainya."


Tepukan ringan dibahu Rosé menjadi penutup dari pembicaraan mereka. Jennie segera meneggakan tubuh saat Lalisa melambaikan tangan kearahnya, wanita bermata kucing ini menguraikan senyuman dinginnya mengganti dengan tatapan hangat dan berjalan mendekati sang kekasih yang sudah menunggu.


Rosé masih terdiam, namun kini tatapannya mendadak berubah menjadi kosong. Tak sedikitpun ia mampu membalas ucapan Jennie, lidahnya menjadi benar-benar kelu, setiap kata yang baru saja Jennie ucapkan terdengar sangat dingin hingga darah disekujur tubuhnya berdesir. Rosé tak berkutik, walaupun kini Jennie sudah menjauh darinya.


"Cih.. dia pikir dengan siapa dia berbicara!" gumam Jennie saat mengingat betapa percaya dirinya Rosé ketika mengatakan semua kalimatnya sesaat sebelum Lalisa datang.


Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang