PyeongChang Olympics; Bed Things

36.1K 2.5K 1.3K
                                    

Jangan pura-pura lupa, VOTE agar sama-sama nyaman, anda vote author akan lanjut 😊


Vote dan komen hukumnya WAJIB. Setidaknya berikan apresiasi terhadap tulisan yang author buat..


Sungguh... Merangkai kata agar bisa dinikmati sangatlah tidak mudah 😞


Untuk menghargai para author sebaiknya dibiasakan sejak dini. VOTE sebelum membaca.


9260words. Sampai berjumpa lagi setelah 900 Vote. 😊


Selamat membaca. Terimakasih ☺️



||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°

"There were miracles in your kisses, they were medicine to my veins

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"There were miracles in your kisses,
they were medicine to my veins."

***

"Keep going.. keep going.. like that shh—ahh.. ahh.." desah Jennie sensual, kedua matanya terpejam erat.


Dibelakang Jennie, si Manoban tanpa jeda menghentakkan miliknya yang besar dan panjang ke dalam lipatan liang basah Jennie yang begitu ketat. Tubuh mungil itu menggeliat frustasi akibat tumbukan dalam dan cepat yang Lalisa berikan, si setengah wanita itu terus mengerjai kewanitaannya tanpa lelah dan menggila.


Meremas cukup kuat payudara Jennie yang bergerak seirama dengan hentakan yang ia lakukan, Lalisa tak bisa menghentikan gerak pinggangnya dari rasa nikmat yang menyedak ubun-ubun. Posisi menyamping dengan sebelah kaki Jennie naik diatas pahanya, kian membuat junior Lalisa melesak masuk ke inti didalam sana.


Lalisa bisa merasakan Jennie berusaha memutar sebelah tangan kebelakang, meremas rambut kepalanya ketika jemarinya memilin puting menegang sang kekasih yang mengeras dikulit telapaknya. Rematan dari daging-daging lembut milik Jennie memeluk erat adiknya yang semakin menegang keras, celah liang Jennie kian menyempit menghisap miliknya dalam-dalam.


Menjadikan Lalisa tak terkendali, ia menggerakkan kuat pinggulnya hingga Jennie tersentak naik turun lalu menjatuhkan kepala lemahnya, menarik bantal untuk meredam desahan dan erangan erotis yang memenuhi kamar hotel.


Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang